Minggu, 17 Maret 2013

Sejarah Perkembangan Bimbingan karir


S. Miharja, uin bandung




Objek kajian
















A. Bimbingan Karir Bermula dari Bimbingan Jabatan

Istilah bimbingan karir bermula dari Isitilah
vocational guidance. Istilah ini  pertama kali dipopulerkan oleh Frank Pearson pada tahun 1908 ketika ia berhasil membentuk suatu lembaga yang bertujuan untuk membantu anak-anak muda dalam memperoleh pekerjaan. Pada awalnya penggunaan istilah vocational guidance lebih merujuk pada usaha membantu individu dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan.

Konsep bimbingan yang bermula di Amerika Serikat ini dilatari oleh berbagai kondisi obyektif pada waktu itu, diantaranya : (1) keadaan ekonomi; (2) keadaan sosial, seperti urbanisasi; (3) kondisi ideologis, seperti adanya kegelisahan untuk membentuk kembali dan menyebarkan pemikiran tentang kemampuan seseorang dalam rangka meningkatkan kemampuan diri dan statusnya; dan (4) perkembangan ilmu (scientific), khususnya dalam bidang ilmu psiko-fisik dan psikologi eksperimantal, Atas desakan kondisi tersebut, maka muncullah gerakan vocational guidance yang kemudian tersebar ke seluruh Negara, termasuk ke Indonesia.

Pada tahun 1951, para ahli mengadakan perubahan pendekatan dari model okupasional (occupational) ke model karir (career). Kedua model ini memiliki perbedaan yang cukup mendasar, terutama dalam landasan individu untuk memilih jabatan. Pada model okupasional lebih menekankan pada kesesuaian antara bakat dengan tuntutan dan persyaratan pekerjaan. Sedangkan pada model karir, tidak hanya sekedar memberikan penekanan tentang pilihan pekerjaan, namun mencoba pula menghubungkannya dengan konsep perkembangan dan tujuan-tujuan yang lebih jauh sehingga nilai-nilai pribadi, konsep diri, rencana-rencana pribadi dan semacamnya mulai turut dipertimbangkan.

Bimbingan karir tidak hanya sekedar memberikan respon kepada masalah-masalah yang muncul, akan tetapi juga membantu memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan. Penggunaan istilah karir didalamnya terkandung makna pekerjaan dan jabatan sekaligus rangkaian kegiatan dalam mencapai tujuan hidup seseorang. Hattari (1983) menyebutkan bahwa istilah bimbingan karir mengandung konsep yang lebih luas. Bimbingan jabatan menekankan pada keputusan yang menentukan pekerjaan tertentu sedangkan bimbingan karir menitikberatkan pada perencanaan kehidupan seseorang dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dengan lingkungannya agar ia memperoleh pandangan yang lebih luas tentang pengaruh dari segala peranan positif yang layak dilaksanakannya dalam masyarakat.

B. Bimbingan Karir pada Persekolahan di Indonesia

Di Indonesia sendiri program ini masuk dan diadopsi oleh lembaga pendidikan pada tahun 1950, yang kemudian terwadahi dalam layanan bimbingan dan penyuluhan, yang kini disebut bimbingan dan konseling. Ini diawali dari kebutuhan penjurusan peserta didik pada jenjang pendidikan menengah atas.

Selanjutnya, pada tahun 1984 bersamaan dengan diberlakukannya Kurikulum 1984, bimbingan karir cukup terasa mendominasi dalam layanan bimbingan dan penyuluhan, dan pada tahun 1994, bersamaan dengan perubahan nama bimbingan penyuluhan menjadi bimbingan dan konseling, bimbingan karir ditempatkan sebagai salah bidang bimbingan.

Sampai dengan sekarang ini bimbingan karir tetap masih merupakan salah satu bidang bimbingan, yang diintergrasikan dalam konsteks Kecakapan Hidup (Life Skill). Beberapa penjabaran materi bidang bimbingan karir pada jalur pendidikan formal diarahkan pada : (1) Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang hendak dikembangkan; (2) Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya dan karir yang hendak dikembangkan pada khususnya; (3) Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; (4) Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki; (5) Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan.




C. Bimbingan Karir Di Perguruan Tinggi

Program bimbingan karir di lingkungan perguruan tinggi memiliki sejarah yang cukup panjang. Pada fase awal, pengajaran atau pelatihan yang berkaitan dengan karir atau pekerjaan telah menjadi subjek pembicaraan pada perkuliahan umum yang kemudian juga diikuti oleh bahasan mengenai kesehatan, moral, sikap, dan berbagai topic tentang kehidupan lainnya.   Maverick (1926) seperti dikutip dari Folsom dan Reardon (2001) mengemukakan bahwa terdapat pengajaran tentang bimbingan kejuruan pada pelatihan peserta   didik  baru di awal tahun 1911. Pada tahun 1921, pelatihan bimbingan karir ditawarkan pada mahasiswi di Coulumbia University dengan judul “Professional Occupation: Their Scope, Functions, and Newer developments”.

Pada umumnya, pelatihan bimbingan karir bermunculan karena tuntutan jaman. Semakin majunya dunia kerja memaksa lembaga pendidikan tinggi untuk dapat lebih menyiapkan para alumninya agar memilki kualitas dan persiapan yang matang untuk memasuki kompetisi di dunia kerja tersebut.

Dalam Maverick (1926), pelatihan bimbingan yang berkaitan dengan karir telah ditemukan dan digunakan di kalangan perguruan tinggi sejak awal tahun 1900an. Reardon dan Byron (2001) telah menemukan lebih dari 80 artikel yang membahas tentang pelatihan bimbingan karir ini, tersebar di berbagai universitas di Amerika. Lebih lanjut lagi, Hoppock (1932) telah menyusun katalog yang berisi tentang gambaran-gambaran 18 pelatihan bimbingan karir di univeristas pada awal tahun 1930an. Pelatihan bimbingan karir tersebut ditawarkan di berbagai jurusan dan level pendidikan tinggi.

Carter dan Hoppock (1961) seperti dikutip dari Folsom dan Reardon (2001) berpendapat bahwa orang yang pertama kali mengembangkan pelatihan bimbingan karir adalah Edgar J. Wiley pada tahun 1923. Meskipun begitu, Borrow (1960) disebut-sebut sebagai orang pertama yang memaparkan pelatihan bimbingan karir secara komperehensif. Pelatihan bimbingan karir yang dikembangkan oelh Borrow disebut ‘Vocational Planning’ dan ditawarkan di perkuliahan umum Universitas Minnesota pada tahun 1932. Untuk selanjutnya, Borrow dan Lindsey (1959) menulis buku pelatihan bimbingan karir ‘Vocational Planning for College Students’ yang diterbitkan oleh Prentice-Hall.

Pada tahun 1974, Devlin mengadakan riset untuk meneliti pelatihan bimbingan karir di level universitas. Hasil dari riset tersebut menyatakan bahwa 75 universitas menawarkan pelatihan bimbingan karir pada peserta   didik nya dan 123 lainnya berencana untuk mengadakan pelatihan bimbingan karir untuk para peserta   didik nya. Devlin juga menyimpulkan bahwa terdapat tiga poin penting yang ditekankan dalam pelatihan bimbingan karir tersebut yaitu, faktor dalam memilih karir, informasi karir, dan teknik mencari pekerjaan.  Ripley (1975) berpendapat bahwa bermunculannya pelatihan bimbingan-pelatihan bimbingan karir terkait dengan permasalahan terbatasnya penyerapan tenaga kerja sehingga dibutuhkan kesiapan yang matang untuk memasuki dunia kerja. Meskipun begitu, Goldstein (1977) mengatakan bahwa tidak semua universitas menerima program pelatihan bimbingan karir ini dengan baik, beberapa diantaranya menolak program ini dan menganggap bahwa program pelatihan bimbingan karir ini tidak sesuai dengan tujuan akademis universitas atau tidak menunjang kemajuan akademis. Universitas yang menolak program pelatihan bimbingan karir ini seringkali menyebutnya dengan sebutan ‘creeping vocationalism’.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Reardon, Zunker, dan Dyal pada tahun 1979. Mereka meneliti 458 universitas di berbagai daerah di Amerika untuk mempelajari lebih lanjut tentang peran dan fungsi pelayanan pelatihan bimbingan karir.  Dari 299 responden, 29 percent (87) menyatakan bahwa program pelatihan bimbingan karir tersedia di kampus mereka dan 33 percent mengatakan bahwa program pelatihan bimbingan karir telah dipelajari sebelumnya di sekolah mereka. Dalam hal ini, ketiga peneliti diatas menyimpulkan bahwa disamping keraguan Goldstein akan penerimaan universitas terhadap program pelatihan bimbingan karir, terdapat respon postitif dari para pelaku pendidikan di universitas. Dalam penelitian yang lebih luas, Haney dan Jowland (1978) menemukan bukti penyebaran pertumbuhan pelatihan bimbingan karir pada tahun 1970an. Penelitian ini melibatkan 2400 universitas yang memiliki program 2 tahun atau 4 tahun. Dari semua responden tersebut, 38 persen (353) dilaporkan memiliki pelatihan bimbingan karir dalam satuan kredit semesternya.

Dua orang peneliti, Mead dan Korschgen, meneliti secara random dua universitas dari setiap negara bagian (ada sekitar 50 negara bagian yang diteliti) untuk mempelajari bagaimana pelatihan bimbingan karir diterapkan di universitas tersebut. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat 62% yang menawarkan pelatihan bimbingan karir pada mata kuliahnya. Pelatihan bimbingan karir tersebut meliputi tiga bagian umum pelatihan yaitu pembuatan keputusan karir, persiapan pencarian kerja dan persiapan penjurusan disiplin ilmu.


Folsom dan Reardon (2001) menjelaskan bahwa dalam survey nasional terbaru di Amerika, Collin (1998) melakukan survey pada tahun 1997 terhadap 1.688 peserta   didik  yang tergabung dalam National Association of Colleges and Employers. Collin menemukan 30% diantaranya  memiliki satuan kredit dalam pelatihan bimbingan karir. Pelatihan bimbingan karir ini telah ditawarkan sejak tahun 1981. Dua peneliti lainnya, Halasz dan Kempton (2000), seperti dikutip Folsom dan Reardon (2001) menemukan bahwa 70% atau 28 dari 40 universitas yang diteliti menawarkan program pelatihan bimbingan karir sebagai salah satu mata kuliahnya.

Apakah pelatihan bimbingan karir ditawarkan di semua jurusan? Dalam sebuah penelitian tentang pelatihan bimbingan karir yang memfokuskan diri pada jurusan tertentu, Montana (1989) menemukan bahwa dari seluruh jurusan bisnis yang terdapat di universitas-universitas Amerika, 64% diantaranya (120 universitas) memiliki program pelatihan yang berkaitan dengan perencanaan karir.  Selain itu, Heppner dan Krause (1979) menemukan bahwa program pelatihan bimbingan karir memiliki 2 satuan kredit semester di University of Nebraska-Linclon (UNL). Pengembangan terhadapa program bimmbingan karir ini terus berlanjut tiap tahunnya, prosedurnya pun masih bersifat flexible karena dipengaruhi oleh kedinamisan dunia kerja.

Selama bertahun-tahun, metode yang diterapkan dalam pelatihan bimbingan karir ini selalu berkembang. Banyak dari para ahli telah menjelaskan dan menyumbangkan strategi atau metode untuk mengembangkan program pelatihan bimbingan karir, tentunya suapaya program ini lebih efektif dan tidak sia-sia. Program pelatihan bimbingan karir ini memiliki berbagi macam metode. Metode tersebut bisa saja dengan bentuk kelompok kecil, kelompok besar, ataupun secara individual. Semua metode ini bisa diterapkan sesuai kebutuhan pada masing-masing kelas. Disamping metode pelaksanaan bimbingan karir, faktor yang mempengaruhi individual dalam keputusan karirnya pun bisa bermacam-macam. Dalam salah satu penelitian yang dilakukan oleh Bradley dan Mims (1992) menyimpulkan bahwa tradisi keluarga di setiap individu dan peran individu dalam keluarga dapat mempengaruhi seseorang dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan karir. Individu yang memiliki peran sebagai anak pertama umumnya akan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap keluarganya, atau ia memang dituntut untuk menafkahi keluarga sehingga karir apapun bisa saja diambil meskipun tidak sesuai dengan keinginnannya. Individu yang tidak memiliki atau tidak dituntut untuk memiliki tanggung jawab terhadap keluarganya akan memiliki keleluasaan untuk memutuskan masa depan karirnya. Namun, hal ini tidak mutlak karena semua kembali lagi ke tradisi keluarga di setiap individu dan individu itu sendiri.

Penelitian yang dilakukan Swain pada tahun 1984 menemukan bahwa program bimbingan karir ditawarkan dan dikembangkan pada peserta   didik  di Universitas Illnois. Program ini memakai model ‘Ed Psych 250 Career Development Theory and Practice’ dan memiliki 3 satuan kredit semester, diterapkan di jurusan Psikologi Pendidikan , Fakultas Pendidikan. Model bimbingan karir ini juga terdapat di bagian Career Development and Placement Center, dan Division of Counseling Psychology.  Mata kuliah ini terbuka untuk semua peserta   didik  tingkat berapapun, diajarkan oleh peserta   didik  pasca-sarjana dan diawasi oleh anggota fakultas. Pertemuan perkuliahan untuk program ini 5 sampai 10 kali pertemuan per semester.

Pada tahun 1995, Brooks melakukan studi kasus terhadap dua pelatihan bimbingan karir di jurusan bisnis North Carolina State University. Brooks menemukan bahwa peserta   didik  yang mengikuti program bimbingan karir ini cenderung untuk memulai rencana karir mereka lebih awal, mengembangkan kesadaran diri yang lebih baik, memahami kenyataan dari dunia kerja, dan menuliskan resume mereka bahkan sebelum mereka menyelesaikan kuliahnya. Adanya program bimbingan karir ini berdampak positif bagi peserta   didik  yang mengikutinya.

Beberapa peneliti yang melakukan penelitian meta analisis terhadap pengaruh atau hasil dari pelatihan bimbingan karir adalah Spokane, Oliver, Hardesty, Whiston, Sexton, Lasoff, Whiston, Brown, dan Krane. Penelitian meta analisis pertama dilaporkan oleh Spokane dan Oliver (1983).  Mereka menemukan bahwa pelatihan bimbingan karir yang dilakukan dengan metode kelas atau kelompok lebih efektif jika disbandingkan dengan menggunakan metode pendekatan secara individual. Lebih lanjut lagi, pada tahun 1988, mereka menemukan bahwa model kelas pada bimbingan karir memberikan pengaruh paling besar diantara berbagai macam model bimbingan karir lainnya. Model kelas pada bimbingan karir tentunya melibatkan banyak peserta dan memerlukan waktu yang tidak sedikit pula, karena itulah menurut Oliver dan Spokane (1988), model kelas merupakan model yang menghabiskan banyak biaya atau paling mahal diantara lainnya. Pada tahun 1991, Hardesty melakukan penelitian tentang evaluasi mata kuliah bimbingan karir. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa secra keseluruhan, pelatihan bimbingan karir membawa dampak positif bagi peserta   didik  yang mengikutinya. Dampak positif ini bisa dilihat dari meningkatnya kedua aspek dalam karir yaitu keputusan karir dan kematangan karir pada para peserta   didik . Walaupun begitu, pengaruh atau dampak positif ini belum bisa dipastikan akan bertahan dalam jangka panjang atau tidak. Nampaknya, penelitian tentang seberapa lama pengaruh pelatihan bimbingan kerja ini belum pernah dikembangkan.

Penelitian meta analisis lainnya dilakukan oleh Whiston, Sexton dan Lassof pada tahun 1998. Mereka meneliti 47 mata kuliah, termasuk diantaranya 9 mata kuliah bimbingan karir. Mereka menemukan bahwa model kelas pada pelatihan bimbingan karir menempati urutan ketiga model bimbingan karir paling efektif diantara 8 lainnya. Dua pertama ditempati oleh pendekatan secara individual dan kelompok. Berturut-turut lainnya adalah interpretation test, seminar, pelatihan melalui computer, pelayanan gratis bimbingan karir, dan model lainnya yang tidak dikategorikan. Ditinjau dari segi biaya, program yang membutuhkan biaya paling sedikit adalah pelatihan bimbingan karir melalui kelas, pelayanann gratis dan computer. Apa yang ditemukan oleh mereka ini hamper sama dengan apa yang ditemukan oleh Oliver dan Spokane sepuluh tahun sebelumnya, 1988, perbedaannya hanya terletak di segi biaya.

Brawn dan Krane (2000) menegaskan bahwa pelatihan bimbingan karir yang efektif meliputi lima aspek:
1)      Klien bisa memperjelas rencana karir dan tujuan hidup dalam tulisan.
2)      Tersedianya tes untuk menguji hasil dari bimbingan karir.
3)      Menyediakan informasi yang akurat tentang karir yang dipilih klien, baik itu untung dan ruginya.
4)      Klien melakukan pelatihan bimbingan karir dengan ahli yang sudah berkecimpung dalam dunia bimbingan karir.
5)      Membimbing klien dalam mengembangkan jaringan pendukung sesuai dengan bidang pekerjaan yang dipilihnya.

Brown dan Krane juga menyarankan agar setiap pelatihan bimbingan karir setidaknya mengandung tiga dari lima aspek yang telah disebutkan diatas. Cepatnya perkembangan program pelatihan bimbingan karir dalam beberapa tahun terakhir ini membuat program ini memiliki jangkauan internasional. Banyaknya buku tentang bimbingan karir merupakan bukti nyata bahwa studi tentang karir masih diminati dan diperlukan oleh masyarakat. 

Pelatihan bimbingan karir di lingkungan universitas pada dasarnya adalah pola umum perbuatan pembimbing atau dosen terhadap klien atau mahpeserta didik  dalam wujud hubungan bantuan. Pembimbing menjalankan hubungan bantuan dengan peserta   didik  dalam artian bahwa ia bersedia  menciptakan sistem lingkungan yang kondusif untuk membantu perkembangan mahpeserta didik  dalam:
1)      Pemahaman dan penilaian peserta   didik  terhadap dirinya terutama yang menyangkut potensi dasar (bakat, minat, sikap, kecakapan dan cita-cita).
2)      Pemahaman peserta   didik  terhadap nilai-nilai yang ada pada dirinya dan masyarakat sekitar.
3)      Pengetahuan peserta   didik  dalam memahami lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan potensi dirinya serta jenis-jenis pendidikan dan pelatihan yang mungkin diperlukan untuk bidang karir tertentu.
4)      Mengatasi mengatasi hambatan-hambatan yang disebabkan oleh faktor dalam (dari diri sendiri) dan faktor luar (keluarga dan lingkungannya).
5)      Merencanakan masa depan karir mahasiwa.

Dalam pola bimbingan karir di atas, akan membantu dalam pembuatan dan pelaksanaan rencana karir, sekaligus penilaian terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Ketika semua tujuan bimbingan karir tercapai secara baik, maka mahaiswa akan mencapai kesuksesan perjalanan hidup yang bermakna horizontal dan vertical. Horizontal berarti hubungan dengan sesame manusia lainnya dan vertical berarti hubungan manusia dengan Tuhan.

Pola bimbingan karir tersebut juga menunjukkan bahwa setiap tujuan bimbingan karir bersifat situasional; atau dalam penggunaannya bergantung pada sasaran perilaku peserta   didik  yang akan dikembangkan.

D. Strategi Bimbingan Karir pada dekade terakhir
Untuk mencapai tujuan bimbingan karir diatas, setiap dosen pembimbing memiliki dan dapat menempuh strategi yang berbeda-beda; sesuai dengan latar belakang pendidikan, keahlian dan kondisi objektif klien atau peserta   didik  yang dihadapinya. Setiap individu memiliki masalah yang berbeda sehingga harus ditangani secara berbeda pula. Kebutuhan bimbingan karir pada setiap individu akan berbeda tergantung dari permasalahan yang dimiliki individu tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Peterson et al. dan Sampson et al. “Each individual has unique career problems and is best served by using unique combinations of career resources and services in making career decisions” (1991; 1996; 2002; 1999)
Kendati demikian, seluruh strategi dalam bimbingan karir dapat dikelompokkan tiga kelompok yaitu,
a.        Strategi Instruksional
b.        Strategi Substansial/Interpersonal
c.         Strategi Permainan

Untuk lebih jelasnya ketiga strategi bimbingan karir tersebut dapat dijelaskan sebagai berikur.
a.    Strategi Intruksional
Strategi instruksional merupakan bentuk penyelenggaraan bimbingan karir yang dipadukan atau diintegrasikan dalam pengajaran (instruksional). Strategi ini sangat sesuai dijalankan oleh tenaga pengajar sehingga sering diterapkan di sekolah atau universitas. Strategi instruksional ini cenderung bersifat informatif daripada pemrosesan informasi.
Pada dasarnya, strategi ini bukanlah penyelenggaraan bimbingan karir, melainkan pengajaran (instruksional) yang menerapkan prinsip-prinsip bimbingan karir. Strategi instruksional lebih terfokus pada pemberian informasi karir. Strategi bimbingan karir instruksional yang terpadu dengan pembelajaran merupakan pemrosesan informasi karir secara klasikal. Strategi ini sering diterapkan dalam kelompok melalui penggunaan metode atau teknik-teknik pembelajaran. Umumnya, teknik pembelajaran ini berupa pengajaran unit, home room, karyawisata, ceramah tokoh/nara sumber, media audio visual, bibliografi, pelatihan kerja, career day, wawancara, dan paket bimbingan karir.

b.   Strategi Substansial/Interpersonal
Strategi substansial merupakan bentuk penyelenggaraan bimbingan karir yang bersifat interpersonal (antara pembimbing dengan klien). Strategi ini sering diterapkan oleh dosen pembimbing dalam bentuk wawancara konseling. Untuk mempergunakan strategi ini, diperlukan penguasaan teori dan praktik konseling.  Selain itu, para dosen pembimbing yang menerapkan strategi ini harus menguasai disiplin ilmu penunjang yang terkait dengan bimbingan karir. Teknik yang termasuk ke dalam strategi substansial adalah teknik genogram dan konseling karir.

1) Teknik Genogram
Rae Wiemers Okiishi (1987) adalah orang pertama yang memperkenalkan istilah teknik genogram dalam tulisannya yang berjudul The Genogram as a Tool in Career Counseling dalam Journal of Counselling and Development Volume 66. Dilihat secara etimologis, genogram berarti silsilah, yaitu gambar asal-usul keluarga klien sebanyak tiga generasi. Penggunaan teknik genogram berdasarkan asumsi bahwa ada pengaruh dari orang lain yang berarti terhadap individu dalam identifikasi perencanaan dan pemilihan karir (significant of other). Pembimbing atau sering disebut konselor berupaya mengidentifikasi orang yang berarti bagi diri klien. Penggunaan teknik genogram ini lebih merupakan teknik awal untuk memasuki konseling karir. Pelaksanaan teknik ini bersifat individual. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan, pelaksanaan wawancara genogram bisa dipandang sebagai proses konseling karir jika dalam wawancara tersebut konselor (pembimbing) menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik bimbingan karir yang dapat mempengaruhi proses pemilihan karir klien ke arah yang lebih baik atau konseling yang terfokus pada pemecahan masalah karir klien.

Pelaksanaan teknik genogram ditempuh dalam tiga tahap, yaitu: (a) konstruksi genogram, (b) identifikasi jabatan, dan (c) eksplorasi klien. Ketiga tahap tersebut dapat dijelaskan berikut ini:

(a) Konstruksi Genogram
Konstruksi genogram adalah tahap pertama untuk memetakan gambar silsilah atau asal-usul keluarga klien sebanayak tiga generasi. Tiga generasi berarti generasi klien, generasi oarangtua klien dan generasi kakek nenek klien. Seluruh angota keluarga dari ketiga generasi yang diketahui oleh klien dibuat gambar atau bagannya. Pembimbing beserta klien membuat gambar tersebut bersama-sama. Selama proses menggambar, konselor mendiskusikan peran-peran tiap orang yang digambar di kehidupan klien. Konselor berusaha menggiring klien untuk menceritakan semua orang yang ada di dalam gambar sehinngga gambar tersebut dapat memberikan penjelasan hal-hal penting berkenaan dengan silsilah dari ketiga generasi klien. Hal-hal penting tersebut bisa ditandai dengan mencantumkan tanda atau simbol tertentu yang dapat dipahami baik itu oleh konselor ataupun klien.

(b) Identifikasi Jabatan
Dalam identifikasi jabatan, konselor bersama klien berupaya menelusuri bidang-bidang pekerjaan/jabatan yang ada pada anggota keluarga dari tiga generasi itu. Informasi tersebut  termasuk usaha yang ditempuh oleh setiap anggota keluarga untuk memperoleh pekerjaan/jabatan tersebut. Identifikasi jabatan juga menggambarkan tingkat keberhasilan, dan konsekuensi dari perolehan pekerjaan atau jabatan bagi aspek keidupan setiap anggota keluarga yang bersangkutan.

(c) Eksplorasi Klien
Tahap ekplorasi klien memfokuskan pembahasan terhadap klien agar memperoleh pemahaman diri dan lingkungan serta dapat merencanakan karir masa depannya. Terdapat beberapa hal penting untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan pada wawancara genogram, yaitu: (1) isi pengamatan diri klien; (2) pemahaman terhadap lingkungan/dunia kerja; (3) proses pembuatan keputusan; model-model pola hidup; dan (5) model-model pekerjaan atau karir. Hal-hal yang perlu didiskusikan oleh dosen pembimbing atau konselor dengan peserta   didik  adalah : (1) keberhasilan-keberhasilan anggota keluarga; (2) mobilitas anggota keluarga; (3) pengelolaan waktu; dan (4) integritas diri.

2) Pendekatan Konseling Karir
John Crites (1987) mengemukakan enam pendekatan konseling karir, yaitu: (1) trait and factor career counseling (2) client-centered career counseling, (3) psychodynamic career counseling, (4) developmental career counseling, (5) behavioral career counseling, dan (6) comprehensive career counseling.

c.    Strategi Permainan
Permainan adalah suatu perbuatan atau kegiatan sukarela, yang dilakukan dalam batas-batas ruang dan waktu tertentu yang sudah ditetapkan, menurut aturan yang sudah diterima secara sukarela tapi mengikat sepenuhnya, dengan tujuan dalam dirinya sendiri, disertai oleh perasaan tegang dan gembira, dan kesadaran lain daripada kehidupan sehari-hari (Johan Huizinga, 1990: 39).  Definisi tersebut menyiratkan bahwa permainan memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya dengan kegiatan dalam kehidupan yang lain. Ciri-ciri khas dimaksud adalah: (1) permainan adalah perbuatan yang bebas, artinya permainan dapat ditangguhkan atau dikesampingkan setiap saat; karena ia dilakukan tanpa  paksaan/tuntutan fisik apalagi kewajiban moral, sehingga permainan melampaui jalannya proses alami; (2) permainan bukanlah perikehidupan yang biasa atau yang sesungguhnya; ia merupakan suatu perbuatan keluar dari sesungguhnya, dalam suasana kegiatan yang sementara dengan tujuan tersendiri; (3) permainan memisahkan diri dari kehidupan biasa dalam hal tempat dan waktu, oleh karenanya ia bercirikan tertutup dan terbatas. Ia dimainkan dalam batas-batas waktu dan tempat tertentu, bermakna dan berlangsung dalam dirinya sendiri, dimulai dan berakhir pada suatu saat tententu, terdapat variasi aktifitas, serta dapat diulangi sesuai dengan kebutuhan; (4) di dalam permainan berlaku tata-tertib tersendiri yang mutlak, oleh karena itu permainan lebih bercirikan menciptakan ketertiban atau keteraturan. Penyimpangan terhadap aturan tersebut dapat merusak proses dan nilai permainan.

Permainan merupakan salah satu strategi alternative penyelenggaraan pelatihan bimbingan karir. Strategi ini berlangsung melalui permainan dan dalam setiap permainan biasanya dapat menjangkau beberapa sasaran sekaligus.

Strategi permainan dalam bimbingan karir dapat dikelompokkan ke dalam lima kelompok. Tiap kelompok memiliki tujuan masing-masing yang ingin dicapai. Lima kelompok permainan tersebut adalah:  (1) permaianan ekspresi dan proyeksi diri; (2) permainan pilihan dan putusan nilai; (3) eksplorasi dan identifikasi lingkungan; (4) diskusi isu dan aturan; dan (5) analisis gaya hidup.

1) Permainan ekspresi dan proyeksi diri
Strategi permainan yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok ekspresi adalah permainan yang berupaya mengungkapkan karakteristik, ciri atau sifat-sifat diri pribadi secara langsung, baik dalam bentuk lisan, tulisan maupun gerak-gerik isyarat. Contohnya: (a) peserta   didik  menuliskan sifat-sifat dirinya yang baik dan yang buruk; (b) menuturkan keadaan dirinya bila menghadapi suatu situasi atau mengemukakan penilaian atas sifat-sifat diri yang dibutuhkan untuk suatu jenis pekerjaan; (c) tebak-tebakan tentang keadaan diri bersama orang lain.

Strategi permainan proyeksi diri merupakan permainan yang berupaya menyingkap tabir atau selubung yang tersembunyi di balik suatu ungkapan. Misalnya: Dosen pembimbing meminta setiap peserta   didik  untuk mengeluarkan pendapatnya tentang suatu hal yang menyangkut keadaan mereka. Keadaan tersebut bisa saja bermacam-macam, sebagai contoh apa yang akan mereka lakukan apabila mereka tiba-tiba mendapatkan sejumlah uang. Di balik pendapatnya itu tersimpul nilai-nilai diri yang mendasari prioritas tindakan penggunaan uang. Proyeksi diri dapat juga dalam bentuk karangan atau surat kepada sahabat khayalan dan atau gambar/lukisan yang menggambarkan keadaan diri setiap peserta   didik .

2) Permainan pilihan dan putusan nilai
Prinsip utama dalam permainan ini adalah bagaimana individu atau mahasiwa menentukan prioritas serta mengambil suatu keputusan tindakan yang didasarkan atas nilai-nilai yang dimilikiny. Hal yang tidak kalah pentingnya dalam permainan ini adalah klien atau peserta   didik  tidak dinilai atau dievaluasi apalagi diberikan label tertentu oleh dosen  pembimbing/konselor. Permainan pilihan dan putusan nilai semata-mata dilakukan untuk menegaskan “proses” pemilihan dan mengambil keputusan yang paling penting dalam hidupnya. Contoh jenis permainan ini: (a) pilihan objek wisata dan tempat liburan yang disenangi beserta  alasannya; (b) memilih kawan berbincang dalam suatu perjamuan; dan atau (c) mengurutkan prioritas utama orang yang perlu diselamatkan dari kecelakaan, dan sebagainya.

3) Eksplorasi dan identifikasi lingkungan
Kelompok permainan eksplorasi dan identifikasi lingkungan mengutamakan bantuan kepada klien. Bantuan ini diberikan agar ia mampu dan sanggup menjelajahi dan merinci lingkungan baik di lingkungan pendidikan maupun lingkungan pekerjaan. Lingkungan ini tentu saja yang secara potensial sesuai dengan karakteristik diri pribadinya.  Ketika klien atau mahasiwa bisa menjelajahi dan merinci lingkungan-lingkungan tersebut, wawasan karir di masa depan akan tergambar dan dapat diambil oleh klien sebagai alternatif pilihan. Sebagai contoh: peserta didik  diajak untuk menganalisis satu jenis pekerjaan mengenai syarat, sarana penunjang yang dibutuhkan, komposisi kelompok atau sektor kerja yang sejenis, serta penentuan manfaat lain dari adanya pekerjaan itu. Permainan ini bisa juga dengan cara menyimak kisah-kisah tokoh-tokoh sukses; membandingkan perjalanan hidup tokoh teladan dengan keadaan diri klien atau peserta   didik ; kuis pesona atau menebak seseorang/tamu misteri tentang  pekerjaannya, berdasarkan pertanyaan tentang lingkungan kerja, peralatan yang dipergunakannya, dan sektor pekerjaan yang terdapat pada diri orang tersebut.

4) Diskusi isu dan aturan
Permainan ini dapat dilakukan dalam bentuk diskusi. Diskusi dimulai dari pemilihan dan penentuan masalah utama (isu) tentang peraturan hidup yang dihadapi peserta   didik  atau manusia umumnya. Setelah penentuan isu, beberapa peserta   didik  secara sukarela diminta tampil sebagai pembicara yang melontarkan pendapatnya atas isu dimaksud. Pada giliran selanjutnya ditanggapi oleh peserta konseling lainnya kemuadian diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat feedback atau umpan-balik bagi kehidupan para peserta konsleing. Meskipun dalam bentuk diskusi, harus tetap diingat bahwa strategi masih tetap dalam kerangka permainan yang bersifat tegang dan gembira. Ciri-ciri permainan yang telah disebutkan sebelumnya seharusnya menjadi cirri pokok dalam strategi bimbingan karir ini.

5) Antisipasi/prediksi gaya hidup
Antisipasi atau prediksi gaya hidup merupakan jenis permainan yang menekankan analisis atau perkiraan, cita-cita yang diangankan akan masa depan kehidupan peserta   didik , keluarga maupun pekerjaan dan keadaan dirinya, berdasarkan pengelolaan informasi diri dan lingkungan, nilai serta permasalahan yang dihadapi sekarang ini. Sebagai contoh: peserta didik  dapat menuturkan cita-citanya, kemudian ditanggapi oleh peserta didik  lain atau dosen pembimbing. Tanggapan itu yang memungkinkan peserta didik  penutur melakukan pertimbangan, mengungkapkan alasan keadaan dirinya sekarang. Contoh lain adalah peserta didik  menentukan pilihan jenis serta sifat orang yang sekiranya dapat menolong dirinya di saat diperlukan dalam menghadapi kemelut hidup.

 



Sumber :
/////////

Selasa, 12 Maret 2013


S. Miharja, uin bandung

13      Instrumen Bimbingan Karir


Instrumen perlu disediakan oleh pembimbing karir, karena dalam pelayanan bimbingan karir diperlukan untuk pemahaman yang mendalam mengenai klien yang hendak dilayani. Pemahaman yang mendalam mengenai klien ini guna menyelenggarakan bimbingan  dan klienng yang memandirikan dan mengembangkan pribadi secara berkelanjutan. Karenanya diperlukan penguasaan dan  praktis instrumentasi untuk memahami  dan membantu kondisi klien.

Khusnudin (2011), secara umum mengklasifikasikan beberapa kemampuan yang perlu dimiliki oleh pembimbing berkaitan dengan instrumen:
a)      Menguasai hakekat instrumen.
b)      Memilih teknik instrumentasi sesuai dengan kebutuhan layanan
c)      Menyusun dan mengembangkan instrumen untuk keperluan bimbingan.
d)     Mengadministrasikan instrumen untuk mengungkap masalah klien.
e)      Memilih dan mengadministrasikan teknik instrumen pengungkap kemampuan dasar dan kecenderungan pribadi klien.
f)       Memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk mengungkap kondisi aktual klien berkaitan dengan lingkungan.
g)      Mengakses data dokumentasi tentang klien dalam pelayanan bimbingan.
h)     Menggunakan hasil instrumen dalam pelayanan bimbingan.
i)        Menampilkan tanggung jawab profesional dalam praktik instrumentasi.

Lebih jauh khusnudin (2011), istilah instrumen menujukkan pada alat atau media yang digunakan guna mendapat data dari klien. Hubungan dengan instrumentasi karir, maka instrumentasi dimaksud berkaitan dengan keperluan yayanan bimbingan karir. Isi instrumen dapat berupa suatu atau seperangkat alat yang berisi sejumlah pertanyaan atau tugas yang harus direspon kilen secara lisan, tulisan, atau perbuatan.  Prosedur pada instrumen  berupa suatu prosedur yang sistematis untuk mengungkap sample perilaku individu, yang hasilnya  ditampilkan dalam bentuk skor atau data kategori.  Dilihat dari bentuk pertanyaan atau tugas, yang jawaban atau responnya  dapat dikategorikan sebagai proses kuantifikasi atribut-atribut (psikologis) yang harus diukur, proses pengumpulan data baik kuantitatif maupun kualitatif guna pengambilan keputusan, dan proses pemaknaan dan penimbangan informasi yang dikumpulkan berdasar pada norma-norma atau kriteria tertentu guna pengambilan keputusan.

Semua intrumen digunakan oleh pembimbing guna memahami diri dan lingkungan klien. Segala mengungkap klien, baik yang menyangkut  diri (intelektual, fisik, sosial, emosional), maupun  lingkungan (termasuk lingkungan psikologis). Instrumen sebagai sebuah alat, dalam penyusunan dan pengembangannya terdiri dari aspek-aspek yang perlu diakses, jenis data yang perlu dikumpulkan , teknik pengumpulan data dan intrepretasi.
       Aspek : menentukan Apa yang perlu diakses?
       Jenis data: Data apa yang perlu dikumpulkan ?
       Teknik Pengumpulan Data : Bagaimana data dikumpulkan?
       Interpretasi/Membaca Data : Bagaimana data ditafsirkan ? 


Sifat data pada intrumen ini dapat berupa data permanen atau konstan (relatif tetap pada orang itu seperti inteligensi dan kepribadian, dapat pula bersifat temporer  (cepat berubah) seperti minat pekerjaan.

Data pada instrumen ini dikumpulkan menggunakan data instrumen baku dan data instrumen tidak. Data instrumen baku memiliki ciri-ciri: memiliki pedoman (manual) ataupanduan penggunaan, reliable, valid dan mampu membedakan. Sedangkan instrumen tidak baku, sifat khusus hanya bias digunakan pada komunitas khusus dan digunakan oleh tester yang terbatas pula. Data yang telah diperoleh dari intrumentasi dapat menjadi keputusan bagi keputusan bagi lembaga maupun bagi individu. Bagi lembaga menjadi data pengelompokkan dan dasar  pembuatan program. Bagi individu dapat dijadikan dasar pemilihan pekerjaan dan pemilihan perencanaan karir.

Data dalam instrumentasi bisa digunakan sebagai data mutlak dan dapat pula komparatif. Teknis instrumentasi bisa dijaring dengan teknik tes atau teknik non tes, dan dapat pula dengan teknik pengukuran vs non pengukuran.  Teknik tes dan pengukuran menggunakan prosedur tes dan alat ukur, sedangkan teknis non tes bisa berupa pengamatan atau portofolio.

Jenis intrumentasi non tes yang dapat digunakan dalam bimbingan karir anatar lain


Dilihat dari ciri-ciri fisik pada rambut dan tatapan mata dapat menggambarkan keadaan klien pada fleksibilitas, egoism, sikap positif-negatif. Sebagai contoh, sebagian orang berangapan rambut yang tepal dan lurus menunjukkan bawaan pemiliknya memiliki keinginan yang kuat, tidak gampang menyerah, dan tangguh pada berbagai rintangan. Demikian dengan golongan darah, dapat melihat tingkat ketelitian, kemampuan komunikasi antar orang, dan keluwesan dalam pekerjaan. Golongan darah A dipandang tangguh pada karir yang berhubungan dominan dengan data, golongan darah B tangguh pada karir yang berhubungan dengan orang, dan golongan darah O tangguh pada semua jenis pekerjaan yang berhubungan dengan data ataupun orang.






Belakangan ini banyak digunakan sidik jari dalam identifikasi seseorang. Ilmu yang berkenaan dengan garis tangan ini sesebut ilmu palmistry. Berdasarkan ilmu palmistry garis tangan merupakan gambaran apa otak manusia. Dalam garis tangan ini ada empat kelompok garis yang dipandang dapat menggambarkan pemiliknya, dalam hal nasib, keuangan, berkeluarga, fikiran, kesehatan, dan kehidupan.




          Nasib
          Cinta-pernikahan
          Pemikiran,
          kesehatan, keuangan
          Jari tangan-otak
          Pemikiran, hitungan, hafalan
          Seni, kreativitas, religi






Demikian juga pada sidik jari, terdapat banyak hal yang membedakan keadaan pemilik. Pengamatan sidik jari dikenal dengan jari print dipadang dapat mengungkap kepribadian dan bakat seseorang.  Masih dalam ilmu palmistry dikenal tiga jenis sidik jari, yakni lingkaran () , busur (arch) dan sangkutan (loop). Ketiga didik jari itu tersebar pada jari-jari tangan. Makna yang tiap bentuk sidik jari pada setiap jari mempunyai gambaran tersendiri.


Bentuk tulisan baik tulisan tangan maupun tanda tangan dipandang dapat menggambarkan perbedaan kecenderungan karir seseorang. Ilmu tentang tulisan tangan ini dikenal dengan nama grafologi. Tulisan tangan seseorang biasanya miring ke kanan namun pada sebagian orang yang tulisan tangannya miring ke kiri dan bahkan ada yang tegak. Orang yang percaya pada grafologi memandang tulisan yang yang miring ke kiri menggambarkan penulisnya lebih tertarik pada karir yang berkaitan dengan masa lalu keluarganya. Kehidupan masa lalu akan menjadi penarik minat dalam karirnya, demikian pula pada saat ia berhadapan dengan tekanan dalamm pekerjaan ia akan cenderung pulang kampong (come back).

Jenis intrumen yang tergolong digunakan dalam teknik tes sudah banyak disusun dan dikomersialkan. Beberapa instrumen karir yang biasa digunakan di Indonesia antara lain SMP (Skala Minat Pekerjaan) dari Kuder Richardson dan RMIB (Rother Miller Interest Blank).
Penggolongan Area Pekerjaan berdasar pada pendapat Kuder Richardson, yang membagi area atau bidang pekerjaan menjadi 10 bidang:
1)      Out door         : Di luar rumah
2)      Mechanical     : Berhubungan dengan mesin
3)      Computational: Berhubungan dgn operasional bilangan
4)      Scientific         : Berhubungan dgn ilmu pengetahuan
5)      Persuasive      : Interaksi orang lain
6)      Artistic            : Seni, estetika, keindahan
7)      Literary           : Tulis menulis, kepustakaan
8)      Musical           : Musik
9)      Social Service : Pelayanan kepada orang lain
10)  Clerical           : Tata laksana, tata usaha, perkantoran

Adapun penggolongan minat pekerjaan dalam RMIB ada 12  bidang pekerjaan:
1)      Outdoor (pekerjaan lapangan). Pekerjaan yang dilakukan di luar atau di udara terbuka. Seperti penjaga hutan, penyelidik kehutanan, nelayan, supir angkutan, petani, guru olah raga, pramuari, pilot, dan ahli pertamanan.
2)      Mechanical (teknik/mekanik). Pekerjaan yang berhubungan dengan atau menggunakan mesin, alat-alat dan daya mekanik. Contohnya insinyur, tukang bubut, tukang listrik, montir, instalator, petugas mesin jahit, ahli asembling alat.
3)      Computational  (komputasi). Pekerjaan yang berhubungan dengan angka-angka. Contohnya akuntan, ahli statistik, guru matematika, kasir, petugas mesin hitung, guru IPA, pegawai pajak.
4)      Scientific (pekerjaan ilmiah/science). Pekerjaan yang berhubungan dalam hal analisa dan penyelidikan eksperimen, kimia dan ilmu pengetahuan pada umumnya. Contohnya ilmuwan, insinyur kimia, ahli meteorologi, ahli biologi, ahli botani.
5)      Personil Contact (pekerjaan persuasi). Pekerjaan yang berhubungan dengan manusia, diskusi, membujuk, bergaul dengan orang lain, atau pada dasarnya membutuhkan kontak dengan orang lain. Contohnya manajer penjualan, pengacara, agen biro iklan, Humas, salesmen, penyiar radio, pewawancara, peraga alat kosmetik.
6)      Aesthetic (seni). Pekerjaan yang berhubungan dengan hal-hal bersifat seni dan menciptakan sesuatu. Contohnya dekorator interior, pemotret, penata panggung, seniwati, guru seni, perancang pakaian, perancang motif tekstil.
7)     
2
 
Literary (sastra/kepustakaan). Pekerjaan yang yang berhubungan dengan buku-buku, membaca dan mengarang. Contohnya wartawan, pengarang, ahli sejarah, pustakawan, kritikus buku, pengarang, penulis majalah, penyair.
8)      Musical (musik).  Minat memainkan alat-alat musik atau untuk mendengarkan orang lain bermain, bernyanyi, membaca sesuatu yang berhubungan dengan musik. Contohnya dirigen orkes, komponis, krtikus musik, pianis konser, guru musik, pemain organ, pemain band.
9)      Social service (pelayanan sosial). Minat terhadap kesejahteraan penduduk dengan keinginan untuk menolong dan membimbing tentang problem dan kesulitan mereka. Keinginan untuk mengerti orang lain dan mempunyai ide yang kuat tentang pelayanan. Contohnya kepala sekolah, pembina rohani, petugas kesejahteraan sosial, guru SD, petugas PMI, penyuluh, psikolog.

10)  Clerical (administrasi). Minat terhadap tugas rutin yang menuntut ketepatan dan ketelitian. Contohnya manajer bank, pegawai asuransi, pegawai kantor, tata usaha, petugas ekspedisi, sekretaris, juru ketik, resepsionis.
11)  Practical (pekerjaan praktis). Minat terhadap pekerjaan praktis, karya pertukangan. Contohnya tukang kayu, ahli mebel, tukang batu, tukang sepatu, pembuat pot, juru masak, penata rambut.
12)  Medical (pelayanan kesehatan). Minat terhadap pengobatan, mengurangi akibat dari penyakit, penyembuhan dan dalam bidang medis dan biologis. Contohnya dokter, apoteker, ahli kacamata, ahli rontgen, fisioterapi, perawat, rehabilitasi, ahli gizi.


CONTOH PENYUSUNAN INSTRUMENTASI ANALISIS KEBUTUHAN LAYANAN KARIR

MENGGUNAKAN TEKNIK TES
BERDASARKAN ANALISIS KEMATANGAN KARIR DAN TUGAS PERKEMBANGAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN KARIR
PADA USIA 18 SAMPAI 24 TAHUN (JENJANG PERGURUAN TINGGI)

Rujukan teoretis

Tugas perkembangan merupakan tahapan yang harus dicapai seseorang berdasarkan umurnya. Dalam tugas perkembangan karir pada usia 14-24 tahun termasuk pada tahap eksplorasi (Super, 1990). Pada tahap eksporasi ini individu mulai menyadari kepentingan pekerjaan dalam hidupnya. Tingkat ini meliputi tiga oksupasi, yaitu: (1) cristalisasi (14-18 tahun) –mengembangkan dan merencananakan tujuan pekerjaan secara tentatif, pilihan pekerjaan didasarkan pada informasi lingkungan sekitar dan peran para tokoh yang ia gandrungi. Namun ini masih tidak realistis dan masih imajinatif. Pemilihan ini hanya bersifat sementara saja. (2) Spesifikasi (18-21 tahun)-sudah ada kekhususan dalam tujuan jabatan. (3) Implementasi (21-24 tahun)-mendapatkan  pekerjaan yang relevan, mengikuti training, kursus dan pendidikan yang sesuai dengan pilihan pekerjaan yang dituju.


2. Kematangan karir (career maturity) terdiri dari kesiapan, sikap dan kemampuan dalam pencapaian tugas perkembangan karir pada satu tahapan perkembangan karir tertentu  (Super,   1957).  Dalam  Langley (1989)  yang mengintegrasikan pendekatan Super  (1980),  Crites  (1981) dan  Westbrook (1983), telah dirancang skala yang disebut Skala Kematangan Karir, yang mengukur:
1)      Pengetahuan diri
2)      Pembuatan keputusan karir
3)      Informasi karir
4)      Integrasi pengetahuan tentang diri dan karir
5)      Perencanaan karir

Tabel
Hubungan antara kematangan karir dengan tugas perkembangan karir (Langley, 1989) dikaitkan dengan masalah karir

Komponen kematangan karir
Tugas dalam integrasi proses perkembangan
Masalah karir relevan
Pengenalan diri (PD)
Keinginan-keinginan
Peran dalam kehidupan
Nilai-nilai diri
Minat pekerjaan
Factor relevan lainnya
          Diri pribadi
          Agama, nilai, moral
          Minat pekerjaan

Membuat keputusan (MK)
Membuat keputusan
Pemilihan pekerjaan
          Memutuskan pilihan
          Manajemen waktu
          Ekonomi dan keuangan

Informasi karir   (IK)
Informasi pekerjaan
(dari lingkungan)
          Hubungan social
          Hubungan teman sebaya
          Hubungan keluarga

Integrasi pengetahuan diri dengan pengetahuan karir (IP)
Integrasi pengetahuan diri dengan pengetahuan karir
          Rumah tinggal dan lingkungan
          Keadaan keluarga
          Pasar kerja
Perencaaan karir (RK)
Perencanaan karir
          Merencanakan pekerjaan
          Pendidikan, pelatihan dan kursus
          Pendidikan lanjut dan masa depan


Sebaran nomor-nomor soal berdasarkan kelompok masalah
Kelompok kebutuhan
Sing-
katan
Jml
item
Nomor item
1.      Diri pribadi
DP
9
001  016  031  046  056  071  086  101  116
2.      Agama, nilai, moral
AN
9
002  017  032  047  057  072  087  102  117
3.      Minat pekerjaan
MK
9
003  018  033  048  058  073  088  103  118
4.      Memutuskan pilihan
MP
9
004  019  034  049  059  074  089  104  119
5.      Manajemen waktu
MW
9
005  020  035  050  060  075  090  105  120
6.      Ekonomi dan keuangan
EK
9
006  021  036  051  061  076  091  106  121  131
7.      Hubungan social
HS
9
007  022  037  056  062  077  092  107  122  132
8.      Hubungan teman sebaya
HB
9
008  023  038  057  063  078  093  108  123  133
9.      Hubungan keluarga
HK
9
009  024  039  058  064  079  094  109  124  134
10.  Rumah tinggal dan lingkungan
RL
9
010  025  040  050  065  080  095  110  125  135
11.  Keadaan keluarga
KK
10
011  026  041  051  066  081  096  111  126  136 
12.  Pasar kerja
PK
10
012  027  042  052  067  082  097  112  128  137
13.  Merencanakan pekerjaan
MP
10
013  028  043  053  068  083  098  113  130  138 
14.  Pendidikan, pelatihan dan kursus
PK
10
014  029  044  054  069  084  099  114  132  139
15.  Pendidikan lanjut dan masa depan
PL
10
015  030  045  055  070  085  100  115  130  140
jumlah
140



Sebaran nomor-nomor soal berdasarkan strategi layanan efikasi karir
Strategi
Singkatan
Jumlah item
Sebaran item
1.      Pengalaman Performasi
PPe
35
1-35
2.      Pengalaman vikarius

PVi
35
36-70
3.      Persuasi Verbal

PVe
35
71-105
4.      Pembangkitan Emosi

PEm
35
106-140
Jml total
140


001  016  031  046  056  071  086  101  116
KEBUTUHAN /  MASALAH
aDIRI PRIBADI
001
Sukar menyesuaikan diri dengan keadaan organisasi kemahasiswaan intra/ekstra kampus.
016
Kurang memahami adanya perbedaan individu.
031
Ingin mengetahui akses buku-buku relevan.
046
Kurang senang  dengan kondisi situasi perkuliahan.
056
Kurang  mampu mengendalikan diri, berpikir dan bersikap positif.
071
Sering murung dan merasa tidak bahagia.
086
Ingin membantu teman yang sedang psimistis.
101
Dimusuhi / dibenci pembimbing tanpa tahu sebabnya.

Saya selalu khawatir tidak mendapatkan pacar atau jodoh yang baik/cocok


bAGAMA, NILAI DAN MORAL
·         Ingin mengenali lebih dalam pada sarana dan kegiatan organisasi keagamaan yang ada di kampus/luar kampus.
·         Membutuhkan informasi tentang cara mendapatkan pasangan hidup yang sesuai tradisi dan norma.
·         Tidak mempunyai kawan akrab untuk bersama dalam diskusi keyakinan agama.
·         Ingin bisa meningkatkan ibadah pengamalan keagamaan.
·         Saya mengalami masalah tentang pentingnya agama dalam hidup saya.
·         Ingin tahu penyebab dan ciri-ciri pribadi yang tidak efektif.
·         Dilanda ketakutan akibat pernah melanggar norma agama.
·         Ingin mempunyai kelompok yang bisa saling nasihat-menasihati dalam beragama dan bersosial.
·         Saya sedang galau dengan keyakinan akan cara berpakaian dan  penampilan.

c.Minat pekerjaan
·         Ingin mengetahui lebih jelas apa yang saya inginkan dalam pekerjaan

·         Membutuhkan informasi jenis-jenis pekerjaan  yang relevan dengan pendidikan saya.
·         Mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam suatu pekerjaan tertentu yang saya nginkan.
·         Kurang percaya diri menentukan jenis pekerjaan yang saya inginkan.
·         Saya  malu dan kurang terbuka dalam membicarakan pekerjaan yang saya inginkan.
·         Ingin mengetahui perlunya persyaratan pekerjaan yang menjadi minat saya.
·         Merasa secara mental tidak mempunyai kesiapan dalam berkarir.
·         Memiliki teman yang selalu mengeluhkan dirinya memiliki kelemahan intelektual
·         Saya memiliki masalah denganpembimbing yang tidak mengetahui bahwa saya punya kelemahan pada pelajaran yang mendasari pilihan pekerjaan saya nanti.



MEMUTUSKAN PILIHAN

·         Saya tidak mampu memutuskan, apa karir yangharus  saya raih.
·         Bagi saya, karir termasuk rejeki, dan ini rahasia Tuhan.
·         Saya bingung, apakah pekerjaan yang diperoleh seseorang karena hasil pilihan atau kesempatan semata.
·         Memutuskan pilihan pekerjaan saya, semata-mata disadarkan pada keinginan saja.
·         Sulit bagi saya memutuskan anggaran yang sesuai antara anggaran biaya untuk studi, kursus dan rekreasi.
·         Dalam memutuskan pilihan karir, saya tidak punya pihak untuk berdiskusi.
·         Saya tidak perlu membuat putusan dalam memilih pekerjaan, nanti juga pada waktunya akan ada solusi dari relasi/keluarga saya.
·         Teman-teman saya galau dalam memutuskan pilihan kursus dan latihan yang relevan


dMANAJEMEN WAKTU
·        Kurang mengenal jenis kegiatan intra/ekstra kampus yang bisa digunakan untuk mengisi waktu secara terpadu.
·        Kekurangan informasi tentang cara mengisi waktu luang.

·        Tidak mempunyai kawan akrab untuk bersama-sama mengisi waktu senggang.
·         Saya merasa bingung akan melakukan kegiatan apa, sepulang studi atau saat libur studi.
·        Ingin mengetahui cara mengisi waktu luang dengan kegiatan positif.
·        Kurang berminat atau tidak ada hal yang menarik dalam memanfaatkan waktu senggang yang ada.
·        Saya kesulitan menentukan alokasi waktu yang sesuai dengan rencana karir saya nanti.

·        Memiliki sahabat yang tidak pernah memiliki waktu senggang untuk rekreasi.
·        Saya punya masalah dengan teman-teman dekat dalam mengelola waktu.



eEKONOMI DAN KEUANGAN
·        Kurang mengenal tentankoperasi dan kantin kampus atau di sekitar kampus.
·        Membutuhkan informasi pekerjaan yang bisa dilakukan sambil studi.
·        Bingung memilih antara melanjutkan atau tidak, karena keadaan ekonomi keluarga yang sedang menurun.
·        Tidak mampu mengelola uang saku dengan baik.
·        Saya mengalami kesulitan masalah keuangan keluarga.
·        Ingin mengetahui bagaimana caranya untuk memperoleh beasiswa untuk meringankan beban biaya kampus
·        Mengalami masalah karena ingin berpenghasilan sendiri.
·        Ingin membantu kawan yang karena terlalu berhemat menjadi sering sakit- sakitan.
·        Saya memiliki masalah dengan orang tua berkaitan dengan keuangan.
·        Saya perlu bimbingan cara mendapat uang selama kuliah.



fHUBUNGAN SOSIAL
·        Ingin mengenal lebih dalam dengan teman dalam satu kelas atau satu angkatan.
·        Membutuhkan informasi tentang cara berkomunikasi yang baik.
·        Kurang senang dengan teman sekelas.
·        Sulit  mematuhi tata tertib kampus.
·        Merasa diperhatikan, dibicarakan atau diperolokkan orang lain.
·        Ingin tahu tentang toleransi dan solidaritas.
·        Mudah tersinggung atau sakit hati dalam berhubungan dengan orang lain.
·        Memiliki kawan akrab yang merasa dirinya lebih hebat dari lainnya, sehingga sering konflik.
·        Saya memiliki masalah dengan teman sekelas.

gHUBUNGAN MUDA-MUDI
·         Ingin mengetahui tentang kegiatan solidaritas yang menjadi program kampus.
·         Ingin mengetahui cara membina hubungan baik dengan teman lawan jenis.
·         Tidak lincah dan kurang mengetahui tata krama pergaulan.
·         Sulit  mendengarkan dan memahami pendapat orang lain.
·         Cinta saya tidak ditanggapi oleh orang yang saya cintai.
·         Kurang mengetahui tentang  bagaimana hubungan muda-mudi yang wajar dan sehat.
·         Kurang mendapat perhatian dari lawan jenis.
·         Ingin membantu teman yang selalu minder bila bertemu lawan jenis,
·         Saya sedang konflik dengan seseorang dari kakak / adik tingkat.


hHUBUNGAN TEMAN SEBAYA DANPERKAWINAN
·        Kurang mengetahui organisasi yang ada di kampus.
·        Membutuhkan keterangan tentang pertanyaan seks, pacaran, dan perkawinan.
·        Bingung memilih di antara dua orang yang sama-sama disenangi.
·        Kesulitan bila berbicara dengan lawan jenis.
·        Bingung ingin memutus hubungan dengan pacar yang sekarang tidak ada kecocokan.
·        Membutuhkan penjelasan tentang mengendalikan perasaan cinta dan pacaran.
·        Pernyataan cinta saya ditolak secara terang-terangan.
·        Ingin membantu kawan akrab yang baru saja diputus oleh calonnya.
·        Saya sedang bermasalah dengan calon saya.


iRUMAH DAN LINGKUNGAN
·        Ingimengenal lebih dalam dengan semua pendidik dan karyawan di kampus.
·        Membutuhkan informasi tentang bagaimana melepaskan diri dari lingkungan pertemanan yang kurang mendukung cita-cita.
·        Tidak betah dengan keadaan lingkungan rumah yang ramai.
·        Tidak bisa melihat kebaikan orang lain dan menirunya.
·        Minder dengan teman di kelas.
·        Kurang mengetahui bagaimana sebaiknya saya berperan dalam lingkungan di sekitar asrama atau rumah.
·        Bermasalah karena di rumah ada anggota keluarga lain.
·        Ingin membantu teman yang tidak betah di asrama atau di rumah.
·        Saya memiliki masalah dengan tetangga.
·        Saya memiliki teman, yang kesulitan beradaftasi dengan lingkungannya.


jKEADAAN DAN HUBUNGAN DALAM KELUARGA
·        Ingin mengenal dengan keanggotaan dalam keluarga besar.
·        Ingin mengetahui tentang sikap yang harus dilakukan saat berbeda pendapat dengan orang tua.
·        Sulit memilih antara ikut ayah atau ibu yang sekarang sudah berpisah.
·        Sulit  memelihara pakaian dan peralatan yang dimiliki.
·        Orang tua tidak menghendaki saya kuliah di kampus ini.
·        Kurang tahu dampak kebiasaan sehari-hari  di rumah terhadap cita-cita.
·        Ingin mengatasi kondisi keluarga yang sedang dilanda prahara.
·        Ada teman yang memiliki masalah dengan orang tuanya.
·        Saya sedang didiamkan salah seorang anggota keluarga.
·        Saya memiliki teman, yang kesulitan beradaftasi dengan anggota keluarganya.

kPENDIDIKAN DAN PELAJARAN
1        Ingin mengenal tentang struktur kurikulum pada jurusan studi saya.
2        Ingin mengenal program yang diselenggarakan kampus dalam meningkatkan kemampuan berbahasa asing.
3        Ingin mengenal program kampus berkaitan dengan kemampuan kompetensi jurusan studi.
4        Kurang meminati pelajaran atau program jurusan yang dimasuki.
5        Sulit  membuat laporan kegiatan / tugas pelajaran.
6        Ingin menghilangkan rasa takut saat mengikuti pelajaran.
7        Sulit  bertanya dan menjawab di dalam kelas.
8        Merasa sebagai anak yang paling bodoh di kelas.
9        Ingin membantu teman yang sulit belajar karena memiliki cacat fisik.
10    Saya sedih karena memiliki masalah dengan salah seorang pendidik pada mata pelajaran.


PASAR KERJA
·        Ingin mengenal pekerjaan yang berkaitan dengan kesehatan yang mendukung cita-cita saya.
·        Ingin mengenal tentang jenis pekerjaan jasa yang sesuai jurusan studi saya.
·        Membutuhkan informasi tentang berbagai jenis pekerjaan yang memiliki prospek bagus di masa depan.
·        Ingin mengetahui tentang cara menyusun persyaratan melamar pekerjaan.
·        Saya khawatir akan pekerjaan yang dijabat nantinya tidak memberikan penghasilan yang mencukupi.
·        Bingung belum memiliki cita-cita.
·        Kurang memahami tentang bagaimana cara memilih pekerjaan.
·        Ingin lebih tahu lebih dalam mengenai banyaknya penipuan lowongan pekerjaan yang ada pada media.
·        Ingin tahu lebih dalam mengenai pasar bursa kerja dan persyaratannya.



           
lPERENCANAAN PEKERJAAN
1        Membutuhkan pengenalan ekstrakurikuler yang menunjang belajar saya.
2        Kekurangan informasi tentang bagaimana memilih kegiatan ekstra kurikuler yang cocok.
3        Ingin mengikuti kegiatan pelatihan atau kursus tertentu yang benar-benar menunjang proses mencari dan melamar pekerjaan setamat pendidikan.
4        Bingung memilih lembaga kursus belajar yang sesuai.
5        Wajib mengikuti kegiatan ekstra kurikuler yang tidak saya sukai.
6        Banyak pamflet kampus lanjutan yang saya baca, tetapi belum satupun yang menarik perhatian dan minat saya.
7        Ingin menyalurkan bakat yang mengarah pada karier tertentu.
8        Mengalami kesulitan menyalurkan hobi karena keterbatasan fisik.
9        Ragu pada tercapainya cita-cita karena orang tua tidak sejalan.
10    Cemas kalau menjadi penganggur setelah menyelesaikan pendidikan.



PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN KURSUS

1        Pesimis untuk melanjutkan studi karena masa depan tidak jelas.
2        Saya memiliki kebiasaan-kebiasaan kurang baik yang menghambat dalam menyalurkan bakat.
3        Pesimis untuk melanjutkan pendidikan karena biaya kampus mahal.
4        Merasa tidak memiliki kemampuan kecerdasan yang cukup untuk melanjutkan pendidikan.
5        Kurang memahami pengaruh pendidikan dengan keberhasilan dalam karier.
6        Tidak bersemangat untuk melanjutkan studi.
7        Memiliki teman yang tidak berminat menuntaskan studi padahal menurut saya dia mampu.
8        Ingin membantu teman yang mengalami kesulitan memperoleh informasi tentang lembaga pelatihan dan kursus.
9        Orang tua tidak setuju pada rencana pendidikan pilihan saya ini.
10    Beda pendapat dengan saudara berkaitan dengan pilihan jurusan yang saya ambil.

mPENDIDIKAN LANJUTAN DAN MASA DEPAN
1        Ingin mengenal tentang sistem  belajar di jenjang pendidik yang lebih tinggi.
2        Ingimengetahui syarat memasuki pada studi lanjut lanjutan.
3        Kekurangan informasi tentang pendidikan lanjutan yang dapat dimasuki setamat kampus ini.
4        Membutuhkan informasi tentang strategi memasuki pendidikan lanjutan.
5        Belum memiliki rencana yang pasti untuk pemilihan pendidikan lanjutan.
6        Tidak memiliki kemampuan mengirim pendaftaran pendidikan lanjutan secara online.
7        Memiliki rasa pesimis dengan semakin ketatnya persaingan dalam masuk pendidikan lanjutan.
8        Lulus studi ingin bekerja, tetapi orang tua menghendaki untuk melanjutkan pendidikan.
9        Merumuskan masa depan, bagi saya merupakan  beban yang menakutkan.
10    Saya tidak memupunyai harapan untuk sukses di masa yang akan dating
Macam-macam data yang perlu diperoleh dan ditafsirkan dalam rangka bimbingan karier antara lain informasi tentang diri sendiri yang meliputi data tentang: (1) kemampuan intelektual; (2) bakat khusus di bidang studi akademik; (3) minat-minat baik yang bersifat Iebih luas maupun yang bersifat lebih khusus; (4) hasil belajar dalam berbagai bidang studiinti; (5) sifat-sifat kepribadian yang mempunyai relevansi terhadap partisipasi dalam suatu program studi, suatu program latihan kerja, seperti berani berbicara dan bertindak, koperatif, sopan, dapat diandalkan, bijaksana, rajin, berpotensi dalam bidang kepemimpinan, rapi, tekun, toleran, tahan dalam situasi yang penuh ketegangan (stress tolerance), terbuka, jujur dan berwatak baik; (6) perangkat kemahiran kognitif, seperti kemampuan untuk mengadakan analisis dan sintesis, kemampuan mengatur arus pikiran sendiri dalam menghadapi suatu problem, kemampuan menguraikan secara lisan dan secara tertulis, kemampuan mengatur kegiatannya sendiri, kemampuan memahami dan berbicara bahasa asing, dan kemampuan menangkap keadaan orang lain (inteligensi sosia1); (7) nilai-nilai kehidupan dan cita-cita masa depan; (8) bekal berupa keterampilan khusus yang dimiliki dalam bidang administrasi/tata usaha, kesenian, olahraga, mekanik, serta koordinasi motorik, yang semuanya dapat sangat relevan bagi program persiapan kerja tertentu; (9) kesehatan fisik dan mental; (10) kematangan vokasional (vocational maturity). Semua data ini bersifat psikologis dan bersama-sama membentuk gambaran diri (konsep diri) dalam berbagai aspeknya dan menyadarkan orang muda akan "Siapa saya ini? (The person 1 am)"; "saya ingin menjadi orang seperti apa(The person 1 want to be)"; "saya seharusnya menjadi orang seperti apa (The person 1 ought to be)".

Data tambahan, antara lain infiormasi mengenai keadaan keluarga dekat meliputi data tentang: (1) posisi anak dalam keluarga; (2) pandangan keluarga tentang peranan dan kewajiban anak laki-laki dan anak perempuan; (3) harapan keluarga mengenai masa depan anak; (4) taraf sosial-ekonomi kehidupan keluarga; (5) gaya hidup dan suasana keluarga: (6) taraf pendidikan orang tua dan kakak-kakak; (7) sumber-sumber konflik antara orang tua dan anak yang sudah besar; (8) status perkawinan orang tua, misalnya salah seorang dari orang tua sudah meninggal atau orang tua sudah cerai: dan (9) siapa tinggal di rumah selain orang tua sendiri dan kakak adik sekandung.



G. SUMBER PUSTAKA



1.   Depdiknas, PPPPTK Penjas & BIMBINGAN. 2008. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Klienng pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Parung Bogor.
2.  Prayitno, Prof.Dr.M.Ed. dkk, AUM UMUM Format -2 : Siswa SLTA -  Universitas Negeri Padang.

3.     Suharso, Drs.M.Pd.Kons. Penyusunan Program Pelayanan Bimbingan Dan Klienng Di Sekolah Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)- Makalah Workshop RSMABI Jateng -2009
4.  Budi Permana, S.E., Ak., M.Sc., 36 Jam Belajar Komputer: Microsoft Office 2003, Elexmedia Komputindo, 2004.
5.  Microsoft Office Online, Product Information: Overview Office 2003,

6.  Anthony Dhanendran, Office: 100 tips and tricks Part 1,

7.  Makalah BIMBINGAN Berbasis ICT, Workshop Tingkat Nasional- Cisarua Bogor, 2007.

8.  Dedi, Penggunaan Ms Word, Ilmu Komputer, 2004

9.  BCSshool.net, Tutorial Microsoft Office, 2004

10. PUSTEKKOM Depdiknas - TIK Untuk Pembelajaran, 2008.

11. Heru Mugiarso, Drs.M.Pd.,Kons.- Kemartabatan Konselor : Makalah seminar nasional di UMK, 2008.
12. Tips & Tricks for Word,
13. Syamsul hadi, Memanfaatkan Excel untuk analisis statistik - Ekonisia 2004
14. Madcoms - Microsoft Excel 2007 Membangun Rumus dan Fungsi Penerbit Andi 2007

15. Madcoms - Microsoft Excel 2007 Mengoptimalkan Fasilitas dan Fungsi Otomatisasi Pengolahan Data Penerbit Andi 2007















37