Selasa, 12 Maret 2013


S. Miharja,uin bandung

6   Konseling kelompok

A. DEFINISI  KONSELING KELOMPOK

Secara definitif istilah konseling dirumuskan lebih beragam oleh para ahli konseling kelompok. Keberagaman ini, nampaknya berkaitan juga saat konseling kelompok diimplementasikan dalam  konseling karir.

Dalam pandangan Berg dan Johnson (1971), konseling kelompok didefinisikan sebagai suatu proses dinamis; interindividu dan intra individu yang pada mulanya merupakan perasaan-perasaan dan tingkah laku anggota-anggota dalam kelompok. Ketuanya adalah seorang konselor terlatih yang mampu mewujudkan suasana percaya-mempercayai, terbuka, bertanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain melalui proses-proses terapi seperti paham-memahami, penerimaan dan manajemen konflik. Kelompok ini terdiri dari anggota-anggota normal yang membutuhkan mencari pemahaman yang lebih mendalam tentang diri sendiri dan orang lain agar mereka lebih mampu mengendalikan situasi-situasi perkembangan.

Hansen, Warner dan Smith (1980) menguraikan konseling kelompok sebagai suatu hubungan antara konselor dengan beberapa orang klien atau anggota. Fokusnya adalah pada pencegahan dan pengobatan. Konseling pencegahan membantu anggotanya mengatasi masalahnya sebelum masalah tersebut bertambah rumit. Bagi individu yang mengalami masalah serius, konseling kelompok bisa menggerakkannya untuk berubah. Grup ini adalah lebih efisien karena anggota akan merasa lebih aman dan lebih rela menerima masukan dari rekan sebayanya.

Lebih ringkas, McLeod, J. (2007) menjelaskan konseling kelompok sebagai proses menggunakan intervensi kelompok untuk memudahkan pemahaman diri dan juga perubahan pengirimnya.

B. TUJUAN KONSELING KELOMPOK
Dalam setiap jenis konseling, pasti adanya tujuan. Adapun tujuan konseling kelompok tersebut antara lain:
1.      Untuk membantu setiap anggota mengenal dan memahami diri dalam proses mencari identitas diri melalui konseling kelompok, kita dapat mengenal siapakah diri sendiri sebenarnya
2.      Hasil dari masukan dari anggota-anggota lain dalam kelompok, penerimaan diri dapat ditingkatkan. Dengan itu, harga diri juga bertambah tinggi.
3.      Membangun keterampilan berhubungan antara individu.
4.      Mengembangkan lagi kemampuan membuat keputusan, mengatasi masalah dan membangun tujuan hidup. Kemudian, keterampilan ini dapat digunakan oleh individu dalam perhubungannya dengan masyarakat.
5.      Membangun kepekaan terhadap kebutuhan orang lain hasil dari kesadaran akan tanggung jawab terhadap tingkah lakunya.
6.      Membantu anggota kelompok mengenal perasaan orang lain. Dengan itu, perasaan simpatinya dapat ditingkatkan.
7.      Menolong anggota memperoleh keterampilan mendengarkan secara empati. Hal ini memungkinkan ahli mendengar kata-kata yang tersurat dan tersirat.
8.      Memungkinkan ahli mengungkapkan perasaannya secara "jujur, terbuka dan tepat.
9.      Membantu anggota menentukan tujuan tertentu dan menyebabkan anggota ingin melibatkan diri dalam kelompok dengan tujuan mencapai tujuan tersebut.
10.  Membantu anggota membangun perasaan diterima oleh orang lain.
11.  Membantu anggota membangun semangat menghadapi risiko. Hal ini penting karena ada kalanya, risiko mendatangkan efek yang positif. Selain itu, situasi ini akan menyediakan individu mengalami berbagai tantangan dalam hidupnya nanti
Menurut Corey (1977), dalam buku yang berjudul Groups: Process and Practice mencantumkan tujuan konseling kelompok seperti berikut:
1.      Menjadi anggota kelompok lebih terbuka dan jujur.
2.      Menjauhkan kepura-puraan yang bisa mempengaruhi kemesraan.
3.      Mempelajari untuk mempercayai diri sendiri dan orang lain.
4.      Handphone ke arah keaslian.
5.      Menjauhkan diri dari terikat dengan 'harus', 'seharusnya' dan 'seharusnya'.
6.      Menerima diri sendiri dan mengikis sikap yang selalu mementingkan kesempurnaan diri sendiri.
7.      Mengenali dan menerima ketidaksamaan (polariti-polariti) dalam diri sendiri. Mengurangi diri terhadap kemesraan.
8.      Mendapatkan masukan dari orang lain tentang masalah-masalahnya.
9.      Dukungan dari rekan sebaya dan merasa sangat efisien.
10.  Konseling dengan rela melibatkan diri secara aktif
Gazda (1976) juga berpendapat anggota memperoleh beberapa keterampilan yang berguna untuk mereka menjadi konselor sebaya (yaitu pembimbing kepada teman sebaya). Kemampuan-kemampuan itu adalah seperti berikut:
1.      Berbicara dengan individu yang belum dikenal dan selanjutnya membicarakan hal-hal yang bisa memanfaatkan mereka.
2.      Mendengar pesan yang tersurat dan tersirat.
3.      Memperhatikan dan memahami pengirimnya lain.
4.      Bercerita dengan individu lain mengenai hal-hal pribadi.
5.      Membuat keputusan dalam beberapa masalah pribadi seperti jasalah keluarga, kesehatan dan hubungan dengan rekan-rekan yang mengalami masalah.
6.      Menggunakan hubungan individu saat menolong teman dan rencana sekolah.
7.      Memperhatikan, yaitu dapat mengidentifikasi tingkah laku biasa seperti siswa yang mengalami masalah rendah diri, kurang keyakinan dan sebagainya.
8.      Menggunakan layanan referensi (baik lembaga di luar atau di sekolah) sebagai penyebab mendapatkan pertolongan bagi mitra yang bermasalah.
9.      Menemukan jalan-jalan lain ketika mengalami kebuntuan.
10.  Menyoroti kepekaan terhadap etika konseling.

C. PRINSIP-PRINSIP KONSELING KELOMPOK
Efektivitas konseling kelompok tergantung pada efektivitas proses terapeutik yang ada dalam kelompok itu. Menurut Zuraidah (1982), antara prinsip konseling kelompok yang penting adalah seperti berikut:
1.      Suasana demokratis harus diwujudkan oleh konselor.
2.      Tujuan-tujuan konseling kelompok harus dijelaskan kepada calon-calon anggota.
3.      Anggota yang dipilih harus bersedia berbagi perasaan, pengalaman dan bersedia untuk berubah.
4.      Anggota harus disadarkan bahwa mereka bertanggung jawab terhadap perilaku kelompok mereka.
5.      Setiap anggota harus memelihara rahasia dan informasi yang dibahas dalam kelompok.
6.      Tujuan jangka pendek untuk memungkinkan ahli memahami diri sendiri dan orang lain dalam kelompoknya. Sedangkan, tujuan jangka panjang adalah untuk memungkinkan anggota mencapai perkembangan sosial.

Hansen, Warner dan Smith (1980) juga mengajukan satu set prinsip konseling kelompok seperti berikut:
1.      Ketua kelompok bertanggung jawab menentukan rasional mengenai implementasi kelompok. Rasional akan menjelaskan tujuan kegiatan kelompok diadakan.
2.      Ketua kelompok harus mengatur frekuensi pertemuan anggota-anggota kelompok untuk menjamin kecukupan waktu untuk perkembangan keterampilan-keterampilan tertentu.
3.      Ketua kelompok harus arif tentang tatasusila tingkah laku dan etika.
4.      Ketua kelompok harus terdiri dari seorang individu yang stabil emosinya serta memiliki pemahaman diri yang mendalam.
5.      Anggota kelompok harus disaring dan terdiri dari mereka yang akan menikmati manfaat dari kemitraan pengalaman kelompok.
6.      Ketua kelompok harus memastikan pengalaman kelompok digunakan secara bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dengan melakukan aktivitas susulan.
7.      Ketua kelompok harus menyediakan layanan rujuk jika dibutuhkan anggota-anggota kelompok. Ada kemungkinan layanan profesional lain diinginkan.
8.      Ketua kelompok harus memastikan tindakan caci-mencaci, kritik-mengkritik secara negatif dan segala ancaman harus dihindari
9.      Ketua kelompok menekankan pentingnya rahasia perbincangan itu dipelihara.
10.  Penglihatan ahli dalam sesi-sesi kelompok adalah secara sukarela. Unsur paksaan harus dikikis.
11.  Anggota kelompok harus berusaha mentransfer pembelajaran kepada situasi hidup sehari-hari.
12.  Kebenaran anggota harus diperoleh jika satu-satu sesi itu ingin direkam.

D. CARA-CARA MENUMBUHKAN KELOMPOK
Dalam proses membangun sesuatu kelompok, beberapa hal berikut perlu diselesaikan oleh konselor.
1.      Diadakan wawancara individu dengan bakal-bakal anggota kelompok untuk menentukan kesesuaian.
2.      Menentukan kriteria untuk pemilihan anggota. Anggota yang suka mengkritik orang lain tanpa bukti yang jelas harus dihindari.
3.      Memastikan anggota-anggota kelompok tidak akan meninggalkan kelompok dengan se wenang-wenang.
4.      Merencanakan dengan teliti agar aktivitas konseling kelompok dapat dijalankan dengan baik.
5.      Mempertimbangkan rekomendasi yang diberikan oleh anggota-anggota kelompok.
6.      Memastikan tujuan yang ingin dicapai oleh anggota-anggota

E. LANGKAH MENGELOLA KELOMPOK KONSELING
1.      Pemilihan anggota kelompok
Ketua kelompok harus memilih anggota-anggota yang rela serta sesuai untuk satu-satu sesi konseling kelompok. Selanjutnya, dia harus menentukan jumlah anggota kelompoknya. Tentang jenis anggota, terpulang kepada ketua untuk menentukannya. Misalnya, untuk sesi mengenai cara-cara menghentikan praktek rokok, anggotanya mungkin terdiri dari murid-murid yang pemalu dan sedang merokok. Dengan kata lain, tujuan sesi konseling akan menentukan jenis-jenis anggota yang akan dipilih.
Tentang kerelaan keahlian pula, sebaiknya anggota datang secara sukarela. Tetapi, dalam beberapa institusi seperti di penjara dan di pusat rehabilitasi narkoba, sesi konseling kelompok diwajibkan. Dalam situasi-situasi seperti ini, konselor membutuhkan waktu yang cukup untuk membangun kepercayaan dan hubungan yang sehat dengan anggota dan antara anggota dalam kelompok.
Anggota dapat terdiri dari siswa-siswa yang memiliki masalah 2yang sama tetapi memungkinkan tingkat. Lebih elok lagi jika anggota itu terdiri dari mereka yang memiliki masalah yang rumit atau kompleks. Untuk masalah yang rumit, konseling individu dianjurkan.

2. Ukuran kelompok
Ukuran kelompok yang akan ditentukan tergantung pada beberapa faktor seperti jenis masalah, umur anggota, pengalaman konselor, tempat pertemuan dan tujuan kelompok. Biasanya 7 sampai 10 orang anggota adalah baik untuk satu-satu kelompok. Kelompok yang besar sulit untuk dikelola.

3. Frekuensi pertemuan
Bagi murid-murid di sekolah, adalah memadai jika sesi konseling kelompok diadakan dua kali seminggu. Hal ini bertujuan menjaga minat dan semangat anggota. Lagipula, hal-hal yang dipelajari pada sesi lalu masih mudah diingat kembali.

4. Jangka waktu setiap sesi
Dianjurkan supaya satu-satu sesi itu dilakukan tidak terlalu lama. Bagi murid-murid sekolah, waktu satu jam adalah sesuai. Jangka waktu yang terlalu lama menyebabkan anggota-anggota kelompok merasa letih serta kehilangan minat. Kuasa konsentrasi anggota juga akan bertambah kurang.

5. Waktu kelompok
Ada kalanya konselor akan mengatur jumlah sesi untuk satu-satu kelompok. Hal ini tergantung pada betapa seriusnya per-satu masalah yang dihadapi. Jika anggota ingin belajar keterampilan berkomunikasi, mungkin lima sesi sudah memadai. Tetapi, untuk masalah yang lebih serius seperti keretakan rumah tangga atau narkotika, jumlah sesi mungkin meningkat pada sepuluh sesi atau lebih.


6. Tempat bertemu
Tempat bertemu untuk kelompok biarlah nyaman dan menarik. Di sekolah, tempat bertemu biasanya di kamar konseling. Kamar tersebut biasanya dihiasi dan dihampari karpet. Karpet ini memungkinkan anggota-anggota duduk bersila dan suasana yang tidak formal seperti ini adalah lebih baik untuk mendorong partisipasi anggota-anggota kelompok. Tempat yang suasananya aman dan tenteram dapat mengefisienkan sesuatu proses konseling kelompok



F. TINGKATAN KONSELING KELOMPOK
Tingkat Pertama (Awal)
Ketua kelompok atau konselor akan mulai memperkenalkan dirinya. Kemudian diikuti oleh setiap anggota dalam kelompok. Biasanya, anggota akan memperkenalkan sifat-sifat yang positif. Mereka akan memberitahukan informasi yang dianggap aman seperti nama, minat, sekolah dahulu dan tempat asal.
Peran konselor adalah untuk mendorong partisipasi setiap orang anggota. Anggota bisa menyatakan harapan mereka dari penglihatan mereka dalam kelompok.
Pada tingkat ini, anggota tidak yakin apakah dia diterima dan disukai oleh anggota-anggota lain atau sebaliknya. Mereka juga menafsirkan siapakah yang mengecam, siapakah yang bisa mendukung dan siapa yang harus ditakuti. Disebabkan adanya rasa curiga-mencurigai ini, maka kesepaduan masih belum muncul. Satu cara yang nyata adalah anggota ingin meminta nasihat dan ada pula yang mirip untuk memberikan nasihat.
Kesimpulannya, anggota masih berada dalam kondisi yang hampa yakni mereka merasa seolah-olah tidak mendapat apa-apa keuntungan dari sesi-sesi kelompok itu.

Tingkat Kedua (Konflik dan Pertentangan)
Pada tingkat ini, anggota mungkin tidak puas dengan konselor. Mereka merasa seolah-olah konselor tidak memainkan peran yang efisien. Mereka menginginkan sesuatu yang lebih terstruktur dan belum siap menerima tanggapan yang ketua kelompok adalah sebagai fasilitator saja dan bukan sebagai penyelesai kepada masalah-masalah mereka. Ada pula anggota yang merasa dirinya tidak diberikan perhatian yang penuh oleh konselor.
Anggota masih tidak jeleket terpadu. Sikap tidak sabar dan bosan dan mudah menyerang ide-ide anggota lain sebelum sesi selesai dilakukan adalah signifikan. Tuduh-menuduh menjadi-jadi akibat dari kesalahpahaman. Bahasa yang digunakan adalah kabur dan berlindung. Ada pula anggota yang diam saja, seolah-olah bertindak sebagai pengamat. Perasaan kurang puas terhadap ketua kelompok atau konselor perlu dinyatakan secara terbuka. Konselor pula harus mendorong diskusi itu.

Tahap Ketiga (Perkembangan dan Perpaduan)
Pada tingkat ini, kepercayaan di antara anggota telah meningkat. Dengan itu, anggota-anggota merasa lebih nyaman dan lebih tersedia berbagi masalah dan pengalaman mereka. Dengan kata lain, anggota-anggota bertambah eleket atau terpadu.
Dengan bertambahnya kesepaduan itu, anggota-anggota lebih berani memberikan pendapat secara jujur ​​dan terbuka. Ide yang baik akan diterima, sedangkan yang kurang sesuai akan dipinggirkan. Terlihat juga ada antara anggota yang mencoba mempermainkan ketua kelompok. Perkembangan seperti ini dianggap sehat. Namun, konselor tidak membiarkan kelompok bergerak begitu saja, malahan dia terus akan memberikan dorongan agar kelicinan perjalanan sesi kelompok tidak terpengaruh.

Peringkat Keempat (Hasil)
Hubungan antara anggota pada tingkat ini adalah begitu padu dan teguh. Anggota percaya-mempercayai satu sama lain dan dengan itu rela mengkritik secara terang-terangan tingkah laku anggota-anggota lain. Anggota yang dikritik itu menerima apa yang dikatakan karena sesuatu itu adalah jujur ​​dan terbuka. Saran tentang cara memperbaiki sikap dan memperbaiki tingkah laku diterima oleh anggota.
Sekali lagi, kepemimpinan pada tingkat ini dikelola oleh anggota kelompok yang berkemampuan, sedangkan konselor hanya berperan sebagai peserta dan sumber rujuk. Konselor hanya akan intervensi jika ada sesuatu yang tidak terkendali. Biasanya anggota puas terhadap sesi yang diadakan dan mulai menunjukkan kesenangan.

Tahap Kelima (Penghentian)
Untuk kelompok jenis tertutup, ketua kelompok telah menentukan jumlah sesi yang akan dijalankan. Karena itu, anggota harus berusaha mencapai tujuan yang ditentukannya.
Ada antara anggota yang merasa sedih untuk pindah karena hubungan mesra yang telah terjalin dan ada pula yang mencoba memperkenalkan masalah-masalah baru dengan tujuan sesi kelompok dilanjutkan.
Namun, permintaan ini biasanya tidak dapat dipenuhi jika tanggal penghentian telah ditetapkan untuk kelompok yang tertutup '. Untuk kelompok terbuka pula, anggota bebas keluar atau berhenti dari bergabung kelompok dan memasuki kembali pada setiap saat mereka suka. Untuk menggantikan tempat kosong itu, anggota-anggota baru dapat diterima.
Berbagai perasaan akan disampaikan pada sesi akhir ini misalnya ada yang menyatakan perasaan yang positif dan ada pula menyatakan perasaan yang sebaliknya. Kemungkinan ada anggota yang tidak mencapai tujuannya. Namun, setidaknya mereka dapat berkenalan dengan anggota-anggota lain dan dapat mempelajari keterampilan berkomunikasi secara terbuka dan efisien. Setelah mengungkapkan perasaan dan menyatakan terima kasih, anggota akan bubar

G. FITUR MENINGKATKAN EFEKTIVITAS

Efisien atau tidak satu-satu kelompok konseling tergantung pada beberapa faktor. Antara faktor yang utama adalah sebagai berikut:
1.      Suasana yang menolong
Konselor dan setiap anggota harus memiliki sifat-sifat yang memudahkan proses menolong seperti sedia menerima tanpa syarat, tidak menghukum (seperti menyalahkan klien sebagai kaki ponteng, berat tulang dan sebagainya), keaslian, kejujuran (yaitu benar-benar ingin menolong orang lain) serta berupaya untuk berempati, yaitu kemampuan berpikir dan merasa aman, percaya-mempercayai, paham-memahami serta mendukung-mendukung antara satu sama lain. Fitur seperti ini akan membuat anggota-anggota kelompok bertambah kubik lagi dan berikutnya akan memperkuat lagi hubungan yang telah ada itu.
2.      Proses pengungkapan diri
Pengungkapan diri mengacu pada proses yakni seseorang menceritakan hal dirinya sendiri seperti minat, perasaan, sikap dan kepercayaan. Biasanya anggota akan mulai menceritakan aspek-aspek dirinya yang dianggap 'aman' seperti namanya, kelasnya, guru kelasnya dan minatnya. Informasi diri yang dianggap 'aman' diceritakan adalah seperti pendapatan orang tua (kalau rendah) dan kelemahan-kelemahan dirinya.
3.      Tanggapan
Umpan balik yang diterima oleh seseorang utama dalam konseling kelompok. Umpan balik yang diberikan itu harus jujur, terbuka dan jelas. Beberapa anggota akan bertindak mengubah tingkah lakunya jika perlu.
4.      Mutu kepemimpinan
Untuk mensukseskan sesuatu kelompok, ketua kelompok seharusnya memiliki keterampilan tertentu. Ketua kelompok yang mahir akan berusaha melibatkan semua anggota dalam kelompok agar tujuannya tercapai. Selain itu, sifat kepemimpinan anggota harus juga dikembangkan agar mereka dapat menjadi ketua sampingan yang memberikan pertolongan kepada anggota-anggota lain dalam kelompok.
5.      Norma kelompok
Untuk menjamin kesepaduan kelompok, norma kelompok adalah penting. Norma berarti peraturan tentang tingkah laku yang sesuai dalam kelompok. Norma-norma mungkin formal atau informal, tersirat. Norma-norma harus ditetapkan melalui diskusi dengan anggota-anggota kelompok pada tingkat awal.
Contohnya norma yang utama adalah: ia) Kehadiran anggota harus tekal atau konsisten. Ketidakhadiran beberapa orang anggota tetap akan mempengaruhi proses konseling kelompok.

Ketetapan waktu harus ditekankan. Adalah tidak adil untuk kelompok menunggu seorang dua anggota yang datang lambat.
1.      Anggota harus aktif dalam kelompok.
2.      Anggota harus tersedia berbagi aspek-aspek pribadi yang berarti.
3.      Anggota harus berkomunikasi secara langsung dengan anggota-anggota lain dalam kelompok.
4.      Anggota harus memberikan jawaban yang jujur. Anggota akan sadar bagaimana tingkah lakunya mempengaruhi tingkah laku anggota-anggota lain jika anggota tersebut sanggup menyatakan bagaimana mereka telah dipengaruhi.
Norma-norma tersebut penting untuk melicinkan proses konseling kelompok. Misalnya, Virmala mungkin merasa bosan dengan sesi yang diadakan. Kalau dia tahu dia bisa menyatakan kebosanan itu secara terbuka, dia mungkin tidak merasa begitu lagi ketika ketua kelompok berusaha mengatasi kebosanan itu.

Harapan
Harapan mengacu pada kepercayaan bahwa perubahan adalah mungkin, yaitu seseorang itu bukanlah korban keadaan atau masa lampau tetapi keputusan-keputusan baru bisa dibuat. Harapan itu adalah terapeutik (yaitu memperbaiki atau menyembuhkan) karena dapat memberikan keyakinan kepada anggota yang dia akan berkuasa untuk berubah.

Komitmen untuk berubah
Dorongan atau motivasi individu untuk berubah adalah penting. Komitmen untuk berubah adalah penting. Komitmen untuk berubah melibatkan kesediaan anggota untuk menyatakan perubahan-perubahan yang diinginkan, lalu menggunakan proses kelompok untuk mengeksplorasi cara-cara mengubah pengirimnya itu.
Kesediaan untuk menanggung resiko dan kepercayaan Menanggung risiko berarti kesediaan untuk berbagi masalah dengan anggota-anggota lain dalam kelompok. Kesediaan ini tergantung pada kepercayaan terhadap anggota-anggota oleh ketua kelompok. Kepercayaan itu adalah terapeutik karena mendorong percobaan tingkah laku dan mendorong individu mempelajari diri sendiri dari berbagai segi.

Kerapatan
Manusia dapat mengalami kerapatan dalam suatu kelompok dan darinya suatu rasa percaya-mempercayai akan timbul.

Kuasa
Perasaan ini muncul dari pengakuan bahwa seseorang itu mempunyai daya cipta, keberanian dan kekuatan internal. Sebenarnya, kekuatan ini mengacu pada sumber internal yang perlu untuk mengarah hidup seseorang.

Kebebasan untuk mencoba
Situasi kelompok menyediakan suatu tempat yang aman untuk mencoba perilaku yang baru. Setelah mencoba tingkah laku yang baru, individu-individu bisa memperkirakan sejauh mana mereka ingin berubah.

Katarsis
Katarsis mengacu kepada proses mengungkapkan segala perasaan yang terpendam. Katarsis menyadarkan seseorang bahwa perasaan positif dan perasaan negatif tersedia pada waktu yang sama. Misalnya, Mei Lin mungkin memiliki perasaan marah yang terpendam terhadap ibunya tetapi ketika dia telah meluahkan perasaan itu, mungkin dia merasa suatu kebutuhan untuk kasih sayang dari ibunya dan juga menyayanginya.

Komponen kognitif
Katarsis menjadi lebih bermanfaat jika individu tersebut menjelaskan perasaannya. Perasaan yang dikaitkan dengan pengalaman tertentu harus dijelaskan dengan jelas. Deskripsi ini merupakan alat untuk individu itu berubah.

Keterampilan antara individu
Anggota kelompok dapat mempelajari keterampilan antara individu. Misalnya, seorang pelajar wanita yang merasa terasing mungkin akan menyadari tindakannya yang menyebabkan perasaan terasingnya dan akan belajar cara mengurangi pengasingan dengan meminta dari orang lain apa yang dibutuhkannya.

Kelucuan
Gelak ketawa adalah sangat terapeutik. Individu yang tertawa pada diri sendiri lebih bisa menyadari kelemahan-kelemahan diri.




H. HASIL PEMBELAJARAN KONSELING KELOMPOK
Setelah berakhirnya suatu konseling kelompok (mungkin 8-10 sesi kesemuanya), anggota kelompok biasanya menyatakan hal-hal berikut:
1.      Saya sadar bukan saya saja yang memiliki masalah.
2.      Saya bisa menolong diri saya.
3.      Saya tidak perlu digemari setiap orang.
4.      Tidaklah terlalu lambat untuk saya berubah jika saya mau-kannya.
5.      Orang lain akan membantu saya jika saya membenarkannya.
6.      Pilihan adalah pada diri sendiri jika bantuan tambahan dari orang lain dibutuhkan.
7.      Mengalami perasaan yang mendalam tidak akan menyebabkan saya pusing.
8.      Saya tidak perlu memisahkan diri saya.
9.      Sayalah yang bertanggung jawab atas penderitaan saya.
10.  Saya bisa mempercayai orang lain.
11.  Saya memiliki beberapa pilihan.
12.  Apakah saya berubah atau tidak tergantung pada pilihan saya.
13.  Saya adalah individu yang jauh lebih baik dan menarik dari apa yang saya pikirkan.
14.  Saya memperoleh apa yang saya beri dalam satu-satu kelompok.
15.  Saya harus meminta dari orang lain apa yang saya butuhkan.
16.  Risiko dan ketidakpastian tidak terhindarkan.
17.  Hasil-hasil mengenai tingkah laku saya harus datang dari dalam diri saya sendiri dan bukannya dari anggota kelompok atau ketuanya.
18.  Untuk berubah membutuhkan daya upaya.
19.  Manusia adalah baik dan menarik jika dia tidak berpura-pura
20.  Saya memiliki harapan untuk masa depan saya meskipun adanya halangan-halangan.

Peranan Kaunselor dalam Konseling Kelompok
Tercapai atau tidak tujuan konseling kelompok amat bergantung pada kemampuan dan efektivitas seseorang ketua kelompok. Karena itu, efektivitas peran konselor akan mempercepat tercapainya tujuan. Antara peran konselor yang utama adalah:
Sebagai pemudah cara atau fasilitator yang memastikan kelicinan perjalanan sesi konseling kelompok Sebagai peserta kelompok saat perannya sebagai ketua diambil alih oleh anggota kelompok.
1.      Untuk mendorong anggota-anggota kelompok membentuk harapan positif.
2.      Untuk menarik perhatian terhadap perubahan-perubahan positif yang dalam pada anggota.
3.      Mengidentifikasi kemajuan dan perkembangan yang dicapai oleh anggota-anggota tertentu.
4.      Memberikan rangsangan dan penghargaan kepada anggota yang selalu mencoba dan berusaha.
5.      Mendorong tanda positif yang menuju ke arah penyembuhan.
6.      Mendorong anggota menekankan kemajuan yang diperoleh oleh anggota-anggota tertentu.
7.      Ketergantungan emosi antara anggota diizinkan untuk berkembang agar kesepaduan antara anggota tercapai
8.      Menerima bahwa emosi anggota bersama dapat menambahkan kerapatan dan kesepaduan antara anggota kelompok.

Peran Anggota Kelompok Konseling
Kelompok akan berfungsi dengan lebih efisien lagi jika setiap anggota memainkan peran masing-masing. Antara peran utama anggota kelompok adalah:
1.      Anggota harus aktif berpartisipasi dengan cara memberikan pendapat atau saran.
2.      Anggota harus menghormati sesama anggota.
3.      Anggota harus berusaha ke arah kesepaduan dalam kalangan anggota.
4.      Anggota harus tidak memonopoli setiap satu sesi.
5.      Anggota seharusnya berperan sebagai ketua kelompok dari waktu ke waktu.
6.      Setiap anggota harus mematuhi norma-norma kelompok seperti tidak datang lambat dan merahasiakan segala diskusi yang berlangsung dalam kelompok itu.
7.      Anggota harus mendengarkan secara aktif masalah yang dikemukakan oleh anggota lain dalam kelompok dan juga berempati dengannya.
8.      Setiap anggota harus bersedia berbagi masalah dengan menceritakannya kepada anggota-anggota lain dalam kelompok.

I. JENIS KELOMPOK KONSELING

Kelompok Bimbingan
Jenis kelompok ini merupakan sesi diskusi. Seorang ketua komite mungkin menangani suatu kelompok yang terdiri dari 12-40 orang anggota. Kelompok bimbingan merupakan sesi memberikan informasi atau penerangan. Kelompok ini sesuai dilakukan untuk menyediakan informasi pendidikan, kejuruan atau pribadi dengan tujuan menolong anggota menyediakan rencana untuk hidup yang lebih bermakna.

Kelompok Konseling
Kelompok konseling berbeda dari kelompok bimbingan karena kelompok konseling berfokus pada individu-individu dan bukannya diskusi umum atau pemberian informasi saja. Kelompok ini berfokus pada pengembangan diri individu, meningkatkan tingkah laku serta membangun keterampilan berkomunikasi, mengadakan hubungan antara individu atau membuat keputusan tentang satu-satu kursus atau karir.
Ukuran kelompok bisa berbeda dari 5-10 orang anggota. Peran konselor sejauh menyediakan suasana damai dan tenang yang dapat mendorong anggota bersedia berbagi masalah-masalah mereka. Peranan ketua kelompok harus diambil alih oleh seorang anggota kelompok. Masalah-masalah pribadi biasanya dibagi dan saran serta ide menyelesaikannya dikemukakan. Setiap anggota mencoba menolong anggota lain yang berada dalam kesulitan dari segi psikologi.

Kelompok Berorientasi Tugas
Tujuan kelompok ini adalah untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dialami oleh kebanyakan anggota. Dalam kelompok seperti ini, anggota-anggota kelompok diajarkan teknik-teknik menyelesaikan masalah. Misalnya, seorang anggota yang segan atau malu untuk berteman dengan siswa-siswa lain harus belajar tentang keterampilan berkomunikasi. Seseorang siswa yang ingin membuat satu-satu keputusan karena kurang percaya diri bisa diajarkan keterampilan membuat keputusan.

Kelompok Pertemuan
Menurut Shertzer dan Stone (1976), kelompok pertemuan adalah satu kelompok yang berbasis pengalaman yang bertujuan memfasilitasi perkembangan dan kesadaran diri. Kelompok pertemuan bisa juga dianggap sebagai suatu yang memfasilitasi pengungkapan sepenuhnya potensi-potensi seseorang. Anggota kelompok akan mendapat masukan dari anggota lain dan memahami tingkah laku mereka telah mempengaruhi tingkah lakunya.
Kelompok pertemuan adalah untuk anggota-anggota yang normal dan menekankan pembinaan keterampilan untuk berkomunikasi secara efisien. Kelompok kepekaan menegaskan kepekaan dan ditekankan pada hal-hal pribadi dan antara individu. Perasaan-perasaan individu juga banyak ditegaskan.

Kelompok Terapi
Dalam kelompok terapi, biasanya seseorang ahli ilmu jiwa akan membantu individu mengurangi atau mengatasi masalah-masalah psikologis yang telah mempengaruhi kehidupan biasa mereka.

Kelompok T
Kelompok T (kelompok latihan atau kelompok latihan laboratorium) mirip untuk menekankan keterampilan hubungan manusia yang diperlukan untuk fungsi yang efisien dalam sebuah organisasi bisnis.
Dalam kelompok laboratorium, tekanan adalah pada pendidikan melalui pengalaman di suatu lingkungan di mana suatu fosil bisa terjadi, data dapat dianalisis, ide-ide baru dicoba, keputusan-keputusan dibuat atau masalah-masalah diselesaikan. Biasanya, kelompok-kelompok ini berorientasi tugas dan fokusnya adalah terhadap masalah organisasi yang khusus seperti, Bagaimana kepemimpinan bisa iikongsi? Apakah caranya pekerja bisa menyatakan sesuatu secara kreatif?
Fokus kelompok T adalah pada proses kelompok bukan? Ada perkembangan individu. Proses kelompok mengacu pada peringkat-tingkat perkembangan suatu kelompok dan interaksi-interaksi yang ada di setiap tingkat. Anggota kelompok diajar bagaimana memperhatikan proses-proses mereka dan juga bagaimana mengembangkan suatu peran kepemimpinan agar mereka dapat melanjutkan kelompok-kelompok dengan diri mereka sendiri.

Kelompok Tegas Diri
Kelompok jenis ini bertujuan membantu anggota-anggota yang kurang tegas, seperti yang memiliki sikap tidak berani menyatakan hal-hal tertentu, tidak berani menyuarakan perasaan tidak puas, kurang arif untuk bereaksi dan selalu membolehkan orang lain memperalatkannya. Dengan kata lain, kelompok tegas diri adalah untuk individu-individu yang membutuhkan latihan untuk menegaskan hak-hak mereka dengan cara yang tidak agresif.

Kelompok Konseling Vokasional
Kelompok ini biasanya lebih besar dari kelompok-kelompok lain. Anggotanya berkonsentrasi pada aspek informasi tentang berbagai karir dan menjelajahi berbagai karir dalam bidang pekerjaan. Setelah diteroka minat, kemampuan serta informasi mengenai per-satu karir, anggota dibantu untuk membuat keputusan terhadap karir itu.
Peringkat konselor adalah di luar lingkaran terapi antara anggota. Konselor seharusnya bergerak di belakang anggota-anggota kelompok secara berkala sepanjang sesi itu berlangsung. Perilaku konselor ini akan memberikan pesan bahwa dia sedang memperhatikan dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh anggota. Peringkat ini juga menunjukkan pandangan yang mendalam oleh konselor itu. Dengan itu, anggota akan mencoba dengan keras mensukseskan suatu sesi yang dijalankan itu.

Keterampilan Ketua Kelompok
Untuk menjamin efektivitas satu-satu kelompok, seseorang ketua harus memiliki beberapa keterampilan. Menurut Trotzer (1977), keterampilan-keterampilan itu bisa dibagi keterampilan reaksi, keterampilan interaksi dan keterampilan tindakan.
Keterampilan reaksi adalah responsif. Keterampilan ini membantu ketua kelompok (konselor) agar tersedia mendengar apa yang ingin dikatakan oleh anggota-anggota kelompok. Keterampilan interaksi oleh anggota-anggota kelompok. Keterampilan ini menjalankan fungsi 'orang tengah', yaitu mengontrol dan membimbing interaksi kelompok dan mempercepat efek terapeutik (penyembuhan). Keterampilan tindakan merupakan keterampilan yang digunakan oleh pemimpin kelompok untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan proses kelompok. Keterampilan ini akan menambah tingkat interaksi kelompok dan merupakan cara ketua kelompok bisa menggunakan keahliannya untuk membantu anggota-anggota khususnya atau kelompok umumnya.

Keterampilan Reaksi
Mendengar merupakan keterampilan yang paling penting bagi seseorang ketua kelompok. Keterampilan ini perlu dikembangkan agar memperoleh pemahaman mendalam tentang anggota, masalah-masalah mereka dan komunikasi antara mereka dalam kelompok. Mendengar secara aktif harus dilakukan. Hal ini berarti konselor bisa menyatakan balik isi dan perasaan yang didengarnya serta membuat interpretasi terhadap hal yang didengarnya itu.
Ketua yang mendengar secara aktif menyampaikan empat sifat: erapeutik kepada para anggotanya. Situasi ini menunjukkan penerimaan keran a ketua akan mendengarkan dan bukannya akan menghukum. Selain itu, kondisi ini juga menunjukkan wujud menghormati karena ahli-anggota bisa menyatakan perasaan mereka.
Aspek yang ketiga adalah pemahaman dan empati dengan cara berpikir lain berperasaan seperti anggota. Akhirnya, 'usaha mementingkan anggota' ditampilkan karena dengan ini anggota telah disebutkan. Mendengar secara aktif dapat dilakukan dengan beberapa teknik berikut:
1.      Pernyataan kembali Pernyataan kembali merupakan teknik di mana konselor menyatakan  kan balik apa yang dikatakan klien. Teknik ini menunjukkan konselor telah memahami apa yang dinyatakan oleh anggota (klien).

Misalnya:
Anggota: Saya merasa saya belum mencapai apa-apa dalam
sesi kelompok ini. Konselor: Anda merasa Anda tidak mencapai apa pun dalam kelompok ini.

Refleksi
Refleksi adalah keterampilan yang menyatakan komunikasi anggota-anggota dan menunjukkan bukan saja mereka didengar tetapi apa yang dinyatakan telah dipahami. Refleksi membantu konselor untuk berempati dengan klien. Refleksi harus mempertimbangkan kedua tingkah laku anggota-anggota kelompok, yaitu lisan dan juga tanpa lisan. Misalnya:
Anggota: Saya masuk ke maktab perguruan ini karena menurut kehendak orang tua saya. Konselor: Tampaknya Anda masuk ke maktab perguruan seolah didesak oleh orang tua.

Menjelaskan
Teknik menjelaskan merupakan keterampilan untuk meminta anggota menjelaskan aspek-aspek kenyataannya yang kabur. Ada kalanya konselor harus membantu klien (anggota) dengan menggunakan istilah yang tepat. Misalnya:
Anggota: Saya tak suka duduk di rumah. Ayah suka membentak setiap waktu. Konselor: Dari apa yang dikatakan tentang ayah Anda, seolah-olah Anda sangat takut padanya. Apakah itu benar?

Memformulasi
Teknik merumuskan merupakan teknik menggulung segala yang dibahas dalam sesi konseling itu. Teknik ini akan mengutamakan bahan-bahan penting yang telah dibahas serta hal-hal yang disajikan. Merumuskan memungkinkan ketua kelompok mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai anggota-anggota kelompok serta membantu mereka melihat kemajuan yang telah dicapai. Misalnya:
Ketua: Pembicaraan kita sejauh ini adalah berfokus pada sebab-sebab mengapa beberapa dari kita selalu merasa mengantuk saat mendengar kuliah. Kita juga telah membahas beberapa cara untuk menghindari merasa mengantuk

Keterampilan Interaksi
Menyederhanakan
Teknik ini merupakan keterampilan mengatur interaksi kelompok yang memastikan semua anggota kelompok berpeluang mengungkapkan pandangannya. Ketua harus obyektif dalam melaksanakannya. Misalnya:
Ketua: Tampaknya ada dua pandangan berlainan tentang isu ini. Pelatih-pelatih seharusnya diberi cuti seminggu sebelum ujian. Kita baru saja mendengar dari anggota yang mendukung. Sekarang, apakah pandangan dari ahli yang tidak setuju?

Menginterpretasikan
Konselor menafsirkan tentang apa yang dikatakan oleh anggota. Interpretasi ini dapat dibuat mengenai suasana kelompok ada. Misalnya:
Ketua: Dari apa yang saya perhatikan, diskusi kelompok selalu mengubah topik. Ada kemungkinan kamu semua belum tersedia menyentuh sesuatu yang pribadi. Kalau begitu, saya rasa kamu semua belum percaya-mempercayai satu sama lain.

Membuat rantai
Membuat rantai merupakan keterampilan merapatkan anggota dan meningkatkan kesepaduan dalam kalangan mereka. Misalnya:
Tampaknya Azman dan Lai Seng setuju gerko diadakan tiga kali seminggu, sedangkan Azlina dan Selvi lebih suka jika gerko diadakan setiap hari.

Mencegah
Keterampilan mencegah atau intervensi digunakan saat ditemukan diskusi anggota tidak berguna atau caci-mencaci telah terjadi di antara anggota kelompok.
Situasi-situasi lain yang memerlukan intervensi kepala kelompok adalah diskusi telah menyimpang, anggota dipengaruhi oleh emosi, anggota tidak berminat, anggota-anggota kelompok mencoba menghukum anggota yang lain, anggota yang mencoba menguasai diskusi, anggota yang menimbulkan masalah yang tidak bisa dikendalikan oleh anggota-anggota kelompok, unsur kebosanan telah ada dalam kelompok dan anggota-anggota enggan berbagi informasi diri yang penting untuk perjalanan sesi kelompok. Misalnya:
Anggota: Sabtu, awak ni selalu datang lambat. Kami yang duduk lebih jauh pun bisa tiba awal. Awak ni sudah hilang minat, ya? Kalau begitu, elok berhenti saja!
Anggota lain: Kami mendukung! Baik jangan datang lagi. (Massal)
Ketua: Saya tidak yakin apa yang terjadi. Saya harap kamu semua akan tenang. Mari kita dengar apa yang menyulitkan Sabtu. Cara ini lebih cocok karena kita berada di sini dengan tujuan tolong menolong antara satu sama lain.

Mendukung
Mendukung merupakan keterampilan menyediakan peneguhan dan promosi kepada anggota-anggota kelompok dalam interaksi mereka. Keterampilan ini berguna saat anggota-anggota kelompok dalam interaksi mereka. Selain itu, keterampilan mendukung berguna saat anggota meluahkan perasaan yang sedih atau mendorong seseorang pemalu menyatakan perasaannya. Keterampilan ini bisa dihentikan jika tingkah laku yang positif tidak ditonjolkan oleh anggota kelompok. Misalnya:
Ahli: Sampai hari ini, saya selalu berharap saya tidak
merupakan seorang yang malu. Saya berharap teman saya dalam kelompok ini dapat membantu saya mengatasi kekhawatiran terhadap orang lain.

Menentukan batas
Keterampilan menentukan batas penting untuk memberi struktur pada kelompok. Keterampilan ini menyediakan suatu kerangka di mana kelompok dapat berinteraksi dan mencegah kata-kata yang bisa menyinggung. Dengan kata lain, keterampilan ini mencegah interaksi yang merusak dan pada waktu yang sama menetapkan pedoman untuk interaksi yang terapeutik. Misalnya:
Adalah elok untuk kita semua menghindari membawa keluar dari kelompok ini bahan-bahan diskusi kita. Dengan cara itu, rahasia kita tetap terpelihara.

Melindungi
Keterampilan ini diperlukan untuk melindungi anggota-anggota kelompok dari kritikan-kritikan negatif kelompok. Tekanan kelompok adalah tinggi dan ahli atau beberapa orang anggota mungkin dikritik secara tidak adil. Karena itu, perlindungan harus diberikan agar perasaan mereka itu tidak tersinggung. Misalnya:
Ketua: Tampaknya, setiap dari Anda telah mengatakan sesuatu tentang Norlinda tetapi tidak seorang pun yang menyentuh aspek positifnya. Mari kita berhenti sebentar untuk meneliti perilaku kelompok untuk mengidentifikasi apakah yang menyebabkan kita begitu negatif hari ini?

Tanggapan persetujuan
Dalam diskusi yang dipenuhi kontroversi, keterampilan mendapatkan masukan mengenai persetujuan anggota adalah penting. Misalnya:
Ketua: Sesi kita sudah berjalan hampir 20 menit menyentuh hal mengenai pandangan ahli dalam kelompok ini. Kalau setiap dari Anda melibatkan diri secara serius, tujuan kita lebih cepat tercapai. Apakah pandangan sendiri mengenai soal penglihatan ini. Masni, bisa Anda mulai?

Keterampilan Aksi
1.      Menyoal
Pertanyaan bisa digunakan untuk membantu anggota-anggota kelompok mempertimbangkan aspek-aspek diri yang tidak pernah dipikirkan oleh mereka. Pertanyaan bisa juga mengubah kesenyapan ke perbincangan yang produktif. Jenis pertanyaan yang diajukan harus merupakan pertanyaan terbuka agar dapat banyak memperoleh informasi dari anggota-anggota. Pertanyaan tertutup yang membutuhkan awapan 'ya' atau 'tidak' harus dikurangi
Contoh Pertanyaan Terbuka
Anggota: Saya rasakan orang tua saya tidak percaya lagi.
Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengubah pandangan mereka. Ketua: Tampaknya orang tua Anda telah kehilangan kepercayaan terhadap Anda. Tetapi Anda mungkin tahu harapan mereka. Coba ceritakan sedikit tentang Standar kepercayaan yang diharapkan oleh orang tua Anda.
Contoh Pertanyaan Tertutup
Ketua: Anda suka datang ke sekolah?
Untuk pertanyaan seperti di atas, besar kemungkinan klien akan menjawab 'ya' atau 'tidak'

Mencungkil
Keterampilan ini mendorong anggota mengkaji masalah-masalah mereka dengan lebih mendalam dengan adanya bimbingan luar seperti seorang konselor. Bila ketua kelompok mengajukan pertanyaan, anggota hanya akan mendiskusikannya secara singkat saja. Ketua harus sensitif kepada perasaan dan pemikiran ahli. Kalau anggota enggan berbicara, tindakan mencungkil itu harus dihentikan. Misalnya:
Anggota: Saya tahu saya ada perasaan marah dalam diri saya. Tapi, saya tidak tahu penyebabnya. Ketua: Jadi, Anda tahu Anda ada perasaan marah tetapi tidak tahu mengapa.
Coba Anda berikan situasi-situasi di mana Anda merasa lebih marah dari yang lain.

Menyediakan suasana kelompok
Suasana yang sesuai adalah penting untuk menjamin efektivitas kelompok. Menyediakan suasana kelompok adalah proses menyediakankan Standar yang bermutu yang bisa diperhatikan oleh anggota. Kepala bisa memberikan suasana yang kondusif dengan berbagai cara, termasuk susunan fisik (seperti posisi kursi, meja dan karpet), rasa hati yang ditampilkan oleh ketua, jenis kepemimpinan dan aktivitas yang dicadangkan untuk anggota-anggota kelompok. Menyediakan suasana yang sesuai memungkinkan anggota memikirkan tingkah laku, perasaan dan bagaimana bereaksi dengan cara yang sesuai.
Misalnya:
Ketua: Sejauh ini, kita hanya berfokus pada hal-hal yang kita ingin ubah pada diri kita. Bagaimana, kalau kita mencoba berbagi informasi tentang aspek-aspek diri yang kita ingin pertahankan. Bakar, mencoba Anda mulai.

Konfrontasi
Keterampilan ini digunakan apabila ditemukan adanya ketidaksesuaian antara apa yang dibicarakan dengan apa yang dilakukan. Konflik bisa juga terjadi dari segi perasaan dan pemikiran. Konflik ini harus ditonjolkan agar anggota yang terkait sadar tentangnya. Dengan itu, dia akan memikirkan satu-satu aspek tentang dirinya secara lebih mendalam lagi.
Karena konfrontasi seolah menantang anggota, maka kemahiran ini dilihat berisiko. Anggota mungkin akan merasa dirinya tidak diterima atau tidak dihormati ketua kelompok. Jadi, konfrontasi elok digunakan ketika kepercayaan dan keyakinan antara anggota telah mencapai tingkat yang tinggi. Ketua kelompok harus berhati-hati saat konfrontasi dengan setiap anggota kelompok. Keterampilan ini harus dilakukan tanpa menunjukkan rasa menghukum atau menuduh terhadap anggota tersebut. Misalnya:
Anggota: Saya telah berupaya untuk belajar sekurang-
kurangnya satu jam sehari tapi saya masih belum berhasil. Ketua: Soon Lee, saya baru saja mendengar Anda memberitahu Azmi yang Anda menonton televisi hampir tiga jam malam tadi. Coba Anda terangkan perbuatan ini dengan apa yang Anda katakan tadi.

Pengungkapan Kendiri
Pengungkapan diri adalah keterampilan di mana ketua kelompok berbagi informasi tentang dirinya atau pengalamannya dengan anggota-anggota. Hal ini sejalan dengan cogan kata 'Kepemimpinan Melalui Teladan'. Anggota akan mengikuti contoh konselor dan berikutnya akan lebih rela berbagi informasi tentang dirinya sendiri. Pengungkapan diri juga menunjukkan yang ketua itu rela terlibat dalam proses yang dialami oleh anggota-anggota kelompok. Cara ini akan terus mendorong anggota untuk berbagi masalah-masalah mereka.
Misalnya:
Ketua: Maaf, saya tidak dapat memberikan perhatian penuh terhadap sesi harian kita. Barangkali, saya telah berpikir rencana saya ke Pulau Langkawi pada cuti semester minggu depan.
Anggota: Saya pikir cikgu ada masalah. Tapi, siapa yang tidak senang tentang suatu rencana yang menyenangkan.

Menyediakan Model
Menyediakan model merupakan keterampilan menunjukkan fitur-fitur, sifat-sifat dan keterampilan yang harus dipelajari oleh anggota-anggota agar dapat berfungsi secara efektif dalam kelompok. Kepala merupakan model. Karena itu, ia harus menunjukkan fitur-fitur dan sifat-sifat yang baik sebagai konselor. Menunjukkan model yang baik dapat mengajar anggota akan keterampilan yang penting untuk komunikasi dan interaksi yang efektif dalam kelompok. Anggota akan juga mencontoh tingkah laku ketua kelompok atau konselor. Misalnya
Ketua: Hari ini, saya ingin mulai sesi dengan uraian tentang diri Anda sendiri. Huraikan tentang diri Anda seolah-olah ia adalah rekan karib Anda. Saya akan mulai dan Anda semua harus mendengar dan perhatikan bagaimana saya menggambarkan tentang diri saya
Kebaikan dan Kelemahan Kelompok 4.14.1 Kebaikan Kelompok
Kelompok terapi memiliki beberapa kebaikan seperti berikut:
1.      Anggota bisa menjelajahi cara mereka berhubungan dengan anggota-anggota lain dan mempelajari keterampilan-keterampilan sosial yang efektif.
2.      Suasana kelompok memberikan dukungan kepada tingkah laku baru dan mendorong anggota-anggota mencoba tingkah laku tersebut. Selanjutnya, anggota akan memutuskan apakah akan menerapkan perilaku baru dalam hidup mereka atau sebaliknya.
3.      Berbagai jenis sahsiah dapat ditemukan. Anggota akan mendapat jawaban yang beragam jenis dari individu-individu yang berlainan. Hal ini akan mendorong seseorang melihat dirinya dari berbagai segi.
4.      Faktor-faktor dalam kelompok dapat mendorong perkembangan pribadi. Misalnya, anggota berpeluang mempelajari tentang diri sendiri melalui pengalaman orang lain, mengalami kemesraan yang mendorong pengungkapan diri dan mencoba menyelesaikan setiap masalah sendiri dan juga masalah orang lain sebagai suatu tanggung jawab bersama.

Kelemahan Kelompok
Kelompok bukan merupakan sesuatu yang bisa menyelesaikan semua masalah.
Adanya tekanan untuk mematuhi norma-norma kelompok yang mungkin membawa unsur paksaan dari segi anggota. Unsur paksaan tidak sejalan dengan konsep konseling.
Setengah-setengah anggota menjadi terlalu tergantung pada anggota-anggota kelompok. Setiap masalah yang dihadapi meskipun kecil, seharusnya diajukan dengan harapan diselesaikan oleh kelompok.
Tidak semua individu tersedia sesuai untuk konseling kelompok. Ada yang terlalu agresif, yang mirip untuk mencurigai orang lain atau terlalu mudah tersinggung perasaan. Individu-individu seperti ini mungkin tidak dapat berfaedah dari sesi-sesi kelompok.
Ada anggota yang menggunakan situasi kelompok untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya untuk mendapatkan empati tetapi tidak serius untuk bertindak ke arah solusi masalahnya.

Kelompok Efektif
1.      Anggota percaya-mempercayai antara satu dengan lain dan bersedia berbagi masalah.
2.      Tujuan adalah jelas dan spesifik
3.      Komunikasi adalah secara langsung dan terbuka.
4.      Konsentrasi adalah pada'di sini dan ketika ini'dan anggota berbicara langsung kepada anggota lainnya.
5.      Fungsi kepemimpinan adalah dibagi
6.      Interaksi adalah jujur ​​dan spontan. Pengungkapan diri dapat terjadi.
7.      Perpaduan di antara anggota
8.      Konflik antara anggota diterima, diskusikan dan biasanya diselesaikan.
9.      Anggota bertanggung jawab atas tindakan yang akan diambil untuk menyelesaikan masalah.
10.  Tanggapan diberi secara bebas.
11.  Anggota merasakan harapan untuk berubah memang ada.
12.  Konfrontasi diterima sebagai tantangan untuk memeriksa tingkah laku diri sendiri
13.  Norma-norma kelompok dibentuk secara kolektif oleh anggota-anggota dan ketua kelompok.
14.  Penekanan pada fungsi pemikiran dan perasaan. Perasaan dinyatakan serta ditimbangkan.
15.  Anggota juga membicarakan masalah mereka di luar sesi kelompok

Kelompok Tidak Efektif
1.      Anggota tidak percaya-mempercayai bahkan mereka enggan menyatakan perasaan dan pemikiran masing-masing
2.      Tujuan adalah abstrak dan kabur Anggota mungkin tidak ada tujuan
3.      Klik terbentuk dan komunikasi tidak terbuka.
4.      Konsentrasi adalah pada masa yang lampau. Ahli mencoba menceritakan hal orang lain.
5.      Ketua kelompok memonopoli proses
6.      Interaksi tidak jujur ​​dan anggota berpura-pura. Pengungkapan diri adalah minimum.
7.      Anggota tidak rapat antara satu adalah tinggi. dengan lainnya.
8.      Perasaan negatif atau konflik dibiarkan.
9.      Anggota menuduh orang lain merana menimbulkan masalah pribadi dalam kelompok.
10.  Tanggapan diberi tetapi ahli selalu mencoba mempertahankan (defense) posisinya.
11.  Anggota berputus asa seolah terperangkap.
12.  Konfrontasi dilakukan dengan cara yang agresif. Anggota yang mengalami konfrontasi itu merasa dia dihukum.
13.  Norma-norma dilaksanakan oleh ketua kelompok tanpa konsultasi dengan ahli-ahli.
14.  Anggota hanya mengungkapkan perasaan tanpa usaha untuk memahaminya.
15.  Anggota jarang memikirkan masalah mereka di luar sesi kelompok.

Penentangan dan Cara Mengatasinya dalam Kelompok
Penentangan dalam Kelompok
Dalam sesi konseling kelompok, biasanya ada anggota yang enggan bekerjasama dalam proses konseling. Penolakan ini dikenal sebagai penentangan. Ada beberapa sebab mengapa perlawanan terjadi. Antara perlawanan yang utama adalah:
1.      Hubungan antara anggota belum erat. Jadi, mereka belum dapat percaya-mempercayai satu sama lain.
2.      Takut menjelajahi diri mengenai kekhawatiran yang dialami oleh diri sendiri.
3.      Takut dilihat oleh anggota-anggota lain sebagai bodoh.
4.      Takut kalau tersilap cakap yang bisa menyinggung anggota lain.
5.      Takut melihat diri dengan jujur ​​karena mungkin tidak ada apa-apa kekuatan pada dirinya sendiri.
6.      Takut bahwa pengungkapan diri dapat menyebabkan dirinya disingkirkan atau tidak diterima oleh anggota-anggota lain. Misalnya, kalau Ampi memberitahu dia mengidap penyakit kulit yang sulit diobati, mungkin lebih banyak lagi anggota-anggota kelompok yang tidak berani mendekatinya.


Cara Mengatasi Perlawanan dalam Kelompok
Untuk melibatkan semua anggota dalam sesi kelompok, cara-cara harus di ukirkan untuk mengatasi perlawanan. Antara cadangan untuk mengatasi penentangan adalah:
Hubungan antara anggota harus rapat. Hal ini akan meningkatkan percaya-mempercayai satu sama lain dalam kalangan anggota. Bila tingkat kepercayaan meningkat, maka anggota-anggota pun bersedia untuk berpartisipasi dalam sesi kelompok.
Anggota harus menghindari diri dari mengkritik secara negatif apa yang dinyatakan oleh anggota.
Ketua kelompok atau konselor harus tidak menghukum atau mencap anggota (misalnya: Awak ini memang bodoh. Hal yang sepele jangan dibawa ke sini).
Anggota harus disadarkan tentang baiknya penglihatan dalam kelompok secara serius.
Ketika sesuatu yang sesuai diajukan, konselor harus menyatakan persetujuan secara berkala. Perbuatan ini akan mendorong anggota-anggota lain untuk terus berbicara.
Jika suasana kelompok adalah tegang, kepala bisa menimbulkan unsur kelucuan untuk menghilangkan ketegangan itu.
"Kepala dapat menggunakan contoh-contoh dari luar untuk menggalakkan anggota agar terus berinteraksi dan bertukar pandangan.
Kepala bisa menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang sesuai, seperti "Tampaknya, Anda ingin berbagi sesuatu, Ahmad. Silakan lanjutkan ..." Pertanyaan seperti ini akan mendorong anggota untuk berbicara.
Konselor bisa menyediakan anggota dari segi mental dan emosi dengan memberitahukan apa yang diharapkan dari mereka sebagai anggota kelompok
Dari waktu ke waktu, konselor bisa meyakinkan anggota-anggota tentang rahasia informasi yang dibagi dalam sesi kelompok. Hal ini menyebabkan anggota lebih bersedia mengungkapkan informasi tentang diri sendiri. Dengan kata lain, perlawanan akan dapat dikurangi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar