S. Miharja,uin bandung
6 Konseling
kelompok
A.
DEFINISI KONSELING KELOMPOK
Secara definitif istilah konseling
dirumuskan lebih beragam oleh para ahli konseling kelompok. Keberagaman ini,
nampaknya berkaitan juga saat konseling kelompok diimplementasikan dalam konseling karir.
Dalam pandangan Berg dan Johnson
(1971), konseling kelompok didefinisikan sebagai suatu proses dinamis;
interindividu dan intra individu yang pada mulanya merupakan perasaan-perasaan
dan tingkah laku anggota-anggota dalam kelompok. Ketuanya adalah seorang
konselor terlatih yang mampu mewujudkan suasana percaya-mempercayai, terbuka,
bertanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain melalui proses-proses
terapi seperti paham-memahami, penerimaan dan manajemen konflik. Kelompok ini
terdiri dari anggota-anggota normal yang membutuhkan mencari pemahaman yang
lebih mendalam tentang diri sendiri dan orang lain agar mereka lebih mampu
mengendalikan situasi-situasi perkembangan.
Hansen, Warner dan Smith (1980)
menguraikan konseling kelompok sebagai suatu hubungan antara konselor dengan
beberapa orang klien atau anggota. Fokusnya adalah pada pencegahan dan
pengobatan. Konseling pencegahan membantu anggotanya mengatasi masalahnya
sebelum masalah tersebut bertambah rumit. Bagi individu yang mengalami masalah
serius, konseling kelompok bisa menggerakkannya untuk berubah. Grup ini adalah
lebih efisien karena anggota akan merasa lebih aman dan lebih rela menerima
masukan dari rekan sebayanya.
Lebih ringkas, McLeod, J. (2007)
menjelaskan konseling kelompok sebagai proses menggunakan intervensi kelompok
untuk memudahkan pemahaman diri dan juga perubahan pengirimnya.
B.
TUJUAN KONSELING KELOMPOK
Dalam setiap
jenis konseling, pasti adanya tujuan. Adapun tujuan konseling kelompok tersebut
antara lain:
1.
Untuk membantu setiap anggota
mengenal dan memahami diri dalam proses mencari identitas diri melalui
konseling kelompok, kita dapat mengenal siapakah diri sendiri sebenarnya
2.
Hasil dari masukan dari
anggota-anggota lain dalam kelompok, penerimaan diri dapat ditingkatkan. Dengan
itu, harga diri juga bertambah tinggi.
3.
Membangun keterampilan
berhubungan antara individu.
4.
Mengembangkan lagi kemampuan
membuat keputusan, mengatasi masalah dan membangun tujuan hidup. Kemudian,
keterampilan ini dapat digunakan oleh individu dalam perhubungannya dengan
masyarakat.
5.
Membangun kepekaan terhadap
kebutuhan orang lain hasil dari kesadaran akan tanggung jawab terhadap tingkah
lakunya.
6.
Membantu anggota kelompok
mengenal perasaan orang lain. Dengan itu, perasaan simpatinya dapat ditingkatkan.
7.
Menolong anggota memperoleh
keterampilan mendengarkan secara empati. Hal ini memungkinkan ahli mendengar
kata-kata yang tersurat dan tersirat.
8.
Memungkinkan ahli mengungkapkan
perasaannya secara "jujur, terbuka dan tepat.
9.
Membantu anggota menentukan
tujuan tertentu dan menyebabkan anggota ingin melibatkan diri dalam kelompok
dengan tujuan mencapai tujuan tersebut.
10. Membantu
anggota membangun perasaan diterima oleh orang lain.
11. Membantu
anggota membangun semangat menghadapi risiko. Hal ini penting karena ada
kalanya, risiko mendatangkan efek yang positif. Selain itu, situasi ini akan
menyediakan individu mengalami berbagai tantangan dalam hidupnya nanti
Menurut Corey
(1977), dalam buku yang berjudul Groups: Process and Practice mencantumkan
tujuan konseling kelompok seperti berikut:
1.
Menjadi anggota kelompok lebih
terbuka dan jujur.
2.
Menjauhkan kepura-puraan yang
bisa mempengaruhi kemesraan.
3.
Mempelajari untuk mempercayai
diri sendiri dan orang lain.
4.
Handphone ke arah keaslian.
5.
Menjauhkan diri dari terikat
dengan 'harus', 'seharusnya' dan 'seharusnya'.
6.
Menerima diri sendiri dan
mengikis sikap yang selalu mementingkan kesempurnaan diri sendiri.
7.
Mengenali dan menerima
ketidaksamaan (polariti-polariti) dalam diri sendiri. Mengurangi diri terhadap
kemesraan.
8.
Mendapatkan masukan dari orang
lain tentang masalah-masalahnya.
9.
Dukungan dari rekan sebaya dan
merasa sangat efisien.
10. Konseling
dengan rela melibatkan diri secara aktif
Gazda (1976)
juga berpendapat anggota memperoleh beberapa keterampilan yang berguna untuk
mereka menjadi konselor sebaya (yaitu pembimbing kepada teman sebaya).
Kemampuan-kemampuan itu adalah seperti berikut:
1.
Berbicara dengan individu yang
belum dikenal dan selanjutnya membicarakan hal-hal yang bisa memanfaatkan
mereka.
2.
Mendengar pesan yang tersurat
dan tersirat.
3.
Memperhatikan dan memahami
pengirimnya lain.
4.
Bercerita dengan individu lain
mengenai hal-hal pribadi.
5.
Membuat keputusan dalam
beberapa masalah pribadi seperti jasalah keluarga, kesehatan dan hubungan
dengan rekan-rekan yang mengalami masalah.
6.
Menggunakan hubungan individu
saat menolong teman dan rencana sekolah.
7.
Memperhatikan, yaitu dapat
mengidentifikasi tingkah laku biasa seperti siswa yang mengalami masalah rendah
diri, kurang keyakinan dan sebagainya.
8.
Menggunakan layanan referensi
(baik lembaga di luar atau di sekolah) sebagai penyebab mendapatkan pertolongan
bagi mitra yang bermasalah.
9.
Menemukan jalan-jalan lain
ketika mengalami kebuntuan.
10. Menyoroti
kepekaan terhadap etika konseling.
C.
PRINSIP-PRINSIP KONSELING KELOMPOK
Efektivitas
konseling kelompok tergantung pada efektivitas proses terapeutik yang ada dalam
kelompok itu. Menurut Zuraidah (1982), antara prinsip konseling kelompok yang
penting adalah seperti berikut:
1.
Suasana demokratis harus
diwujudkan oleh konselor.
2.
Tujuan-tujuan konseling
kelompok harus dijelaskan kepada calon-calon anggota.
3.
Anggota yang dipilih harus
bersedia berbagi perasaan, pengalaman dan bersedia untuk berubah.
4.
Anggota harus disadarkan bahwa
mereka bertanggung jawab terhadap perilaku kelompok mereka.
5.
Setiap anggota harus memelihara
rahasia dan informasi yang dibahas dalam kelompok.
6.
Tujuan jangka pendek untuk
memungkinkan ahli memahami diri sendiri dan orang lain dalam kelompoknya.
Sedangkan, tujuan jangka panjang adalah untuk memungkinkan anggota mencapai
perkembangan sosial.
Hansen, Warner
dan Smith (1980) juga mengajukan satu set prinsip konseling kelompok seperti
berikut:
1.
Ketua kelompok bertanggung
jawab menentukan rasional mengenai implementasi kelompok. Rasional akan
menjelaskan tujuan kegiatan kelompok diadakan.
2.
Ketua kelompok harus mengatur
frekuensi pertemuan anggota-anggota kelompok untuk menjamin kecukupan waktu
untuk perkembangan keterampilan-keterampilan tertentu.
3.
Ketua kelompok harus arif
tentang tatasusila tingkah laku dan etika.
4.
Ketua kelompok harus terdiri
dari seorang individu yang stabil emosinya serta memiliki pemahaman diri yang
mendalam.
5.
Anggota kelompok harus disaring
dan terdiri dari mereka yang akan menikmati manfaat dari kemitraan pengalaman
kelompok.
6.
Ketua kelompok harus memastikan
pengalaman kelompok digunakan secara bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari
dengan melakukan aktivitas susulan.
7.
Ketua kelompok harus
menyediakan layanan rujuk jika dibutuhkan anggota-anggota kelompok. Ada
kemungkinan layanan profesional lain diinginkan.
8.
Ketua kelompok harus memastikan
tindakan caci-mencaci, kritik-mengkritik secara negatif dan segala ancaman
harus dihindari
9.
Ketua kelompok menekankan
pentingnya rahasia perbincangan itu dipelihara.
10. Penglihatan
ahli dalam sesi-sesi kelompok adalah secara sukarela. Unsur paksaan harus
dikikis.
11. Anggota
kelompok harus berusaha mentransfer pembelajaran kepada situasi hidup
sehari-hari.
12. Kebenaran
anggota harus diperoleh jika satu-satu sesi itu ingin direkam.
D.
CARA-CARA MENUMBUHKAN KELOMPOK
Dalam proses membangun
sesuatu kelompok, beberapa hal berikut perlu diselesaikan oleh konselor.
1.
Diadakan wawancara individu
dengan bakal-bakal anggota kelompok untuk menentukan kesesuaian.
2.
Menentukan kriteria untuk
pemilihan anggota. Anggota yang suka mengkritik orang lain tanpa bukti yang
jelas harus dihindari.
3.
Memastikan anggota-anggota
kelompok tidak akan meninggalkan kelompok dengan se wenang-wenang.
4.
Merencanakan dengan teliti agar
aktivitas konseling kelompok dapat dijalankan dengan baik.
5.
Mempertimbangkan rekomendasi
yang diberikan oleh anggota-anggota kelompok.
6.
Memastikan tujuan yang ingin
dicapai oleh anggota-anggota
E.
LANGKAH MENGELOLA KELOMPOK KONSELING
1.
Pemilihan anggota kelompok
Ketua kelompok
harus memilih anggota-anggota yang rela serta sesuai untuk satu-satu sesi
konseling kelompok. Selanjutnya, dia harus menentukan jumlah anggota
kelompoknya. Tentang jenis anggota, terpulang kepada ketua untuk menentukannya.
Misalnya, untuk sesi mengenai cara-cara menghentikan praktek rokok, anggotanya
mungkin terdiri dari murid-murid yang pemalu dan sedang merokok. Dengan kata
lain, tujuan sesi konseling akan menentukan jenis-jenis anggota yang akan
dipilih.
Tentang
kerelaan keahlian pula, sebaiknya anggota datang secara sukarela. Tetapi, dalam
beberapa institusi seperti di penjara dan di pusat rehabilitasi narkoba, sesi
konseling kelompok diwajibkan. Dalam situasi-situasi seperti ini, konselor
membutuhkan waktu yang cukup untuk membangun kepercayaan dan hubungan yang
sehat dengan anggota dan antara anggota dalam kelompok.
Anggota dapat
terdiri dari siswa-siswa yang memiliki masalah 2yang sama tetapi memungkinkan
tingkat. Lebih elok lagi jika anggota itu terdiri dari mereka yang memiliki
masalah yang rumit atau kompleks. Untuk masalah yang rumit, konseling individu
dianjurkan.
2. Ukuran kelompok
Ukuran
kelompok yang akan ditentukan tergantung pada beberapa faktor seperti jenis
masalah, umur anggota, pengalaman konselor, tempat pertemuan dan tujuan
kelompok. Biasanya 7 sampai 10 orang anggota adalah baik untuk satu-satu kelompok.
Kelompok yang besar sulit untuk dikelola.
3. Frekuensi pertemuan
Bagi
murid-murid di sekolah, adalah memadai jika sesi konseling kelompok diadakan
dua kali seminggu. Hal ini bertujuan menjaga minat dan semangat anggota.
Lagipula, hal-hal yang dipelajari pada sesi lalu masih mudah diingat kembali.
4. Jangka waktu setiap sesi
Dianjurkan
supaya satu-satu sesi itu dilakukan tidak terlalu lama. Bagi murid-murid
sekolah, waktu satu jam adalah sesuai. Jangka waktu yang terlalu lama
menyebabkan anggota-anggota kelompok merasa letih serta kehilangan minat. Kuasa
konsentrasi anggota juga akan bertambah kurang.
5. Waktu kelompok
Ada kalanya
konselor akan mengatur jumlah sesi untuk satu-satu kelompok. Hal ini tergantung
pada betapa seriusnya per-satu masalah yang dihadapi. Jika anggota ingin
belajar keterampilan berkomunikasi, mungkin lima sesi sudah memadai. Tetapi,
untuk masalah yang lebih serius seperti keretakan rumah tangga atau narkotika,
jumlah sesi mungkin meningkat pada sepuluh sesi atau lebih.
6. Tempat bertemu
Tempat bertemu
untuk kelompok biarlah nyaman dan menarik. Di sekolah, tempat bertemu biasanya
di kamar konseling. Kamar tersebut biasanya dihiasi dan dihampari karpet.
Karpet ini memungkinkan anggota-anggota duduk bersila dan suasana yang tidak
formal seperti ini adalah lebih baik untuk mendorong partisipasi
anggota-anggota kelompok. Tempat yang suasananya aman dan tenteram dapat
mengefisienkan sesuatu proses konseling kelompok
F.
TINGKATAN KONSELING KELOMPOK
Tingkat Pertama (Awal)
Ketua kelompok
atau konselor akan mulai memperkenalkan dirinya. Kemudian diikuti oleh setiap
anggota dalam kelompok. Biasanya, anggota akan memperkenalkan sifat-sifat yang
positif. Mereka akan memberitahukan informasi yang dianggap aman seperti nama,
minat, sekolah dahulu dan tempat asal.
Peran konselor
adalah untuk mendorong partisipasi setiap orang anggota. Anggota bisa
menyatakan harapan mereka dari penglihatan mereka dalam kelompok.
Pada tingkat
ini, anggota tidak yakin apakah dia diterima dan disukai oleh anggota-anggota
lain atau sebaliknya. Mereka juga menafsirkan siapakah yang mengecam, siapakah
yang bisa mendukung dan siapa yang harus ditakuti. Disebabkan adanya rasa
curiga-mencurigai ini, maka kesepaduan masih belum muncul. Satu cara yang nyata
adalah anggota ingin meminta nasihat dan ada pula yang mirip untuk memberikan
nasihat.
Kesimpulannya,
anggota masih berada dalam kondisi yang hampa yakni mereka merasa seolah-olah
tidak mendapat apa-apa keuntungan dari sesi-sesi kelompok itu.
Tingkat
Kedua (Konflik dan Pertentangan)
Pada tingkat
ini, anggota mungkin tidak puas dengan konselor. Mereka merasa seolah-olah
konselor tidak memainkan peran yang efisien. Mereka menginginkan sesuatu yang
lebih terstruktur dan belum siap menerima tanggapan yang ketua kelompok adalah
sebagai fasilitator saja dan bukan sebagai penyelesai kepada masalah-masalah
mereka. Ada pula anggota yang merasa dirinya tidak diberikan perhatian yang
penuh oleh konselor.
Anggota masih
tidak jeleket terpadu. Sikap tidak sabar dan bosan dan mudah menyerang ide-ide
anggota lain sebelum sesi selesai dilakukan adalah signifikan. Tuduh-menuduh
menjadi-jadi akibat dari kesalahpahaman. Bahasa yang digunakan adalah kabur dan
berlindung. Ada pula anggota yang diam saja, seolah-olah bertindak sebagai
pengamat. Perasaan kurang puas terhadap ketua kelompok atau konselor perlu
dinyatakan secara terbuka. Konselor pula harus mendorong diskusi itu.
Tahap
Ketiga (Perkembangan dan Perpaduan)
Pada tingkat
ini, kepercayaan di antara anggota telah meningkat. Dengan itu, anggota-anggota
merasa lebih nyaman dan lebih tersedia berbagi masalah dan pengalaman mereka.
Dengan kata lain, anggota-anggota bertambah eleket atau terpadu.
Dengan
bertambahnya kesepaduan itu, anggota-anggota lebih berani memberikan pendapat
secara jujur dan terbuka. Ide yang baik akan
diterima, sedangkan yang kurang sesuai akan dipinggirkan. Terlihat juga ada
antara anggota yang mencoba mempermainkan ketua kelompok. Perkembangan seperti
ini dianggap sehat. Namun, konselor tidak membiarkan kelompok bergerak begitu
saja, malahan dia terus akan memberikan dorongan agar kelicinan perjalanan sesi
kelompok tidak terpengaruh.
Peringkat
Keempat (Hasil)
Hubungan
antara anggota pada tingkat ini adalah begitu padu dan teguh. Anggota
percaya-mempercayai satu sama lain dan dengan itu rela mengkritik secara
terang-terangan tingkah laku anggota-anggota lain. Anggota yang dikritik itu
menerima apa yang dikatakan karena sesuatu itu adalah jujur dan
terbuka. Saran tentang cara memperbaiki sikap dan memperbaiki tingkah laku
diterima oleh anggota.
Sekali lagi,
kepemimpinan pada tingkat ini dikelola oleh anggota kelompok yang berkemampuan,
sedangkan konselor hanya berperan sebagai peserta dan sumber rujuk. Konselor
hanya akan intervensi jika ada sesuatu yang tidak terkendali. Biasanya anggota
puas terhadap sesi yang diadakan dan mulai menunjukkan kesenangan.
Tahap
Kelima (Penghentian)
Untuk kelompok
jenis tertutup, ketua kelompok telah menentukan jumlah sesi yang akan dijalankan.
Karena itu, anggota harus berusaha mencapai tujuan yang ditentukannya.
Ada antara
anggota yang merasa sedih untuk pindah karena hubungan mesra yang telah
terjalin dan ada pula yang mencoba memperkenalkan masalah-masalah baru dengan
tujuan sesi kelompok dilanjutkan.
Namun,
permintaan ini biasanya tidak dapat dipenuhi jika tanggal penghentian telah
ditetapkan untuk kelompok yang tertutup '. Untuk kelompok terbuka pula, anggota
bebas keluar atau berhenti dari bergabung kelompok dan memasuki kembali pada setiap
saat mereka suka. Untuk menggantikan tempat kosong itu, anggota-anggota baru
dapat diterima.
Berbagai
perasaan akan disampaikan pada sesi akhir ini misalnya ada yang menyatakan
perasaan yang positif dan ada pula menyatakan perasaan yang sebaliknya. Kemungkinan
ada anggota yang tidak mencapai tujuannya. Namun, setidaknya mereka dapat
berkenalan dengan anggota-anggota lain dan dapat mempelajari keterampilan
berkomunikasi secara terbuka dan efisien. Setelah mengungkapkan perasaan dan
menyatakan terima kasih, anggota akan bubar
G.
FITUR MENINGKATKAN EFEKTIVITAS
Efisien atau tidak satu-satu kelompok
konseling tergantung pada beberapa faktor. Antara faktor yang utama adalah
sebagai berikut:
1.
Suasana yang menolong
Konselor dan
setiap anggota harus memiliki sifat-sifat yang memudahkan proses menolong
seperti sedia menerima tanpa syarat, tidak menghukum (seperti menyalahkan klien
sebagai kaki ponteng, berat tulang dan sebagainya), keaslian, kejujuran (yaitu
benar-benar ingin menolong orang lain) serta berupaya untuk berempati, yaitu
kemampuan berpikir dan merasa aman, percaya-mempercayai, paham-memahami serta
mendukung-mendukung antara satu sama lain. Fitur seperti ini akan membuat
anggota-anggota kelompok bertambah kubik lagi dan berikutnya akan memperkuat lagi
hubungan yang telah ada itu.
2.
Proses pengungkapan diri
Pengungkapan
diri mengacu pada proses yakni seseorang menceritakan hal dirinya sendiri
seperti minat, perasaan, sikap dan kepercayaan. Biasanya anggota akan mulai
menceritakan aspek-aspek dirinya yang dianggap 'aman' seperti namanya,
kelasnya, guru kelasnya dan minatnya. Informasi diri yang dianggap 'aman'
diceritakan adalah seperti pendapatan orang tua (kalau rendah) dan
kelemahan-kelemahan dirinya.
3.
Tanggapan
Umpan balik
yang diterima oleh seseorang utama dalam konseling kelompok. Umpan balik yang
diberikan itu harus jujur, terbuka dan jelas. Beberapa anggota akan bertindak
mengubah tingkah lakunya jika perlu.
4.
Mutu kepemimpinan
Untuk
mensukseskan sesuatu kelompok, ketua kelompok seharusnya memiliki keterampilan
tertentu. Ketua kelompok yang mahir akan berusaha melibatkan semua anggota
dalam kelompok agar tujuannya tercapai. Selain itu, sifat kepemimpinan anggota
harus juga dikembangkan agar mereka dapat menjadi ketua sampingan yang
memberikan pertolongan kepada anggota-anggota lain dalam kelompok.
5.
Norma kelompok
Untuk menjamin
kesepaduan kelompok, norma kelompok adalah penting. Norma berarti peraturan
tentang tingkah laku yang sesuai dalam kelompok. Norma-norma mungkin formal
atau informal, tersirat. Norma-norma harus ditetapkan melalui diskusi dengan
anggota-anggota kelompok pada tingkat awal.
Contohnya
norma yang utama adalah: ia) Kehadiran anggota harus tekal atau konsisten.
Ketidakhadiran beberapa orang anggota tetap akan mempengaruhi proses konseling
kelompok.
Ketetapan waktu harus ditekankan.
Adalah tidak adil untuk kelompok menunggu seorang dua anggota yang datang
lambat.
1.
Anggota harus aktif dalam
kelompok.
2.
Anggota harus tersedia berbagi
aspek-aspek pribadi yang berarti.
3.
Anggota harus berkomunikasi
secara langsung dengan anggota-anggota lain dalam kelompok.
4.
Anggota harus memberikan
jawaban yang jujur. Anggota akan sadar bagaimana tingkah lakunya mempengaruhi
tingkah laku anggota-anggota lain jika anggota tersebut sanggup menyatakan bagaimana
mereka telah dipengaruhi.
Norma-norma
tersebut penting untuk melicinkan proses konseling kelompok. Misalnya, Virmala
mungkin merasa bosan dengan sesi yang diadakan. Kalau dia tahu dia bisa
menyatakan kebosanan itu secara terbuka, dia mungkin tidak merasa begitu lagi
ketika ketua kelompok berusaha mengatasi kebosanan itu.
Harapan
Harapan
mengacu pada kepercayaan bahwa perubahan adalah mungkin, yaitu seseorang itu
bukanlah korban keadaan atau masa lampau tetapi keputusan-keputusan baru bisa
dibuat. Harapan itu adalah terapeutik (yaitu memperbaiki atau menyembuhkan)
karena dapat memberikan keyakinan kepada anggota yang dia akan berkuasa untuk
berubah.
Komitmen
untuk berubah
Dorongan atau
motivasi individu untuk berubah adalah penting. Komitmen untuk berubah adalah
penting. Komitmen untuk berubah melibatkan kesediaan anggota untuk menyatakan
perubahan-perubahan yang diinginkan, lalu menggunakan proses kelompok untuk
mengeksplorasi cara-cara mengubah pengirimnya itu.
Kesediaan
untuk menanggung resiko dan kepercayaan Menanggung risiko berarti kesediaan
untuk berbagi masalah dengan anggota-anggota lain dalam kelompok. Kesediaan ini
tergantung pada kepercayaan terhadap anggota-anggota oleh ketua kelompok.
Kepercayaan itu adalah terapeutik karena mendorong percobaan tingkah laku dan
mendorong individu mempelajari diri sendiri dari berbagai segi.
Kerapatan
Manusia dapat
mengalami kerapatan dalam suatu kelompok dan darinya suatu rasa
percaya-mempercayai akan timbul.
Kuasa
Perasaan ini
muncul dari pengakuan bahwa seseorang itu mempunyai daya cipta, keberanian dan
kekuatan internal. Sebenarnya, kekuatan ini mengacu pada sumber internal yang
perlu untuk mengarah hidup seseorang.
Kebebasan
untuk mencoba
Situasi
kelompok menyediakan suatu tempat yang aman untuk mencoba perilaku yang baru.
Setelah mencoba tingkah laku yang baru, individu-individu bisa memperkirakan
sejauh mana mereka ingin berubah.
Katarsis
Katarsis
mengacu kepada proses mengungkapkan segala perasaan yang terpendam. Katarsis
menyadarkan seseorang bahwa perasaan positif dan perasaan negatif tersedia pada
waktu yang sama. Misalnya, Mei Lin mungkin memiliki perasaan marah yang
terpendam terhadap ibunya tetapi ketika dia telah meluahkan perasaan itu,
mungkin dia merasa suatu kebutuhan untuk kasih sayang dari ibunya dan juga
menyayanginya.
Komponen
kognitif
Katarsis
menjadi lebih bermanfaat jika individu tersebut menjelaskan perasaannya.
Perasaan yang dikaitkan dengan pengalaman tertentu harus dijelaskan dengan
jelas. Deskripsi ini merupakan alat untuk individu itu berubah.
Keterampilan
antara individu
Anggota
kelompok dapat mempelajari keterampilan antara individu. Misalnya, seorang
pelajar wanita yang merasa terasing mungkin akan menyadari tindakannya yang
menyebabkan perasaan terasingnya dan akan belajar cara mengurangi pengasingan
dengan meminta dari orang lain apa yang dibutuhkannya.
Kelucuan
Gelak ketawa
adalah sangat terapeutik. Individu yang tertawa pada diri sendiri lebih bisa
menyadari kelemahan-kelemahan diri.
H.
HASIL PEMBELAJARAN KONSELING KELOMPOK
Setelah
berakhirnya suatu konseling kelompok (mungkin 8-10 sesi kesemuanya), anggota
kelompok biasanya menyatakan hal-hal berikut:
1.
Saya sadar bukan saya saja yang
memiliki masalah.
2.
Saya bisa menolong diri saya.
3.
Saya tidak perlu digemari
setiap orang.
4.
Tidaklah terlalu lambat untuk
saya berubah jika saya mau-kannya.
5.
Orang lain akan membantu saya
jika saya membenarkannya.
6.
Pilihan adalah pada diri
sendiri jika bantuan tambahan dari orang lain dibutuhkan.
7.
Mengalami perasaan yang
mendalam tidak akan menyebabkan saya pusing.
8.
Saya tidak perlu memisahkan
diri saya.
9.
Sayalah yang bertanggung jawab
atas penderitaan saya.
10. Saya
bisa mempercayai orang lain.
11. Saya
memiliki beberapa pilihan.
12. Apakah
saya berubah atau tidak tergantung pada pilihan saya.
13. Saya
adalah individu yang jauh lebih baik dan menarik dari apa yang saya pikirkan.
14. Saya
memperoleh apa yang saya beri dalam satu-satu kelompok.
15. Saya
harus meminta dari orang lain apa yang saya butuhkan.
16. Risiko
dan ketidakpastian tidak terhindarkan.
17. Hasil-hasil
mengenai tingkah laku saya harus datang dari dalam diri saya sendiri dan
bukannya dari anggota kelompok atau ketuanya.
18. Untuk
berubah membutuhkan daya upaya.
19. Manusia
adalah baik dan menarik jika dia tidak berpura-pura
20. Saya
memiliki harapan untuk masa depan saya meskipun adanya halangan-halangan.
Peranan
Kaunselor dalam Konseling Kelompok
Tercapai atau
tidak tujuan konseling kelompok amat bergantung pada kemampuan dan efektivitas
seseorang ketua kelompok. Karena itu, efektivitas peran konselor akan
mempercepat tercapainya tujuan. Antara peran konselor yang utama adalah:
Sebagai
pemudah cara atau fasilitator yang memastikan kelicinan perjalanan sesi
konseling kelompok Sebagai peserta kelompok saat perannya sebagai ketua diambil
alih oleh anggota kelompok.
1.
Untuk mendorong anggota-anggota
kelompok membentuk harapan positif.
2.
Untuk menarik perhatian
terhadap perubahan-perubahan positif yang dalam pada anggota.
3.
Mengidentifikasi kemajuan dan
perkembangan yang dicapai oleh anggota-anggota tertentu.
4.
Memberikan rangsangan dan
penghargaan kepada anggota yang selalu mencoba dan berusaha.
5.
Mendorong tanda positif yang
menuju ke arah penyembuhan.
6.
Mendorong anggota menekankan
kemajuan yang diperoleh oleh anggota-anggota tertentu.
7.
Ketergantungan emosi antara
anggota diizinkan untuk berkembang agar kesepaduan antara anggota tercapai
8.
Menerima bahwa emosi anggota
bersama dapat menambahkan kerapatan dan kesepaduan antara anggota kelompok.
Peran Anggota Kelompok Konseling
Kelompok akan
berfungsi dengan lebih efisien lagi jika setiap anggota memainkan peran
masing-masing. Antara peran utama anggota kelompok adalah:
1.
Anggota harus aktif
berpartisipasi dengan cara memberikan pendapat atau saran.
2.
Anggota harus menghormati
sesama anggota.
3.
Anggota harus berusaha ke arah
kesepaduan dalam kalangan anggota.
4.
Anggota harus tidak memonopoli
setiap satu sesi.
5.
Anggota seharusnya berperan
sebagai ketua kelompok dari waktu ke waktu.
6.
Setiap anggota harus mematuhi
norma-norma kelompok seperti tidak datang lambat dan merahasiakan segala
diskusi yang berlangsung dalam kelompok itu.
7.
Anggota harus mendengarkan
secara aktif masalah yang dikemukakan oleh anggota lain dalam kelompok dan juga
berempati dengannya.
8.
Setiap anggota harus bersedia
berbagi masalah dengan menceritakannya kepada anggota-anggota lain dalam
kelompok.
I. JENIS KELOMPOK KONSELING
Kelompok
Bimbingan
Jenis kelompok
ini merupakan sesi diskusi. Seorang ketua komite mungkin menangani suatu kelompok
yang terdiri dari 12-40 orang anggota. Kelompok bimbingan merupakan sesi
memberikan informasi atau penerangan. Kelompok ini sesuai dilakukan untuk
menyediakan informasi pendidikan, kejuruan atau pribadi dengan tujuan menolong
anggota menyediakan rencana untuk hidup yang lebih bermakna.
Kelompok
Konseling
Kelompok
konseling berbeda dari kelompok bimbingan karena kelompok konseling berfokus
pada individu-individu dan bukannya diskusi umum atau pemberian informasi saja.
Kelompok ini berfokus pada pengembangan diri individu, meningkatkan tingkah
laku serta membangun keterampilan berkomunikasi, mengadakan hubungan antara
individu atau membuat keputusan tentang satu-satu kursus atau karir.
Ukuran
kelompok bisa berbeda dari 5-10 orang anggota. Peran konselor sejauh
menyediakan suasana damai dan tenang yang dapat mendorong anggota bersedia
berbagi masalah-masalah mereka. Peranan ketua kelompok harus diambil alih oleh
seorang anggota kelompok. Masalah-masalah pribadi biasanya dibagi dan saran
serta ide menyelesaikannya dikemukakan. Setiap anggota mencoba menolong anggota
lain yang berada dalam kesulitan dari segi psikologi.
Kelompok
Berorientasi Tugas
Tujuan
kelompok ini adalah untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dialami oleh
kebanyakan anggota. Dalam kelompok seperti ini, anggota-anggota kelompok
diajarkan teknik-teknik menyelesaikan masalah. Misalnya, seorang anggota yang
segan atau malu untuk berteman dengan siswa-siswa lain harus belajar tentang
keterampilan berkomunikasi. Seseorang siswa yang ingin membuat satu-satu
keputusan karena kurang percaya diri bisa diajarkan keterampilan membuat
keputusan.
Kelompok
Pertemuan
Menurut
Shertzer dan Stone (1976), kelompok pertemuan adalah satu kelompok yang
berbasis pengalaman yang bertujuan memfasilitasi perkembangan dan kesadaran
diri. Kelompok pertemuan bisa juga dianggap sebagai suatu yang memfasilitasi
pengungkapan sepenuhnya potensi-potensi seseorang. Anggota kelompok akan
mendapat masukan dari anggota lain dan memahami tingkah laku mereka telah
mempengaruhi tingkah lakunya.
Kelompok
pertemuan adalah untuk anggota-anggota yang normal dan menekankan pembinaan
keterampilan untuk berkomunikasi secara efisien. Kelompok kepekaan menegaskan
kepekaan dan ditekankan pada hal-hal pribadi dan antara individu. Perasaan-perasaan
individu juga banyak ditegaskan.
Kelompok
Terapi
Dalam kelompok
terapi, biasanya seseorang ahli ilmu jiwa akan membantu individu mengurangi
atau mengatasi masalah-masalah psikologis yang telah mempengaruhi kehidupan
biasa mereka.
Kelompok T
Kelompok T
(kelompok latihan atau kelompok latihan laboratorium) mirip untuk menekankan
keterampilan hubungan manusia yang diperlukan untuk fungsi yang efisien dalam
sebuah organisasi bisnis.
Dalam kelompok
laboratorium, tekanan adalah pada pendidikan melalui pengalaman di suatu
lingkungan di mana suatu fosil bisa terjadi, data dapat dianalisis, ide-ide
baru dicoba, keputusan-keputusan dibuat atau masalah-masalah diselesaikan.
Biasanya, kelompok-kelompok ini berorientasi tugas dan fokusnya adalah terhadap
masalah organisasi yang khusus seperti, Bagaimana kepemimpinan bisa iikongsi?
Apakah caranya pekerja bisa menyatakan sesuatu secara kreatif?
Fokus kelompok
T adalah pada proses kelompok bukan? Ada perkembangan individu. Proses kelompok
mengacu pada peringkat-tingkat perkembangan suatu kelompok dan
interaksi-interaksi yang ada di setiap tingkat. Anggota kelompok diajar
bagaimana memperhatikan proses-proses mereka dan juga bagaimana mengembangkan
suatu peran kepemimpinan agar mereka dapat melanjutkan kelompok-kelompok dengan
diri mereka sendiri.
Kelompok
Tegas Diri
Kelompok jenis
ini bertujuan membantu anggota-anggota yang kurang tegas, seperti yang memiliki
sikap tidak berani menyatakan hal-hal tertentu, tidak berani menyuarakan
perasaan tidak puas, kurang arif untuk bereaksi dan selalu membolehkan orang
lain memperalatkannya. Dengan kata lain, kelompok tegas diri adalah untuk
individu-individu yang membutuhkan latihan untuk menegaskan hak-hak mereka
dengan cara yang tidak agresif.
Kelompok
Konseling Vokasional
Kelompok ini
biasanya lebih besar dari kelompok-kelompok lain. Anggotanya berkonsentrasi
pada aspek informasi tentang berbagai karir dan menjelajahi berbagai karir
dalam bidang pekerjaan. Setelah diteroka minat, kemampuan serta informasi
mengenai per-satu karir, anggota dibantu untuk membuat keputusan terhadap karir
itu.
Peringkat
konselor adalah di luar lingkaran terapi antara anggota. Konselor seharusnya
bergerak di belakang anggota-anggota kelompok secara berkala sepanjang sesi itu
berlangsung. Perilaku konselor ini akan memberikan pesan bahwa dia sedang
memperhatikan dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh anggota. Peringkat ini
juga menunjukkan pandangan yang mendalam oleh konselor itu. Dengan itu, anggota
akan mencoba dengan keras mensukseskan suatu sesi yang dijalankan itu.
Keterampilan
Ketua Kelompok
Untuk menjamin
efektivitas satu-satu kelompok, seseorang ketua harus memiliki beberapa
keterampilan. Menurut Trotzer (1977), keterampilan-keterampilan itu bisa dibagi
keterampilan reaksi, keterampilan interaksi dan keterampilan tindakan.
Keterampilan
reaksi adalah responsif. Keterampilan ini membantu ketua kelompok (konselor)
agar tersedia mendengar apa yang ingin dikatakan oleh anggota-anggota kelompok.
Keterampilan interaksi oleh anggota-anggota kelompok. Keterampilan ini
menjalankan fungsi 'orang tengah', yaitu mengontrol dan membimbing interaksi
kelompok dan mempercepat efek terapeutik (penyembuhan). Keterampilan tindakan
merupakan keterampilan yang digunakan oleh pemimpin kelompok untuk berpartisipasi
aktif dalam meningkatkan proses kelompok. Keterampilan ini akan menambah
tingkat interaksi kelompok dan merupakan cara ketua kelompok bisa menggunakan
keahliannya untuk membantu anggota-anggota khususnya atau kelompok umumnya.
Keterampilan
Reaksi
Mendengar
merupakan keterampilan yang paling penting bagi seseorang ketua kelompok.
Keterampilan ini perlu dikembangkan agar memperoleh pemahaman mendalam tentang
anggota, masalah-masalah mereka dan komunikasi antara mereka dalam kelompok.
Mendengar secara aktif harus dilakukan. Hal ini berarti konselor bisa
menyatakan balik isi dan perasaan yang didengarnya serta membuat interpretasi
terhadap hal yang didengarnya itu.
Ketua yang
mendengar secara aktif menyampaikan empat sifat: erapeutik kepada para anggotanya.
Situasi ini menunjukkan penerimaan keran a ketua akan mendengarkan dan bukannya
akan menghukum. Selain itu, kondisi ini juga menunjukkan wujud menghormati
karena ahli-anggota bisa menyatakan perasaan mereka.
Aspek yang
ketiga adalah pemahaman dan empati dengan cara berpikir lain berperasaan
seperti anggota. Akhirnya, 'usaha mementingkan anggota' ditampilkan karena
dengan ini anggota telah disebutkan. Mendengar secara aktif dapat dilakukan
dengan beberapa teknik berikut:
1.
Pernyataan kembali Pernyataan
kembali merupakan teknik di mana konselor menyatakan kan balik apa yang dikatakan klien. Teknik
ini menunjukkan konselor telah memahami apa yang dinyatakan oleh anggota
(klien).
Misalnya:
Anggota: Saya merasa saya belum
mencapai apa-apa dalam
sesi kelompok ini. Konselor: Anda
merasa Anda tidak mencapai apa pun dalam kelompok ini.
Refleksi
Refleksi
adalah keterampilan yang menyatakan komunikasi anggota-anggota dan menunjukkan
bukan saja mereka didengar tetapi apa yang dinyatakan telah dipahami. Refleksi
membantu konselor untuk berempati dengan klien. Refleksi harus mempertimbangkan
kedua tingkah laku anggota-anggota kelompok, yaitu lisan dan juga tanpa lisan.
Misalnya:
Anggota: Saya masuk ke maktab
perguruan ini karena menurut kehendak orang tua saya. Konselor: Tampaknya Anda
masuk ke maktab perguruan seolah didesak oleh orang tua.
Menjelaskan
Teknik
menjelaskan merupakan keterampilan untuk meminta anggota menjelaskan
aspek-aspek kenyataannya yang kabur. Ada kalanya konselor harus membantu klien
(anggota) dengan menggunakan istilah yang tepat. Misalnya:
Anggota: Saya tak suka duduk di rumah.
Ayah suka membentak setiap waktu. Konselor: Dari apa yang dikatakan tentang
ayah Anda, seolah-olah Anda sangat takut padanya. Apakah itu benar?
Memformulasi
Teknik merumuskan
merupakan teknik menggulung segala yang dibahas dalam sesi konseling itu.
Teknik ini akan mengutamakan bahan-bahan penting yang telah dibahas serta
hal-hal yang disajikan. Merumuskan memungkinkan ketua kelompok mendapatkan
pemahaman yang lebih mendalam mengenai anggota-anggota kelompok serta membantu
mereka melihat kemajuan yang telah dicapai. Misalnya:
Ketua:
Pembicaraan kita sejauh ini adalah berfokus pada sebab-sebab mengapa beberapa
dari kita selalu merasa mengantuk saat mendengar kuliah. Kita juga telah
membahas beberapa cara untuk menghindari merasa mengantuk
Keterampilan
Interaksi
Menyederhanakan
Teknik ini
merupakan keterampilan mengatur interaksi kelompok yang memastikan semua
anggota kelompok berpeluang mengungkapkan pandangannya. Ketua harus obyektif
dalam melaksanakannya. Misalnya:
Ketua: Tampaknya ada dua pandangan
berlainan tentang isu ini. Pelatih-pelatih seharusnya diberi cuti seminggu
sebelum ujian. Kita baru saja mendengar dari anggota yang mendukung. Sekarang,
apakah pandangan dari ahli yang tidak setuju?
Menginterpretasikan
Konselor
menafsirkan tentang apa yang dikatakan oleh anggota. Interpretasi ini dapat
dibuat mengenai suasana kelompok ada. Misalnya:
Ketua: Dari apa yang saya perhatikan,
diskusi kelompok selalu mengubah topik. Ada kemungkinan kamu semua belum
tersedia menyentuh sesuatu yang pribadi. Kalau begitu, saya rasa kamu semua
belum percaya-mempercayai satu sama lain.
Membuat
rantai
Membuat rantai
merupakan keterampilan merapatkan anggota dan meningkatkan kesepaduan dalam
kalangan mereka. Misalnya:
Tampaknya
Azman dan Lai Seng setuju gerko diadakan tiga kali seminggu, sedangkan Azlina
dan Selvi lebih suka jika gerko diadakan setiap hari.
Mencegah
Keterampilan
mencegah atau intervensi digunakan saat ditemukan diskusi anggota tidak berguna
atau caci-mencaci telah terjadi di antara anggota kelompok.
Situasi-situasi
lain yang memerlukan intervensi kepala kelompok adalah diskusi telah
menyimpang, anggota dipengaruhi oleh emosi, anggota tidak berminat,
anggota-anggota kelompok mencoba menghukum anggota yang lain, anggota yang
mencoba menguasai diskusi, anggota yang menimbulkan masalah yang tidak bisa
dikendalikan oleh anggota-anggota kelompok, unsur kebosanan telah ada dalam
kelompok dan anggota-anggota enggan berbagi informasi diri yang penting untuk
perjalanan sesi kelompok. Misalnya:
Anggota: Sabtu, awak ni selalu datang
lambat. Kami yang duduk lebih jauh pun bisa tiba awal. Awak ni sudah hilang
minat, ya? Kalau begitu, elok berhenti saja!
Anggota lain: Kami mendukung! Baik
jangan datang lagi. (Massal)
Ketua: Saya tidak yakin apa yang
terjadi. Saya harap kamu semua akan tenang. Mari kita dengar apa yang
menyulitkan Sabtu. Cara ini lebih cocok karena kita berada di sini dengan
tujuan tolong menolong antara satu sama lain.
Mendukung
Mendukung
merupakan keterampilan menyediakan peneguhan dan promosi kepada anggota-anggota
kelompok dalam interaksi mereka. Keterampilan ini berguna saat anggota-anggota
kelompok dalam interaksi mereka. Selain itu, keterampilan mendukung berguna saat
anggota meluahkan perasaan yang sedih atau mendorong seseorang pemalu
menyatakan perasaannya. Keterampilan ini bisa dihentikan jika tingkah laku yang
positif tidak ditonjolkan oleh anggota kelompok. Misalnya:
Ahli: Sampai hari ini, saya selalu
berharap saya tidak
merupakan seorang yang malu. Saya
berharap teman saya dalam kelompok ini dapat membantu saya mengatasi
kekhawatiran terhadap orang lain.
Menentukan
batas
Keterampilan
menentukan batas penting untuk memberi struktur pada kelompok. Keterampilan ini
menyediakan suatu kerangka di mana kelompok dapat berinteraksi dan mencegah
kata-kata yang bisa menyinggung. Dengan kata lain, keterampilan ini mencegah
interaksi yang merusak dan pada waktu yang sama menetapkan pedoman untuk
interaksi yang terapeutik. Misalnya:
Adalah elok untuk kita semua
menghindari membawa keluar dari kelompok ini bahan-bahan diskusi kita. Dengan
cara itu, rahasia kita tetap terpelihara.
Melindungi
Keterampilan
ini diperlukan untuk melindungi anggota-anggota kelompok dari kritikan-kritikan
negatif kelompok. Tekanan kelompok adalah tinggi dan ahli atau beberapa orang
anggota mungkin dikritik secara tidak adil. Karena itu, perlindungan harus
diberikan agar perasaan mereka itu tidak tersinggung. Misalnya:
Ketua:
Tampaknya, setiap dari Anda telah mengatakan sesuatu tentang Norlinda tetapi
tidak seorang pun yang menyentuh aspek positifnya. Mari kita berhenti sebentar
untuk meneliti perilaku kelompok untuk mengidentifikasi apakah yang menyebabkan
kita begitu negatif hari ini?
Tanggapan
persetujuan
Dalam diskusi
yang dipenuhi kontroversi, keterampilan mendapatkan masukan mengenai
persetujuan anggota adalah penting. Misalnya:
Ketua: Sesi kita sudah berjalan hampir
20 menit menyentuh hal mengenai pandangan ahli dalam kelompok ini. Kalau setiap
dari Anda melibatkan diri secara serius, tujuan kita lebih cepat tercapai.
Apakah pandangan sendiri mengenai soal penglihatan ini. Masni, bisa Anda mulai?
Keterampilan
Aksi
1.
Menyoal
Pertanyaan
bisa digunakan untuk membantu anggota-anggota kelompok mempertimbangkan
aspek-aspek diri yang tidak pernah dipikirkan oleh mereka. Pertanyaan bisa juga
mengubah kesenyapan ke perbincangan yang produktif. Jenis pertanyaan yang
diajukan harus merupakan pertanyaan terbuka agar dapat banyak memperoleh
informasi dari anggota-anggota. Pertanyaan tertutup yang membutuhkan awapan
'ya' atau 'tidak' harus dikurangi
Contoh Pertanyaan Terbuka
Anggota: Saya rasakan orang tua saya
tidak percaya lagi.
Saya tidak tahu apa yang harus
dilakukan untuk mengubah pandangan mereka. Ketua: Tampaknya orang tua Anda
telah kehilangan kepercayaan terhadap Anda. Tetapi Anda mungkin tahu harapan
mereka. Coba ceritakan sedikit tentang Standar kepercayaan yang diharapkan oleh
orang tua Anda.
Contoh Pertanyaan Tertutup
Ketua: Anda suka datang ke sekolah?
Untuk pertanyaan seperti di atas,
besar kemungkinan klien akan menjawab 'ya' atau 'tidak'
Mencungkil
Keterampilan
ini mendorong anggota mengkaji masalah-masalah mereka dengan lebih mendalam
dengan adanya bimbingan luar seperti seorang konselor. Bila ketua kelompok
mengajukan pertanyaan, anggota hanya akan mendiskusikannya secara singkat saja.
Ketua harus sensitif kepada perasaan dan pemikiran ahli. Kalau anggota enggan
berbicara, tindakan mencungkil itu harus dihentikan. Misalnya:
Anggota: Saya
tahu saya ada perasaan marah dalam diri saya. Tapi, saya tidak tahu
penyebabnya. Ketua: Jadi, Anda tahu Anda ada perasaan marah tetapi tidak tahu
mengapa.
Coba Anda berikan situasi-situasi di
mana Anda merasa lebih marah dari yang lain.
Menyediakan
suasana kelompok
Suasana yang
sesuai adalah penting untuk menjamin efektivitas kelompok. Menyediakan suasana
kelompok adalah proses menyediakankan Standar yang bermutu yang bisa
diperhatikan oleh anggota. Kepala bisa memberikan suasana yang kondusif dengan
berbagai cara, termasuk susunan fisik (seperti posisi kursi, meja dan karpet),
rasa hati yang ditampilkan oleh ketua, jenis kepemimpinan dan aktivitas yang
dicadangkan untuk anggota-anggota kelompok. Menyediakan suasana yang sesuai
memungkinkan anggota memikirkan tingkah laku, perasaan dan bagaimana bereaksi
dengan cara yang sesuai.
Misalnya:
Ketua: Sejauh ini, kita hanya berfokus
pada hal-hal yang kita ingin ubah pada diri kita. Bagaimana, kalau kita mencoba
berbagi informasi tentang aspek-aspek diri yang kita ingin pertahankan. Bakar,
mencoba Anda mulai.
Konfrontasi
Keterampilan
ini digunakan apabila ditemukan adanya ketidaksesuaian antara apa yang
dibicarakan dengan apa yang dilakukan. Konflik bisa juga terjadi dari segi
perasaan dan pemikiran. Konflik ini harus ditonjolkan agar anggota yang terkait
sadar tentangnya. Dengan itu, dia akan memikirkan satu-satu aspek tentang
dirinya secara lebih mendalam lagi.
Karena konfrontasi seolah menantang
anggota, maka kemahiran ini dilihat berisiko. Anggota mungkin akan merasa
dirinya tidak diterima atau tidak dihormati ketua kelompok. Jadi, konfrontasi
elok digunakan ketika kepercayaan dan keyakinan antara anggota telah mencapai
tingkat yang tinggi. Ketua kelompok harus berhati-hati saat konfrontasi dengan
setiap anggota kelompok. Keterampilan ini harus dilakukan tanpa menunjukkan
rasa menghukum atau menuduh terhadap anggota tersebut. Misalnya:
Anggota: Saya telah berupaya untuk
belajar sekurang-
kurangnya satu jam sehari tapi saya
masih belum berhasil. Ketua: Soon Lee, saya baru saja mendengar Anda
memberitahu Azmi yang Anda menonton televisi hampir tiga jam malam tadi. Coba
Anda terangkan perbuatan ini dengan apa yang Anda katakan tadi.
Pengungkapan
Kendiri
Pengungkapan
diri adalah keterampilan di mana ketua kelompok berbagi informasi tentang
dirinya atau pengalamannya dengan anggota-anggota. Hal ini sejalan dengan cogan
kata 'Kepemimpinan Melalui Teladan'. Anggota akan mengikuti contoh konselor dan
berikutnya akan lebih rela berbagi informasi tentang dirinya sendiri.
Pengungkapan diri juga menunjukkan yang ketua itu rela terlibat dalam proses
yang dialami oleh anggota-anggota kelompok. Cara ini akan terus mendorong
anggota untuk berbagi masalah-masalah mereka.
Misalnya:
Ketua: Maaf, saya tidak dapat
memberikan perhatian penuh terhadap sesi harian kita. Barangkali, saya telah
berpikir rencana saya ke Pulau Langkawi pada cuti semester minggu depan.
Anggota: Saya pikir cikgu ada masalah.
Tapi, siapa yang tidak senang tentang suatu rencana yang menyenangkan.
Menyediakan
Model
Menyediakan
model merupakan keterampilan menunjukkan fitur-fitur, sifat-sifat dan
keterampilan yang harus dipelajari oleh anggota-anggota agar dapat berfungsi
secara efektif dalam kelompok. Kepala merupakan model. Karena itu, ia harus
menunjukkan fitur-fitur dan sifat-sifat yang baik sebagai konselor. Menunjukkan
model yang baik dapat mengajar anggota akan keterampilan yang penting untuk
komunikasi dan interaksi yang efektif dalam kelompok. Anggota akan juga
mencontoh tingkah laku ketua kelompok atau konselor. Misalnya
Ketua: Hari
ini, saya ingin mulai sesi dengan uraian tentang diri Anda sendiri. Huraikan
tentang diri Anda seolah-olah ia adalah rekan karib Anda. Saya akan mulai dan
Anda semua harus mendengar dan perhatikan bagaimana saya menggambarkan tentang
diri saya
Kebaikan dan Kelemahan Kelompok 4.14.1
Kebaikan Kelompok
Kelompok terapi memiliki beberapa
kebaikan seperti berikut:
1.
Anggota bisa menjelajahi cara
mereka berhubungan dengan anggota-anggota lain dan mempelajari
keterampilan-keterampilan sosial yang efektif.
2.
Suasana kelompok memberikan
dukungan kepada tingkah laku baru dan mendorong anggota-anggota mencoba tingkah
laku tersebut. Selanjutnya, anggota akan memutuskan apakah akan menerapkan
perilaku baru dalam hidup mereka atau sebaliknya.
3.
Berbagai jenis sahsiah dapat
ditemukan. Anggota akan mendapat jawaban yang beragam jenis dari
individu-individu yang berlainan. Hal ini akan mendorong seseorang melihat
dirinya dari berbagai segi.
4.
Faktor-faktor dalam kelompok
dapat mendorong perkembangan pribadi. Misalnya, anggota berpeluang mempelajari
tentang diri sendiri melalui pengalaman orang lain, mengalami kemesraan yang
mendorong pengungkapan diri dan mencoba menyelesaikan setiap masalah sendiri
dan juga masalah orang lain sebagai suatu tanggung jawab bersama.
Kelemahan
Kelompok
Kelompok bukan merupakan sesuatu yang
bisa menyelesaikan semua masalah.
Adanya tekanan
untuk mematuhi norma-norma kelompok yang mungkin membawa unsur paksaan dari
segi anggota. Unsur paksaan tidak sejalan dengan konsep konseling.
Setengah-setengah
anggota menjadi terlalu tergantung pada anggota-anggota kelompok. Setiap
masalah yang dihadapi meskipun kecil, seharusnya diajukan dengan harapan
diselesaikan oleh kelompok.
Tidak semua
individu tersedia sesuai untuk konseling kelompok. Ada yang terlalu agresif,
yang mirip untuk mencurigai orang lain atau terlalu mudah tersinggung perasaan.
Individu-individu seperti ini mungkin tidak dapat berfaedah dari sesi-sesi
kelompok.
Ada anggota
yang menggunakan situasi kelompok untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya
untuk mendapatkan empati tetapi tidak serius untuk bertindak ke arah solusi
masalahnya.
Kelompok Efektif
1.
Anggota percaya-mempercayai
antara satu dengan lain dan bersedia berbagi masalah.
2.
Tujuan adalah jelas dan
spesifik
3.
Komunikasi adalah secara
langsung dan terbuka.
4.
Konsentrasi adalah pada'di sini
dan ketika ini'dan anggota berbicara langsung kepada anggota lainnya.
5.
Fungsi kepemimpinan adalah
dibagi
6.
Interaksi adalah jujur dan
spontan. Pengungkapan diri dapat terjadi.
7.
Perpaduan di antara anggota
8.
Konflik antara anggota
diterima, diskusikan dan biasanya diselesaikan.
9.
Anggota bertanggung jawab atas
tindakan yang akan diambil untuk menyelesaikan masalah.
10. Tanggapan
diberi secara bebas.
11. Anggota
merasakan harapan untuk berubah memang ada.
12. Konfrontasi
diterima sebagai tantangan untuk memeriksa tingkah laku diri sendiri
13. Norma-norma
kelompok dibentuk secara kolektif oleh anggota-anggota dan ketua kelompok.
14. Penekanan
pada fungsi pemikiran dan perasaan. Perasaan dinyatakan serta ditimbangkan.
15. Anggota
juga membicarakan masalah mereka di luar sesi kelompok
Kelompok
Tidak Efektif
1.
Anggota tidak
percaya-mempercayai bahkan mereka enggan menyatakan perasaan dan pemikiran
masing-masing
2.
Tujuan adalah abstrak dan kabur
Anggota mungkin tidak ada tujuan
3.
Klik terbentuk dan komunikasi
tidak terbuka.
4.
Konsentrasi adalah pada masa yang
lampau. Ahli mencoba menceritakan hal orang lain.
5.
Ketua kelompok memonopoli
proses
6.
Interaksi tidak jujur dan
anggota berpura-pura. Pengungkapan diri adalah minimum.
7.
Anggota tidak rapat antara satu
adalah tinggi. dengan lainnya.
8.
Perasaan negatif atau konflik
dibiarkan.
9.
Anggota menuduh orang lain
merana menimbulkan masalah pribadi dalam kelompok.
10. Tanggapan
diberi tetapi ahli selalu mencoba mempertahankan (defense) posisinya.
11. Anggota
berputus asa seolah terperangkap.
12. Konfrontasi
dilakukan dengan cara yang agresif. Anggota yang mengalami konfrontasi itu
merasa dia dihukum.
13. Norma-norma
dilaksanakan oleh ketua kelompok tanpa konsultasi dengan ahli-ahli.
14. Anggota
hanya mengungkapkan perasaan tanpa usaha untuk memahaminya.
15. Anggota
jarang memikirkan masalah mereka di luar sesi kelompok.
Penentangan
dan Cara Mengatasinya dalam Kelompok
Penentangan dalam Kelompok
Dalam sesi
konseling kelompok, biasanya ada anggota yang enggan bekerjasama dalam proses
konseling. Penolakan ini dikenal sebagai penentangan. Ada beberapa sebab
mengapa perlawanan terjadi. Antara perlawanan yang utama adalah:
1.
Hubungan antara anggota belum
erat. Jadi, mereka belum dapat percaya-mempercayai satu sama lain.
2.
Takut menjelajahi diri mengenai
kekhawatiran yang dialami oleh diri sendiri.
3.
Takut dilihat oleh
anggota-anggota lain sebagai bodoh.
4.
Takut kalau tersilap cakap yang
bisa menyinggung anggota lain.
5.
Takut melihat diri dengan jujur
karena mungkin tidak ada apa-apa
kekuatan pada dirinya sendiri.
6.
Takut bahwa pengungkapan diri
dapat menyebabkan dirinya disingkirkan atau tidak diterima oleh anggota-anggota
lain. Misalnya, kalau Ampi memberitahu dia mengidap penyakit kulit yang sulit
diobati, mungkin lebih banyak lagi anggota-anggota kelompok yang tidak berani
mendekatinya.
Cara
Mengatasi Perlawanan dalam Kelompok
Untuk
melibatkan semua anggota dalam sesi kelompok, cara-cara harus di ukirkan untuk
mengatasi perlawanan. Antara cadangan untuk mengatasi penentangan adalah:
Hubungan
antara anggota harus rapat. Hal ini akan meningkatkan percaya-mempercayai satu
sama lain dalam kalangan anggota. Bila tingkat kepercayaan meningkat, maka
anggota-anggota pun bersedia untuk berpartisipasi dalam sesi kelompok.
Anggota harus
menghindari diri dari mengkritik secara negatif apa yang dinyatakan oleh
anggota.
Ketua kelompok
atau konselor harus tidak menghukum atau mencap anggota (misalnya: Awak ini
memang bodoh. Hal yang sepele jangan dibawa ke sini).
Anggota harus
disadarkan tentang baiknya penglihatan dalam kelompok secara serius.
Ketika sesuatu yang sesuai diajukan,
konselor harus menyatakan persetujuan secara berkala. Perbuatan ini akan
mendorong anggota-anggota lain untuk terus berbicara.
Jika suasana
kelompok adalah tegang, kepala bisa menimbulkan unsur kelucuan untuk
menghilangkan ketegangan itu.
"Kepala
dapat menggunakan contoh-contoh dari luar untuk menggalakkan anggota agar terus
berinteraksi dan bertukar pandangan.
Kepala bisa menggunakan
pertanyaan-pertanyaan terbuka yang sesuai, seperti "Tampaknya, Anda ingin
berbagi sesuatu, Ahmad. Silakan lanjutkan ..." Pertanyaan seperti ini akan
mendorong anggota untuk berbicara.
Konselor bisa
menyediakan anggota dari segi mental dan emosi dengan memberitahukan apa yang
diharapkan dari mereka sebagai anggota kelompok
Dari waktu ke
waktu, konselor bisa meyakinkan anggota-anggota tentang rahasia informasi yang
dibagi dalam sesi kelompok. Hal ini menyebabkan anggota lebih bersedia
mengungkapkan informasi tentang diri sendiri. Dengan kata lain, perlawanan akan
dapat dikurangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar