5
|
Keterampilan
Konseling karir dalam setting Individual
|
S. Miharja, uin bandung
Pengenalan
Setiap individu memiliki sifat dan
keadaan yang unik. Diantara mereka ada yang nyaman menceritakan hal pribadi
dalam suatu kelompok dan ada pula yang merasa segan. Individu yang merasa malu
membutuhkan layanan secara individual. Sebagaimana dinyatakan oleh McLeod
(2007), bahwa konseling individual adalah keadaan seseorang yang membangun
hubungan khusus dengan seseorang yang terlatih yang bisa membantunya memecahkan
suatu masalah yang sulit diselesaikan oleh dirinya sendiri.
A. Tujuan Konseling Individual
Konseling individual dalam konseling
karir adalah untuk:
1.
Membantu mendapatkan informasi
karir yang sesuai dengan minat, bakat, kemampuan dan prestasi akademik.
2.
Membantu menyelesaikan masalah
pemilihan karir.
3.
Mengungkapkan pada jenis-jenis
pekerjaan di sektor publik dan swasta dengan mengadakan ceramah, pertunjukan
video dan kunjungan ke dunia industri dan perusahaan-perusahaan.
4.
Memberikan kesadaran akan perencanaan
karir yang harus dibuat sejak awal.
B. Prinsip-prinsip Konseling Individual
1.
Setiap konselor harus
menghormati kejujuran klien untuk bertemu dengannya karena meminta pertolongan.
2.
Konselor harus menjelaskan
persyaratan konseling kepada klien seperti tempat dan hari bertemu, periode
satu-satu sesi dan jenis-jenis pekerjaan rumah yang harus dilakukan.
3.
Konselor harus merujukkan klien
itu kepada konselor yang lain jika kasus yang ditangani di luar pengalamannya.
4.
Konselor harus memberitahu
klien bahwa semua informasi yang diberikan adalah sulit.
5.
Konselor bisa meminta pandangan
dari konselor-konselor lain jika ditemukan kesulitan-kesulitan dalam kasus yang
dikendalikannya.
6.
Konselor harus bertanggung
jawab mencari lembaga referensi jika terdapat kliennya mulai mengancam
keselamatan orang lain.
C. Keterampilan Dasar Bimbingan dan Konseling
Konselor
membutuhkan keterampilan-keterampilan dasar dalam menjalankan sesi bimbingan
dan konseling. Keterampilan itu adalah seperti berikut:
1. Memberi Perhatian
Konselor yang dapat
memberikan perhatian yang teliti agar dapat memahami masalah klien dengan baik.
Selain itu, situasi ini akan menimbulkan rasa hormat dan rasa aman bagi
seseorang klien selain berfungsi sebagai alat peneguhan dan memudahkan
komunikasi. Justru, hal itu akan membantu menjalin hubungan baik antara
konselor dengan kliennya.
Komponen-komponen
Tingkah Laku Memberi Perhatian
1)
Kedudukan tubuh (posture). Peringkat
tubuh konselor harus condong ke depan, yaitu ke arah klien. Hal ini penting
untuk menunjukkan kepada klien, bahwa konselor itu tertarik mendengar apa yang
dikatakan klien. Sembari, konselor dapat mengubah posisi tubuhnya untuk
mendapatkan kondisi yang tenang.
2)
Ekspresi muka. Ekspresi muka
konselor harus berseri, menunjukkan pembimbing itu siap menerima klien. Jika
pembimbing bermuka masam atau bermuram, situasi ini memberikan pesan yang klien
itu mungkin mengganggunya.
3)
Tantangan mata. Konselor harus membalas
tatapan mata dengan klien. Kondisi ini menunjukkan pembimbing meminati apa yang
dikatakan klien dan bersama klien secara fisik dan mental. Namun, konselor
harus mengalihkan pandangan matanya jika ditemukan klien merasa malu.
4)
Pertanyaan terbuka. Satu cara
mendorong klien berbicara dengan panjang lebar adalah dengan menggunakan
pertanyaan terbuka. Cara ini memberikan kesempatan kepada klien untuk berbicara
lebih banyak lagi. Misalnya: "Coba ceritakan apa yang telah terjadi pada karir
Anda."
5)
Dorongan minimum untuk
berbicara. Dorongan minimum termasuk gerak isyarat, anggukan kepala, kata
tunggal, perawakan tubuh atau ulangan kata-kata penting yang menunjukkan
konselor itu berminat akan kata-kata klien. Dorongan minimum penting untuk
mendorong klien itu terus bercakap.contohnya: 'Mmm', A-ha ',' Ya ',' Jadi? '
Seorang
konselor dapat menggunakan daftar koreksi untuk memperhatikan tingkah lakunya
selama konseling. Jika ada kelemahan-kelemahan, konselor tersebut harus
berusaha mengatasinya agar efektivitas sesi konseling dapat ditingkatkan.
2.
Keterampilan Mendengar
Setiap orang pernah merasa sedih,
tertekan atau gelisah. Dalam kondisi begini, kita butuh seseorang untuk
mendengarkan masalah kita. Sebagai seorang konselor, kita seharusnya belajar
cara mendengar dengan efisien sebelum bertindak membantu menyelesaikan masalah
klien.
Dalam konseling karir, aktivitas yang
dilakukan bukan merupakan tindakan yang pasif. Menurut Cari Rogers, seorang
konselor harus mendengarkan secara aktif. Hal ini berarti, konselor harus
melakukan sesuatu yang positif agar masalah seseorang dapat dipahami dengan
baik. Kondisi tersebut melibatkan sikap dan tubuh yang mengirim pesan tanpa
lisan kepada klien, yaitu, "Pada saat ini, Anda adalah orang yang paling
penting dalam dunia. Kata-kata Anda menarik minat saya. Kebajikan Anda adalah
paling penting bagi saya." Dengan kata lain, tantangan mata dipertahankan.
Tidak ada apa-apa gangguan sehingga klien itu habis berbicara. Konselor
memberikan perhatian sepenuhnya dan menunjukkan minat yang murni terhadap
kata-kata klien.
Mendengar secara aktif tidak hanya
mendengar tetapi memahami perasaan klien dengan mendalam. Konselor tidak hanya
berkata, "Saya mengerti perasaan Anda," tetapi konselor merasakan apa
yang sedang dirasakan oleh klien. Hal ini berarti, konselor berkemahiran
mendengar dengan empati. Selain itu, situasi ini menunjukkan konselor dapat
menyatakan kembali dengan tepat ide-ide klien dan menyebut dengan tepat
perasaan klien. Perasaan terpendam klien juga dapat ditafsirkan dengan tepat
oleh konselor. Dengan kata lain, konselor dapat membuktikan kepada klien akan
kemampuan mendengar, memahami dan menerima apa yang disampaikan kepadanya.
Mendengar
secara aktif membawa dua manfaat. Pertama, keterampilan ini dapat memberikan
lebih banyak informasi untuk diskusi dan tindakan lebih lanjut. Kedua,
keterampilan ini memiliki efek terapeutik. Berbicara kepada seorang pendengar
yang aktif memungkinkan individu itu mengungkapkan masalah yang dihadapinya dan
hal ini berakibat pelepasan emosi. Selain itu, pendengar yang aktif akan
memberikan satu lagi efek, yaitu perasaan penting sebagai seorang individu
kepada orang yang mengungkapkan segala masalahnya.
3.
Keterampilan Bertanya
Setiap konselor harus memiliki
keterampilan bertanya. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan lebih banyak
informasi tentang sesuatu masalah klien.
Jenis-jenis pertanyaan yang bisa
diajukan dua jenis, yaitu pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka.
Pertanyaan-pertanyaan tertutup biasanya membutuhkan jawaban 'ya' atau 'tidak'
sementara pertanyaan-pertanyaan terbuka membutuhkan deskripsi dari klien.
Karena pertanyaan-pertanyaan tertutup tidak mendorong klien menguraikan tentang
sesuatu, maka informasi yang diperoleh terbatas. Sebaliknya
pertanyaan-pertanyaan terbuka akan memungkinkan konselor banyak memperoleh
informasi. Berikut adalah contoh pertanyaan-pertanyaan.
Pertanyaan
tertutup
1)
Konselor: Apakah kamu mempunyai
masalah dengan rencana karir?
Klien:
Ya.
2)
Konselor: Sudahkah kamu mencarikan
solusinya?
Klien:
Belum.
3)
Konselor: Apakah kamu merasa
ssedang dilanda ketidakpastian karir?
Klien:
Tidak.
4)
Konselor: Maukah kamu bergabung
menjadi laskar pembimbing karir?
Klien:
Ya.
Dari contoh pertanyaan-pertanyaan di
atas, adalah jelas bahwa informasi yang diperoleh begitu terbatas sekali. Jadi,
seseorang konselor harus berusaha mengajukan lebih banyak pertanyaan terbuka
dari pertanyaan tertutup. Berikut adalah contoh pertanyaan-pertanyaan terbuka.
Pertanyaan Terbuka
Tipe pertanyaan-pertanyaan ini memungkinkan
konselor banyak memperoleh informasi dari klien. Dengan informasi yang
mencukupi, konselor akan dapat membentuk gambaran jelas tentang masalah yang
dihadapi oleh kliennya. Mari kita lihat
beberapa contoh pertanyaan-pertanyaan terbuka.
1)
Apakah yang memotivasi kalian berminat
dalam konseling karir ini?
2)
Ceritakan isi do’a-do’a kalian
berkenaan dengan keinginan karirmu?
3)
Karir perlu perencanaan dan
persiapan yang matang, namun pendapat lain karir dipandang sebagai takdir saja.
Bagaimana dengan Anda?
4)
Bagaimana agar keterampilan
yang Anda miliki dapat memperkuat pencapaian karir yang cemerlang?
Pertanyaan-pertanyaan terbuka
memudahkan klien menceritakan sesuatu masalah dengan panjang lebar. Informasi
yang cukup memudahkan konselor menangani satu-satu masalah klien
4.
Keterampilan Memahami
Seseorang
konselor harus berusaha memahami masalah
sebelum mencoba menyelesaikannya. Beberapa dari kita bersikap kurang
sabar. Setelah mendengar sesuatu masalah, kita terdorong menyelesaikannya
dengan cepat. Hal ini bukanlah cara yang efisien dalam usaha membantu. Setelah
berusaha memahami masalah, barulah konselor akan mendapat gambaran yang lebih
jelas dan akurat tentang kesulitan yang dihadapi oleh. Dalam kondisi seperti
ini, barulah konselor berupaya menolong
menyelesaikan masalahnya. Bagaimana konselor berusaha memperoleh
pemahaman yang lebih jelas tentang masalah? Mari kita teliti satu contoh
bagaimana konselor memandu klien agar mendapat satu gambaran jelas tentang
kesulitan yang menghadang karir.
Contoh satu
Konselor: Kamu menyatakan tiem seleksi berlaku tidak fair, tidak meloloskan kamu dalam
pilihan kompetisi karir yang baru?
Klien: Ya.
Konselor: Kamu rasa diperlakukan tidak adil?
Klien: Memang.
Konselor: Hal ini menyebabkan kamu merasa menuntut
keadilan?
Klien: Tentu.
Contoh 2
Konselor: Coba kamu ceritakan apa yang Anda
tidak adil itu!
Klien: Tim seleksi telah memilih calon yang yang menjadi
anak dari teman-temannya. Bukan saya yang tidak kompeten, atau tidak menyiapkan
diri. Dari lima kandidat yang terpilih semuanya mempunyai relasi pertemanan.
Mereka melakukan tindak kkn. Ini jelas telah merugikan saya.
Konselor: Jadi, kamu merasa kecewa atas
tindakan tim seleksi karir?
Klien: Ya. Memang beliau menentukan pilihan berdasarkan
hubungan pertemanan bukan profesionalitas.
Konselor: Kamu merasa kamu menjadi korban kkn?
Klien: Sudah jelas begitu. Saya merasa tertekan. Saya
pikir ...
Keterampilan
untuk memahami masalah klien harus diperkukuh agar konselor memperoleh gambaran
menyeluruh serta latar belakang suatu masalah. Contoh di atas menunjukkan
bagaimana konselor memandu (atau klien)
untuk menjelaskan masalahnya. Dalam konteks ini, konselor harus berupaya
mengemukakan pertanyaan secara bertahap agar suatu skenario masalah dapat dikembangkan. Klien dalam kasus tersebut
jelas mengalami perasaan kecewa karena dia merasa telah menjadi korban. Dengan
itu, konselor harus membantunya mengendalikan rasa kecewa itu dan menggantinya
dengan perasaan dan tingkah laku yang konstruktif.
5.
Keterampilan Berempati
Bila seseorang merasa sedih atau
tertekan, kita harus mencoba berempati. Keterampilan berempati adalah kemampuan
konselor dalam memahami dan merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien.
Keterampilan ini penting karena bukan saja dapat membantu memahami hal yang
disebutkan oleh klien tetapi dia juga merasakan perasaan yang dialaminya.
Berikut adalah contoh keterampilan
berempati yang digunakan oleh konselor.
Klien: kuliah Anda sudah tingkat akhir. Entah bagaimana
saya kemudian akan mendapat pekerjaan setelah jadi sarjana?
Konselor: Anda khawatir karena kuliah sudah hamper berakhir namun
merasa tidak mempunyai kepastian kerja setelah tamat kuliah.
Respons atau pernyataan konselor
mengandung dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif (perasaan). Aspek
kognitif itu adalah dia akan segera menjadi sarjana sedangkan aspek afektif
adalah perasaan khawatir tidak mendapat pekerjaan yang layak.
Keterampilan berempati konselor akan
membentuk gambaran kepada klien bahwa konselor telah memahami ide dan
perasaannya, dia terdorong untuk menceritakan masalahnya dengan lebih lanjut.
Hal ini penting untuk membantu konselor memahami kesulitan klien dengan lebih
lanjut dan jelas. Bila skenario keseluruhan dicapai, barulah konselor berada
dalam kondisi yang baik untuk membantu klien menyelesaikannya masalahnya.
Kepentingan Empati
Tanggapan konselor yang menunjukkan
empati akan mendatangkan hasil seperti berikut:
1)
Membangun hubungan dengan klien.
Bila klien menemukan bahwa konselor bisa memahaminya, dia akan mengungkapkan
masalahnya dengan mudah.
2)
Mendorong eksplorasi diri. Sesudah
konselor menanggapi empati, akan mulai
mengeksplorasi situasi yang dihadapinya dengan lebih mendalam.
3)
Memeriksa pemahaman dengan
klien. Klien dapat memperbaiki respons empati konselor yang kurang tepat.
4)
Memberikan dukungan. Empati
merupakan cara menyelami jiwa klien dari aspek pengalaman, tingkah laku dan
perasaan.
5)
Melancarkan komunikasi. Empati
biasanya mendorong klien berbicara dengan lebih lanjut karena dia merasa
konselor telah memahaminya.
6)
Meningkatkan fokus. Empati
memberikan fokus kepada isu penting yang diutarakan oleh klien. Empati membantu
klien dan pembimbing memahami pengalaman, tingkah laku dan emosi klien.
7)
Membatasi konselor. Empati
memperlambat konselor untuk memberikan nasihat terlalu awal. Empati mendorong
klien memikirkan strategi yang bisa digunakan dalam solusi masalahnya.
8)
Mendorong tindakan klien. Empati
mendorong klien untuk mengakui masalahnya dan mencoba memahami masalahnya
dengan mendalam, menyusun strategi dan bertindak dengan tegas.
6.
Interpretasi
Konselor
membuat interpretasi karena hendak meyakinkan pemahaman masalah yang
dikemukakan klien. Dia akan mementingkan aspek intelektual kata-kata klien.
Interpretasi memungkinkan konselor memperoleh satu gambaran yang lebih jelas
mengenai masalah yang dihadapi klien.
Hal-hal
berikut harus diberi perhatian saat konselor membuat interpretasi:
•
Gunakan kata-kata sederhana
yang bisa dipahami oleh klien.
•
Jangan berikan terlalu banyak
interpretasi pada sesi awal.
•
Toleransi dan penghormatan
klien harus ada agar klien tidak dipaksa menerima sesuatu interpretasi.
Contoh 1
Klien: Saya banyak berdo’a untuk kegemilangan karir
saya, walaupun hasilnya tidak seperti yang saya minta pada Tuhan.
Konselor: Anda mencoba bahwa berdo’a merupakan upaya untuk
kegemilangan karir Anda, dan kini Anda memerlukan rekonseptual mengenai do’a
yang mustajab.
Contoh 2
Klien: Saya telah belajar dengan keras dan mendapat
nilai bagus. Namun keadaan ini tidak membuat saya otomatis mulus dalam
berkarir.
Konselor: Dari apa yang Anda katakan tentang belajar keras dan
pencapaian nilai belajar yang sangat baik anda merasa tidak otomatis mendapat
karir yang gemilang. Benarkan demikian?
7.
Pengungkapan diri
Pengungkapan diri merupakan satu
keterampilan yakni konselor berbagi informasi atau pengalaman diri sendiri
dengan klien. Hal ini bisa dilakukan jika informasi itu relevan serta dapat
mendatangkan kelegaan kepada klien.
Klien: Ini yang kedua kalinya saya mencoba mengikuti
seleksi penerimaan karyawan baru.
Konselor : Itu bukan hal luar biasa. Saya pun mengikuti seleksi dalam
jabatan seperti ini sebanyak tiga kali sebelum akhirnya saya diterima dan
menduduki jabatan penting.
Contoh di atas, konselor berbagi
informasi diri yang bisa menyebabkan
merasa lega dan nyaman. Klien dapat merasakan bahwa bukan dia seorang
saja yang berada dalam kondisi tersebut.
8.
Parafrasa
Sesi konseling
diperlukan waktu 30 sampai 45 menit. Dalam kondisi demikian, terlalu banyak hal
yang telah dicurahkan oleh klien. Jadi, adalah wajar untuk seseorang konselor
meringkas pernyataan klien dari waktu ke waktu. Keterampilan seperti ini
disebut parafrasa yang bertujuan memungkinkan konselor memeriksa pemahamannya
tentang masalah yang disampaikan.
Contoh
Klien: Saya harus mendapat posisi penting di pusahaan
saya tempat bekerja. Prestasi kerja saya selama ini sudah sangat baik baik.
Saya telah membuat rencana kerja dengan baik. Semua yang saya targetkan tercapai
dengan hasil memuaskan. Kapan gerangan
saya bisa naik tingkat pada jabatan penting.
Konselor: Tampaknya saudari optimis akan mendapatkan kenaikan
tingkat dalam jabatan di tempat kerja. Indikasi itu logis, atas pencapaian
prestasi kerja selama ini. Bagaimana promosi jabatan penting yang akan datang
dapat saudara raih.
Contoh di atas memperjelas, bahwa parafrasa
dapat meningkatkan memori konselor terhadap isi-isi penting yang telah
disebutkan oleh klien. Pada waktu yang sama, parafrasa juga bisa meningkatkan
pemahaman diri klien tentang masalah-masalah yang dihadapinya. Parafrasa
menimbulkan kesadaran diri yang berikutnya mungkin akan memberikan pandangan
kepada klien untuk menyelesaikan masalah-masalahnya.
9.
Konfrontasi
Keterampilan konfrontasi digunakan
ketika konselor menemukan apa yang dinyatakan oleh klien berbeda dari
tindakannya. Misalnya, seorang mungkin
telah berjanji bahwa dia akan mempersiapkan keterampilan karir yang diperlukan.
Akan tetapi sampai pada masa promosi jabatan, dia masih belum juga memiliki
keterampilan yang dipersyaratkan. Kondisi seperti ini jelas menunjukkan bahwa
konfrontasi bisa digunakan untuk menyadarkan
bahwa kata-katanya berbeda diripada tindakannya.
Klien
atau mungkin merasa tergugah ketika konselor
bimbingan mulai menggunakan konfrontasi. Dengan itu, klien mungkin akan
mengakhiri sesi bimbingan dan tidak ingin bertemu dengan konselor lagi. Karena
itu, adalah elok jika konfrontasi hanya digunakan ketika dirasakan hubungan
antara konselor bimbingan dengan klien adalah ramah dan benar-benar kokoh.
Konfrontasi bisa mempercepat proses konseling karena dapat menimbulkan
kesadaran dalam diri dengan cepat. Di
samping itu, konfrontasi mendorong untuk
mengubah tingkah lakunya agar sesuai dengan kata-katanya.
10.
Senyap
Dalam sesi
konseling, ada kalanya terjadi kesenyapan. Penghentian sementara ini memiliki
berbagai arti. Klien berhenti berbicara karena dia merasa tidak nyaman untuk
memberikan informasi lebih lanjut. Mungkin dia sedang mengadakan eksplorasi diri,
yaitu dia akan mendapat pandangan terhadap masalah yang dihadapinya. Ada
kemungkinan klien itu sedang mencari ide dan perasaan untuk disampaikan. Jika
bisa, biarlah klien itu berbicara setelah kesenyapan itu. Untuk memecahkan
kesenyapan, konselor dapat menggunakan reaksi berikut:
1.
Tampaknya, saudari sedang
memikirkan sesuatu. Bisa saya berbagi?
2.
Mungkin saudara sudah tersedia
untuk berbagi dengan saya tentang apa yang dipikirkan tadi.
3.
Saya kira saudari ada sesuatu
yang ingin disampaikan. Silahkan ceritakan.
11.
Keterampilan Ketika Ini (Immediacy)
Konselor
mungkin dapat memprediksi perasaan klien dari waktu ke waktu. Misalnya,
ketika mencoba melihat jam tangan
beberapa kali, kemungkinan dia sudah merasa bosan dengan sesi konseling yang
panjang itu. Kemungkinan ini dia ada janji yang lain. Pada masa itu, konselor
bisa berbicara dalam suasana 'di sini dan ketika mi' [here and now).
Misalnya, konselor bisa mengatakan
kepada bahwa “Anda kelihatan sudah lelah
dengan sesi itu dan adalah "baik jika sesi itu ditunda saja. Sebenarnya,
keterampilan ketika ini (immediacy) merupakan pengakuan tentang apa yang
terjadi sini dan pada saat ini. Keterampilan ketika ini harus digunakan dengan
waspada karena dapat menyinggung perasaan klien.
12.
Merangkum
Tindakan
konselor untuk membuat rangkuman merupakan proses menyimpulkan segala yang
dibahas dalam sesi konseling. Merangkum akan mengutamakan hal-hal penting yang
telah dibahas bersama-sama klien. Merangkum merupakan cara mengakhiri setiap sesi
konseling. Hal ini memungkinkan konselor mendapatkan pemahaman yang lebih
mendalam tentang seseorang klien serta membantunya meninjau kemajuan yang telah
dicapai. Bahasa yang digunakan oleh konselor harus mudah dan jelas.
Contoh
"Mari kita coba rangkum
apa yang telah dibahas. Saudari meyakini perlu merencanakan karir agar tercapai
kemantapan pekerjaan. Untuk ini, saudari akan menuliskan tujuan karir yang akan
diwujudkan, dan akan memetakan pencapaian dalam perencanaan waktu yang terukur.
Kesulitan dalam menetapkan tujuan karir dan cara mencapainya akan kita
perbincankan pada sesi berikutnya."
D. TAHAPAN DALAM
BIMBINGAN
Dalam upaya
mewujudkan suasana bimbingan dan penyuluhan karier yang kondusif, maka
diperlukan pengusaan sejumlah keterampilan menciptakan suasana dan komunikasi
bimbingan karier yang baik, antara lain (1) pelibatan (2) eksplorasi, (3) pemahaman (4) bertindak.
Pada tiap pase terdapat aktivitas dan keterampilan
pembimbing. Pada pase Keterlibatan,
pembimbing melibatkan konseli dengan menggunakan attending skills, seperti
merapikan meja; mengamati isyarat-isyarat nonverbal; mendengarkan dan
menunjukkan penerimaan. (Keterampilan ini ada dalam fase-fase selanjutnya).
Pada
pase Eksplorasi, pembimbing membantu
konseli menggali aspek-aspek penting dengan menggunakan responding skills,
seperti Refleksi dan Klarifikasi Perasaan; Permintaan untuk
Melanjutkan;Pertanyaan-Pertanyaan spesifik
Pada
pase Pemahaman, terdapat kegiatan membantu
konseli memahami diri berkaitan dengan masalah yang dihadapi dan menerima
tanggung jawab terhadap masalah itu, dengan menggunakan personalizing skills,
seperti Refleksi, Klarifikasi, Interpretasi, Konfrontasi, Diagnosis, Penyajian
Alternatif-Alternatif, Pemberian Umpan Balik.
Dalam
pase Bertindak, pembimbing membantu
konseli menuangkan kemauan untuk mencapai tujuan dalam bentuk rencana urutan
langkah kerja yang konkret, dengan menggunakan initiating skills, seperti
Pemberian Struktur, Penyelidikan, Pemberian Informasi, Usul/Saran, Pemberian
Umpan balik, Dukungan/Bombongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar