S. Miharja, uin bandung
1
|
Konsep Karir dalam Persepktif Dakwah
|
Okjek kajian
·
Menjelaskan
normatif karir inspirasi agama
·
Menjelaskan
bimbing karir sebagai wahana dakwah
·
Menjelaskan
Komponen PembimbingKarir
·
Menjelaskan Bimbingan Karir
dalam Realitas
A. Pendahuluan
Dalam pandangan Islam,
prestasi ibadah tidak bisa terpisahkan dengan prestasi sosial, ekonomi, dan
budaya. Pribadi muslim yang paripurna (kaffah)
merupakan integrasi dari kualitas hubungan dengan Alloh (ibadah mahdoh)
dan hubungan dengan makhluk (ibadah ghoir mahdoh). Dengan demikian prestasi karir seorang ummat
merupakan implementasi mendasar dan implementasi kekafaahan dari panggilan
ketuhanan (religious calling).
Berkenaan dengan ini
panggilan ketuhanan ini, dapat dipaparkan bagaimana konsep bimbingan karir
secara normatif dan implementatif berkaitan dengan dakwah akan diuraikan dalam
tulisan ini. Pertama, disajikan
bagaimana manusia muslim yang diharapkan Allah swt berkenaan dengan karir. Kedua, bagaimana diperlukan keterpanggilan
religius menjadi pembimbing karir. Ketiga,
bagaimana Komponen pembimbing karir dalam rangka dakwah. Keempat, bagaimana memadukan konsep karir
dalam mainstream dengan konteks budaya masyarakat muslim khususnya di Indonesia.
B. Normatif Karir
Inspirasi Agama
Karir secara umum menunjuk
pada pekerjaan seseorang dalam organisasi kerja. Secara Islami, tentunya konsep organisasi
kerja yang dimaksud tidak hanya pada organisasi bisnis semata. Lebih luas karir juga bisa terjadi pada
lapangan organisasi social dan keagamaan. Malahan, bagaimana prestasi karir bisnis,
social dan keagaamaan itu terintegrasi
dalam bingkai karir secara normatif sebagai religious calling.
Katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat
pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mngetahui yang gaib dan yang nyata,lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. 9:105)
Allah swt memposisikan muslim
sebagai hamba dan wakil Allah (khalifah) secara bersamaan. Sebagai hamba Allah, muslim wajib dan tunduk
patuh pada syariat yang bersifat normatif, bagaimana hukum mengatur pribadi
muslim dalam beragama dan berkarya. Syariat normative yang dimaksud adalah Al
Qur’an dan Sunnah. Sebagai khalifah
fil ardi, manusia dituntut mempunyai
kreativitas untuk senantiasa menggapai kehidupan yang lebih sejahtera. Akal
dituntut lebih kreatif untuk mengemban amanah khalifah, sedangkan ketaatan
lebih dominan untuk mengemban amanah sebagai abdillah.
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi. ”QS. 2:30
Prinsip-prinsip karir dalam
inspirasi Islam dapat diambil dari Al Qur’an. Pertama, Allah swt menjamin bahwa
setiap makhluk pasti diberi fasilitas kehidupan.
Dan sungguh, Kamilah yang menghidupkan dan mematikan
dan kami (pulalah) yang mewarisi. (QS 15:23)
Kedua, Allah swt mengakui derajat dan martabat manusia,
serta telah menyediakan fasilitas selengkapnya agar manusia hidup secara bermartabat.
Dan sungguh, kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan
kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki yang
baik-baik dan kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan
dengan kelebihan yang serpurna. (QS. 17:70)
Ketiga, ada persamaan hak berkarir antara pria dan
wanita, semua akan diberi pahala yang sama saat mampu menunaikan kebajikan.
Dan barangsiapa mengerjakan amal kebajikan, baik
laki-laki maupun perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akanmasuk ke
dalam surga dan mereka tidak didzalimi sedikit pun. (QS. 4:124)
Keempat, menekuni suatu karir kerja memerlukan ilmunya.
Dan jangan kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu
ketahui, karena pendengaran, penglihatan, dan hati nerani, semua itu akan
diminta pertanggungjawabannya. (QS. 17:36)
Kelima, karir ditujukan juga untuk menggapai
kesejahteraan dan menolak petaka.
Wahai orang-orang yang beriman! Periharalah dirimu dan
keluargamu dari apai neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, dank eras yang tidak durhaka kepada Allah
terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. (QS, 66:6)
Keenam, Allah telah menganugrahkan segala yang ada di
bumi ini untuk fasilitas karir.
Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di
bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi
tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu. (QS. 2:29)
Ketujuh. Hal fitrahi yang berkenaan dengan dorongan
untuk berkeluarga, memiliki usaha dijamin oleh Allah swt.
Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta
terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta
benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak,
dan sawh lading. Itulah kesenangan hidup
di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali mereka. (QS. 3:14)
B. Bimbing Karir
sebagai Wahana Dakwah
Karir merupakan arena ummat
untuk mengimplementasikan diri sebagai hamba dan khalifatullah, karenanya
membicarakan karir sesungguhnya bagian integral dari dakwah. Siapapun yang
berkiprah dalam bimbingan karir sesungguhnya telah menegakkan upaya dakwah.
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (QS. 16:125)
Prinsip hikmah, mauidhoh,
dan mujadalah merupakan tiga metode dalam seruan (dakwah) pada jalan
kehidupan Islam. Ketika karir dipandang sebagai bagian integral dari kehidupan
beragama, maka ketiga motode dakwah tersebut masuk pula pada bimbingan karir. Demikian
juga hukum dasar dari seruan pada berkarir yang sesuai dengan jalan (sabil)
agama itu merupakan perintah Allah swt. Karena sifatnya perintah, maka
melakukan bimbingan pada karir termasuk wajib dalam rangka mengajak ummat tetap
teguh, produktif dan sejahtera berada dalam jalan Agama.
Mengapa dalam berkarir
manusia memerlukan pembimbing?Iman secara fitrahi senantiasa berubah-ubah,
kadang bertambah kadang berkurang (al imanu yazidu wayankusu), untuk
menjaga kestabilan maka diperlukan bimbingan. Demikian pula dengan karir, naik
dan turun karir merupakan hal yang alamiah. Dalam bentangan karir yang dimulai
dari perencaaan karir, selanjutnya masuk pada pra jabatan, lalu memasuki
jabatan, masa puncak karir, sampai akhirnya mengalami akhir karir memerlukan
format baik secara terbimbing langsung ataupun tidak langsung.
Dalam rangka dakwah pula,
Allah swt memerintahkan nasihat menasihati dalam beriman dan beramal shaleh,
termasuk di dalamnya dalam masalah karir.
Demi masa. Sugguh,
manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan serrta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk
kesabaran. (QS. 103: 1-3)
Bahkan Allah swt menyatakan
bahwa puncak karir merupakan kesempat emas untuk menyeru pada ibadah.
(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di
bumi, mereka melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat makruf
dan mencegah dari yang munkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS. 22:41)
Dakwah untuk menyeru pada
jalan Allah tidak semata-mata menyeru dan menyampaikan syariat secara normatif,
namun secara implementatif dapat direalisasikan melalui kegiatan karir. Segala
lapangan pekerjaan apakah dunia usaha, sosial, seni-budaya, pendidikan,
pemerintahan termasuk pada wilayah karir. Semuanya itu merupakan aktivitas yang
harus seiring sejalan dengan produktivitas dan kebermaknaan secara religious. Karenanya,
bimbingan karir
ibarat memasuki ruang terang yang menampakan masalah dan solusi karir seseorang.
Bimbingan karir tidak saja dipandang dari sisi individu, lebih dari itu,
bagaimana agama memberikan inspirasi, soluasi dan energi berkarir.
C. Komponen Kemampuan
Pembimbing Karir
Bimbingan karir
merupakan pekerjaan professional, yang karenanya memerlukan sejumlah Komponen
yang harus dipenuhi oleh para pembimbing karir. Komponen pembimbing karir berupa pemilikan
sejumlah Komponen dan keterampilan tertentu. Selain itu, bimbingan juga merupakan suatu
proses. Dalam setiap tahapan proses
memerlukan penerapan keterampilan-keterampilan tertentu.
Sejumlah Komponen yang perlu dimiliki pembimbing karir antara lain :
1. Komponen religius, memiliki sikap personal yang
terigrasi dalam bingkai keagamaan. Membimbing karir didasarkan pada panggilan
dakwah, semata-mata mewujudkan keadaan ummat yang damai, sejahtera sesuai
prinsif salam (wallahu yad’u ila darussalam).
2. Komponen scientific, memiliki penguasaan keilmuan
tentang karir dan cara membimbingnya (walataqfu ma laisa laka bihi ilm).
3. Komponen sosial, memiliki kepekaan sosial sehingga
tampil secara proaktif mengambil bagian sebagai problem solver (yaj’allahu
makhrojaa) atas masalah-masalah kiprah diri ummat, khususnya dalam bidag
ekonomi yang ditangani secara perseorangan maupun kelompok.
D. Bimbingan Karir dalam
Realitas Kehidupan Keagamaan
Wahana
bimbingan karir disadari ataupun
tidak, sudah live dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Sejak anak manusia dalam kandungan para orang
tua dipimpin tokoh agama sudah memanjatkan do’a agar kelak anaknya
menggembirakan dan lahir sempurna. Do’a
yang sering panjatkan antara lainRobbi habli minladunka durriyatan thoyyibah.
Dan selanjutnya terus menerus
dipanjatkan do’a agar dianugrahi kemampuan menjadi pemimpin bagi orang-orang
yang bertakwa: robbana hablana minazwajina wadurriyatina qurrota a’yun
wajalna lilmuttaqina imama.
Ketika anak mulai menginjak remaja awal, para orangtua sudah mulai
mengenalkan karir terhadap apa yang biasa dikerjakan oleh orangtuanya. Pada masayarakat informal apakah itu petani
kecil, nelayan, sudah dapat dipastikan semua pekerjaan kasab tersebut
melibatkan bantuan anaknya. Pada
masyarakat formal, pekerjaan orangtua sering dikenalkan dan bahkan dilekatkan
oleh masyarakat, misalnya dengan sebutan anak kiayi, anak guru, anak tentara,
dst. Bahkan pada masyarakat melayu,
orangtua yang baru meninggal dunia dibacakan aktivitas karir yang menyangkut
kegiatan ekonomi, peran social, serta kifrah keagamaan pada anak-anak dan
kerabatnya. Pembacaan aktivitas karir
ini, melekatkan karir yang positif pada
anak-anak dan masyarakat secara luas.
Membantu orang muda
dalam merencanakan masa depan menjadi lebih prioritas bagi aktivis pembimbing karir.
Namun juga, membimbing para ibu, ayah
dan ustadz agar mampu mengarahkan anak mencapai Komponen karir yang optimal
juga prioritas. Secara nonformal wahana
ini bisa disampaikan dalam forum masjid, pertemuan rapat di madrasah, dst. Medinya bisa lisan, suara, tertulis atau
bahkan secara lebih terintegrasi.
Ada sejumlah
tantangan, kenapa bimbingan karir begitu urgen untuk ditekuni dan
diimplementasikan pada generasi muda. (a)
ada kerentanan taraf kematangan vokasional orang muda (vocational maturity).
Diantara mereka, mungkin belum
mempunyai gambaran tentang tujuan jangka waktu panjang, atau sudah dihadapkan
pada beberapa pilihan yang dapat sangat menentukan bagi perkembangan
selanjutnya. (b) Harus dihindari bahaya
yang terkandung dalam memberikan saran tentang pilihan yang sebaiknya dibuat,
karena yang sebaiknya mungkin tidak dimengerti oleh orang muda; dia hanya mengikuti sarannya saja. Lain keadaannya bila saran dari konselor
dimengerti dan diterima dengan ikhlas. (c) Harus dihindari memberikan ramalan yang
bersifat dogmatik tentang kemungkinankonseli akan berhasil atau gagal dalam
mengabil suatu jalur. Setelah konseli
mendapat penjelasan tentang makna data yang tersedia tentang diri sendiri dan
tentang lingkungan hidupnya, dia tetap bebas untuk memilih, juga kalau dia
memutuskan untuk mengadu nasib. (d)
Harus dihindari memberikan kesan bahwa hanya terdapat satu pekerjaan yang cocok
bagi konseli dan akan memuaskan baginya. Maka, dapat dianggap bijaksana bila konseli
membuat beberapa pilihan dalam urutan prioritas: pilihan pertama, kedua, dan
ketiga yang tidak terlalu berjauhan suatu sama lain. Seandainya pilihan pertama kelak kemudian
ternyata tidak dapat dilaksanakan karena timbul hambatan besar yang tidak dapat
diatasi, konseli sudah siap mental untukberputar haluan tanpa mengalami rasa
frustrasi yang mendalam. (e) Harus
dijaga jangan sampai konseli membuat pilihan hanya atas dasar keinginan saja. Alternatif-alternatif yang tersedia, selain
ditinjau dari sudut apakah diinginkan (desirable), juga harus ditinjau
dari sudut apakah dimungkinkan (possible), bahkan dapat juga ditinjau
dari sudut apakah akan membawa hasil yang diharapkan seandainya dipilih (probable)
jika tersedia data tentang kemungkinan besar atau kecil untuk berhasil
baik, misalnya data tentang prospek masa depan suatu program studi atau bidang
pekerjaan. Lebih-lebih anak remaja yang
cenderung berfantasi yang indah-indah, harus disadarkan akan bahaya percaya
pada dongengatau yakin begitu saja bahwa dia akan mengalami nasib untung
seperti beberapa orang idolanya.
Macam-macam data yang perlu diperoleh dan
ditafsirkan dalam rangka bimbingan karir antara lain informasi tentang diri
sendiri yang meliputi data tentang: (1) kemampuan intelektual; (2) bakat khusus
di bidang studi akademik; (3) minat-minat baik yang bersifat Iebih luas maupun
yang bersifat lebih khusus; (4) hasil belajar dalam berbagai bidang studiinti;
(5) sifat-sifat kepribadian yang mempunyai relevansi terhadap partisipasi dalam
suatu program studi, suatu program latihan kerja, seperti berani berbicara dan
bertindak, koperatif, sopan, dapat diandalkan, bijaksana, rajin, berpotensi
dalam bidang kepemimpinan, rapi, tekun, toleran, tahan dalam situasi yang penuh
ketegangan (stress tolerance), terbuka, jujur dan berwatak baik; (6)
perangkat kemahiran kognitif, seperti kemampuan untuk mengadakan analisis dan
sintesis, kemampuan mengatur arus pikiran sendiri dalam menghadapi suatu
problem, kemampuan menguraikan secara lisan dan secara tertulis, kemampuan
mengatur kegiatannya sendiri, kemampuan memahami dan berbicara bahasa asing,
dan kemampuan menangkap keadaan orang lain (inteligensi sosia1); (7)
nilai-nilai kehidupan dan cita-cita masa depan; (8) bekal berupa keterampilan
khusus yang dimiliki dalam bidang administrasi/tata usaha, kesenian, olahraga,
mekanik, serta koordinasi motorik, yang semuanya dapat sangat relevan bagi
program persiapan kerja tertentu; (9) kesehatan fisik dan mental; (10)
kematangan vokasional (vocational maturity). Semua data ini bersifat psikologis dan
bersama-sama membentuk gambaran diri (konsep diri) dalam berbagai aspeknya dan
menyadarkan orang muda akan "Siapa saya ini? (The person 1 am)"; "saya
ingin menjadi orang seperti apa(The person 1 want to be)"; "saya
seharusnya menjadi orang seperti apa (The person 1 ought to be)".
Data tambahan, antara lain infiormasi
mengenai keadaan keluarga dekat meliputi data tentang: (1) posisi anak dalam
keluarga; (2) pandangan keluarga
tentang peranan dan kewajiban anak laki-laki dan anak perempuan; (3) harapan
keluarga mengenai masa depan anak; (4) taraf sosial-ekonomi kehidupan keluarga;
(5) gaya hidup dan suasana keluarga: (6) taraf pendidikan orang tua dan
kakak-kakak; (7) sumber-sumber konflik antara orang tua dan anak yang sudah
besar; (8) status perkawinan orang tua, misalnya salah seorang dari orang tua
sudah meninggal atau orang tua sudah cerai: dan (9) siapa tinggal di rumah
selain orang tua sendiri dan kakak adik sekandung.
Kelembagaan
dan berbagai upaya bimbingan karir secara nyata telah berurat berakar dalam
masyarakat, baik kelembagaan secara formal maupun tidak formal. Upaya bimbingan karir ini bermuara pada suatu
perolehan pekerjaan yang diharapkan akan bermakna bagi diri sendiri dan bagi
masyarakat. Kenyataan ini dapat
diantisipasi dengan mempersiapkan orang muda melalui aneka upaya bimbingan yang
mengindahkan arti bekerja dalam kehidupan manusia dan kekhususan dari perkembangan
karir.
Upaya
bimbingan dalam lingkungan khusus maupun masyarakat luas ditujukan untuk
membantu semua individu agar untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut: (1)
mengenal berbagai jenis jabatan yang terbuka baginya dan sekaligus bermakna
serta memuaskan, dan menghayati semua nilai yang diamali oleh masyarakat yang
berorientasi pada kerja: (2) menjadi mampu untuk mengambil keputusan rasional
sehubungan dengan tujuan-tujuan yang ingin diperjuangkan dalam bidang kegiatan/
aktivitas vokasional: dan (3) melaksanakan keputusan karir secara nyata dalam
bentuk mengintegrasikan semua nilai yang terkandung dalam bekerja (vocational
values) serta semua sikap yang dituntut dalam bekerja (vocational
attitudes) dalam keseluruhan gaya hidupnya.
Seluruh upaya
bimbingan dalam keluarga, masyarakat, lembaga formal mencakup segala usaha
mendampingi orang muda mengeksplorasi beraneka kelompok jabatan (occupational
clusters), memahami berbagai tuntutan yang harus dipenuhi dan keseluruhan
pergeseran yang berlangsung di pasar kerja: memperoleh kemahiran kemahiran
intelektual, pengetahuan, sikap-sikap, dan keterampilan umum serta khusus yang
diperlukan untuk mulai bergerak di pasar kerja dan mengadakan perencanaan bagi
pembangunan masa depannya sendiri (career planning). Pada gilirannya diharapkan akan memiliki
bekal keterampilan/keilmuan, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan fluktuasi
perubahan dalam masyarakat, mempunyai tata cara bekerja yang baik dan tepat
dalam melakukan apa saja (good work habits), berpegang pada nilai-nilai
yang mendorong mau bekerja keras; menguasai cara yang tepat untuk mengambil keputusan
tentang jabatan dan melamar pekerjaan di pasar kerja; memiliki keterampilan
umum serta yang memungkinkan untuk mengikuti program latihan lebih luas dan
mendalam dalam lingkungan jabatannya kelak (trainable).
Program
bimbingan karir dalam spectrum luas diharapkan bermanfaat; bagi anak, remaja
awal, remaja lanjut, yang dewasa, masa prajabatan, dalam jabatan, bahkan
pascajabatan, yang putus sekolah; yang
akan melanjutkan ke perguruan tinggi: bagi yang tamat pendidikan menengah dan
akan langsung bekerja; bagi yang memantapkan diri dalam perkembangan karirnya
selama belajar di perguruan tinggi; dan bahkan bagi siapa pun juga yang masa
tengah umur terpaksa memulai karir yang kedua (second career).
Berdasarkan
umur, upaya bimbingan karir pada anak-anak mengarah pada penyadaran karir
(career awareness). Pada remaja awal
pada eksplorasi karir (career exploration) dan para remaja lanjut pada persiapan
karir (career preparation). Komponen
dasar yang perlu dicapai selama bimbingan karir dapat berupa: (1) pemahaman
diri sebagai makhluk Tuhan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban beragama;
(2) kesadaran tentang pekerjaan yang ada dan gaya hidup yang berkaitan dengan
keterlibatan dalam suatu pekerjaan: (3) kesadaran tentang sikap dan nilai
sehubungan dengan partisipasi dalam dunia kerja; (4) kesadaran tentang kaitan
antara dunia ekonomi dan dunia kerja; (5) kesadaran tentang bekal kemahiran
intelektual (persep, konsep) dan bekal keterampilan motorik yang diperlukan
untuk dapat memangku suatu pekerjaan; (6) cara berpikir dan bertindak yang
tepat untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam rangka perencanaan masa
depan; (7) cara bertindak yang tepat bila akan mencari lowongan kerja dan
memasukkan lamaran; rerta (8) kesadaran tentang kaitan antara berbagai program
bidang studi dan aneka kursus latihan dengan peringkat Komponen yang harus
dimiliki untuk dapat memenuhi seluruh tuntutan pekerjaan.
Dalam
masyarakat yang lebih modern, lembaga karir sudah lebih tertata secara
professional. Pada negara-negara yang sudah maju, kelompok bimbingan karir ini
disebut Career Planning Office, Biro Penempatan Tenaga (Placement office), Laboratorium
Bimbingan Karir (Guidance Career Center; Guidance Resource Center; Career
Information Center). Yang popular di
Indonesia adalah biro penempatan kerja, perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia
(PJTKI), pusat bimbingan karir (career center), pusat club remaja (adolescent
center), dan berbagai himpunan/asosiasi usaha dan profesi. Beberapa kelompok
pengembangan profesi dan keterampilan bisa terhimpun pada berbagai kelompok karir
di bidang bahasa, keilmuan, seni, olah raga, kebudayaan, bahkan politik.
Kelompok-kelompok karir tersebut, masih amat sedikit mendapat sentuhan
bimbingan secara terprogram. Bahkan pada bimbingan di sector formal pada
lembaga pendidikan sekalipun, bimbingan karir masih banyak yang terbaikan. Hal
ini terlihat dari semakin banyak angka penganggur pada mereka yang berijazah
tinggi. Demikian juga, sekalipun banyak forum pengajian di masjid, madrasah dan
ormas keagamaan tertata secara regular dan terencana, sentuhan dunia karir
masih amat minim. Dilain hal, pada dunia usaha, karyawan pabrik, kelompok
pendukung/suporter olah raga, aspek karir sangat terabaikan. Ketertinggalan
ini, tentunya menjadi tantangan dan kesempatan karir bagi aktivis pembimbing karir
yang dikemas dalam nuansa keislaman.
Seperangkat
informasi vokasional yang kiranya dibutuhkan antara lainpelayanan melalui
kegiatan keagamaan,kesejahteraan sosial, dan ketenagakerjaan. Bimbingan dan Bimbingan di bidang pelayanan
keagamaan adalah bantuan yang diberikan kepada ummat dalam lingkungan
organisasi keagamaan tertentu, baik dalam bentuk pelayanan kelompok seperti
ceramah, diskusi kelompok, renungan; maupun dalam bentuk pelayanan individual
seperti wawancara bimbingan. Bimbingankarir berbasis keagamaan ibarat memasuki ruang terang yang
menampakan masalah dan solusi karir seseorang. Karir tidak saja dipandang dari
sisi individu, lebih dari itu, bagaimana agama memberikan inspirasi, soluasi
dan energi untuk menujukkan pada karir seseorang. Pada bimbingan ini dapat
mengidentifikasi masalah-masalah yang berhubungan dengan karir seorang serta
mencari alternatif jalan keluar dari berbagai masalahnya. Masalah tersebut ada
yang tidak terlampau serius sehingga dapat dipecahkan dalam tempo relatif
cepat, ada pula yang sangat serius sehingga mengganggu individu bersangkutan
maupun rekannya. Dalam keadaan seperti ini, bimbingankarir sangat diperlukan. Anda bisa menghubungi konselor untuk mencari bantuan menangani
masalah-masalah karir ini.
Tanda-tanda
individu masyarakat memerlukan kehadiran pembimbing karir antara lain,
munculnya salah satu keadaan sebagai berikut : (1) agama yang kering, tanpa gairah dan
antusiasme. (2) Aktivitas kerja merasa
tidak bermakna. (3) kesulitan menetapkan
tujuan dan mencapai tujuan. (4) merasa
potensinya tidak berkembang secara maksimal. (5) mempunyai mimpi yang lebih besar untuk
diri sendiri. (6) Orang-orang merasa
sering memanfaatkannya dalam pekerjaan. (7) tidak tahu apa yang ingin dilakukan. (8) benci kekuasaan. (9) Pekerjaannya tidak cocok dengan
kepribadiannya. (10) tidak pernah
mendapatkan imbalan yang pantas. (11)
tidak tahu bagaimana membuat dirinya diperhatikan lingkungan karir. (12) sering dilewatkan apabila ada
promosi/kenaikan. (13) Pekerjaannya
membosankan. (14) tidak pernah
mendapatkan penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan. (15) merasa tidak punya apa-apa untuk
ditawarkan kepada perusahaan. (16) tidak tahan dengan senior/atasan-atasan. (17) sering berganti pekerjaan/pendidikan, tapi
yang baru tidak lebih baik dari yang lama.
Jika tanda-tanda tersebut terjadi maka
saatnya konseling karir diperlukan,
karena akan berdampak buruk bagi karir dan religoiusitas individu. Individu tersebut akan merasakan bahwa tidak
ada peluang-peluang tertentu untuk meningkatkan karirnya dan tidak akan
berusaha merubah imagenya, produktifitas akan menurun dan merasa lelah dalam
berkarya. Seharusnya seorang harus
menunjukkan mampu dan dibutuhkan bahkan
mungkin harapan yang besar telah disiapkan untuk menduduki suatu posisi
tertentu namun belum saatnya.
Literatur
Abdul Hamid. 1997. SDM yang produktif pendekatan Al Qur’an dan
Science. Gema Insasi Press, Jakarta.
Bimo Walgito. 2005. Bimbingan dan Konseling. Andi Yogyakarta.
Brammer, Awrence. 2000. The
Helping Relationship. Prentice-Hall
International Edition. NY.
Departemen Agama RI.
2007. Syamil Al Qur’an. Jakarta.
Desak PE. 2005. Analysis Tes Bakat. Galia Indonesia, Bogor.
Miharja. 2010. Teknik
Konseling. Aleogama Porto Guidance
Counseling, Bandung.
_______, 2008. Pengantar Bimbingan
dan Konseling. LPM STAIS, Garut.
Prayitno dan Erman
Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling. Rineka Cipta,Jakarta.
Pope,
Mark. 1999. Applications of Group
Career Counseling Techniques in Asian Cultures. Journal of Multicultural
Counseling & Development; Jan99, Vol. 27 Issue 1, p18, 13p.
Sukardi. 2000. Bimbingan Karir. Rineka Cipta, Jakarta.
Toha Yahya. 2004. Islam dan Dakwah. Zakia Islami Press, Jakarta.
Tohirin. 2007. Bimbingan
dan Konseling Berbasis Integrasi. Rajagrafindo
Persada, Jakarta.
Yies Sadiyah. 1997. Bimbingan
dan Konseling di Sekolah. IAIN SGD
Bandung
Willis. 2005. Konseling Individual, Teori dan Praktek. Alfabeta, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar